RINGKASAN DATA DAN INFORMASI KEMISKINAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2016 ISSN : 2528-2271 Nomor Publikasi : 53520.1702 Katalog : 3205008.53 Jumlah halaman : viii + 24 halaman Ukuran : 21 cm x 14,5 cm Naskah : Bidang Statistik Sosial Gambar Kulit : Bidang IPDS Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi NTT Dicetak oleh : Badan Pusat Statistik Provinsi NTT Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik ii

TIM PENYUSUN RINGKASAN DATA DAN INFORMASI KEMISKINAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 2016 Pengarah: Maritje Pattiwaellapia, SE., M.Si Penanggung Jawab: Ir. Desmon Sinurat Penyunting: Alberth Christian Lulan, SST, M.Si Dewi Rara, SST Penulis: Alberth Christian Lulan, SST, M.Si Dewi Rara, SST Desain Kover: Aluse Destiah Kana Mangngi, SST iii

KATA PENGANTAR Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan mendasar yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah untuk diatasi dan diselesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, dalam mendukung Strategi Penanggulangan Kemiskinan, salah satu aspek penting adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Ringkasan Data dan Informasi Kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2016 ini adalah merupakan hasil dari perhitungan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Bulan Maret dan September. Penyajian buku ini diupayakan sesederhana dan semenarik mungkin, sebagai upaya BPS untuk memenuhi kebutuhan berbagai kalangan akan data kemiskinan. Disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini, Demi penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang diharapkan saran dan pendapatnya. Kupang, Februari 2017 Kepala BPS Provinsi NTT, Maritje Pattiwaellapia, SE, M.Si v

Daftar Isi Kata Pengantar Halaman v Daftar Isi Halaman vii Konsep Kemiskinan Halaman 1 Metode Penghitungan Halaman 3 Perkembangan Kemiskinan di NTT Halaman 8 Lampiran Halaman 18 vii

Pengeluaran Makanan Konsep SUSENAS Kemiskinan Keparahan kemiskinan Kedalaman kemiskinan Garis Kemiskinan a r e t September 2016 engeluaran Non-Makanan Survei SPKKD Data Strategis

1. Definisi Kemiskinan KEMISKINAN adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran) Masalah Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian setiap negara. Untuk mendukung Strategi Penanggulangan Kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. BPS pertama kali melakukan penghitungan jumlah dan persentase penduduk miskin pada tahun 1984 (angka nasional). Sejak tahun 2002, BPS telah menyajikan data dan informasi kemiskinan sampai tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan data Susenas 2

Metode Penghitungan

2. Metode Penghitungan Kemiskinan Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), Garis Kemiskinan Makanan Garis Kemiskinan Bukan Makanan Desa Kota Desa Kota Penghitungan Garis Kemiskinan terbagi dua komponen yaitu, Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan, dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. 4

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan 5

3. Sumber Data Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional). SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), Sebagai informasi tambahan, juga digunakan SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan 6

4. Indikator Kemiskinan Beberapa Indikator yang sering digunakan: P0 Persentase Penduduk Miskin (P0): Head Count Index (HCI-P 0 ), adalah persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK). P1 Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index- P 1 ), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. P2 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2): Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. 7

Perkembangan Kemiskinan di NTT 2010 Mar 2011 Sept 2011 Mar 2012 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Mar 2014 Sept 2014 Mar 2015 Sept 2015 Mar 2016 Sept 2016

5 Perkembangan Kemiskinan NTT 23,03 21,23 Gambar 1 Persentase Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi NTT Tahun 2010-2016 20,48 20,88 20,41 20,03 20,24 19,82 19,60 22,61 22,58 22,19 22,01 13,33 11,96 11,46 12,49 12,36 NTT Nasional 2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Sumber data: Susenas 2016 11,66 11,36 11,25 10,96 11,22 11,13 10,86 10,70 Persentase penduduk miskin (Po) di NTT mengalami penurunan sebesar 1,02 poin dari tahun 2010 sampai dengan September 2016 Po tahun 2010 sebesar 23,03 persen, turun menjadi 20,48 persen pada September tahun 2011, dan terus mengalami penurunan menjadi 19,60 persen pada September Tahun 2014, akan tetapi pada Maret 2015 naik menjadi 22,61 dan kembali turun pada periode September 2016 Dibanding kemiskinan Nasional, kemiskinan NTT masih jauh lebih tinggi dibanding ratarata nasional sebesar 10,70 persen tahun 2016 10

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di NTT Tahun 2010-2016 Gambar 2 Jumlah Penduduk Miskin di NTT Tahun 2010-2016 1 014,09 1 012,02 984,84 1 012,80 998,45 987,98 1 006,88 1 159,84 1 160,53 1 149,92 1 150,08 994,68 Sumber data: Susenas 2016 991,88 Jumlah penduduk miskin di NTT dari tahun 2010 sampai dengan September 2014 mengalami penurunan akan tetapi mengalami kenaikan pada periode September 2015 dan kembali turun pada periode September 2016 11

6 Perubahan Garis Kemiskinan Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang Tabel 1 Garis Kemiskinan NTT Tahun 2015-2016 Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) Perkotaan September 2015 265 296 109 059 374 355 September 2016 277 266 112 395 389 661 Perubahan Sept 15-Sept 16 (%) 4,51 3,06 4,09 Perdesaan September 2015 240 102 50 261 290 363 September 2016 254 257 56 039 310 296 Perubahan Sept 15-Sept 16 (%) 5,90 11,50 6,86 Kota+Desa September 2015 245 160 62 064 307 224 September 2016 258 985 68 018 327 003 Perubahan Sept 15-Sept 16 (%) 5,64 9,59 6,44 Sumber data: Susenas 2016 Selama Sept 2015-Sept 2016, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,44 persen, yaitu dari Rp 307 224,- per kapita per bulan pada September 2015 menjadi Rp 327 003,- per kapita per bulan pada September 2016 12

7 Perkembangan Indeks Kedalaman (P1) Gambar 3 Grafik Indeks Kedalaman Kemiskinan NTT Tahun 2015-2016 4,48 4,69 4,06 3,83 Sumber Data: Susenas 2016 Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index- P 1 ), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan P1 Indeks Kedalaman menunjukkan penurunan kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap batas kemiskinan pada periode 2015-2016 13

8. Perkembangan Indeks Keparahan (P2) Gambar 4 Grafik Indeks Keparahan Kemiskinan NTT Tahun 2015-2016 Sumber Data: Susenas 2016 Indeks Keparahan NTT tahun 2015 sempat mengalami kenaikkan akan tetapi kembali turun pada tahun 2016. Ini menunjukkan bahwa ketimpangan atau gap pengeluaran diantara penduduk miskin semakin menyempit pada periode tersebut. Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin 14

9. Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi Tahun 2016 Gambar 5 Grafik Presentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi Tahun 2016 NTT Sumber data: Susenas 2016 Meskipunmengalami penurunan persentase kemiskinan, NTT tidak mengalami perubahan urutan secara nasional 15

10. Perbandingan Garis Kemiskinan NTT dan Indonesia Tahun 2010-2016 Gambar 6. Grafik Garis Kemiskinan NTT dan Indonesia Tahun 2010-2016 Sumber data: Susenas 2016 Setiap daerah memiliki GK sendiri. Provinsi NTT memiliki GK yang masih berada dibawah rata-rata GK Nasional. GK NTT pada Maret 2010 sebesar Rp 175.308/kapita/bulan naik menjadi Rp 327.003/kapita/bulan pada Sept 2016 16

11 Perkembangan Indeks Kedalaman (P1) NTT dan Indonesia Tahun 2010-2016 Gambar 7 Grafik Garis Kemiskinan NTT dan Indonesia Tahun 2010-2016 4,74 4.69 4,20 4,06 4,48 3,53 3,27 3,47 3,40 3,34 3,04 2,21 2,08 1,88 1,75 1,75 2,04 1,90 1,88 Sumber Data: Susenas 2016 NTT Nasional 1,75 3,25 1,97 1,89 3.83 1,94 1,74 Pada periode 6 tahun terakhir (2010-2016) menunjukkan bahwa penurunan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin di NTT dengan garis kemiskinan relatif lebih jauh bila dibandingkan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin nasional dengan garis kemiskinan nasional 17

12. Perkembangan Indeks Keparahan (P2) NTT dan Indonesia Tahun 2010-2016 Gambar 8. Grafik Indeks Keparahan Kemiskinan NTT dan Indonesia Tahun 2010-2016 Sumber Data: Susenas 2016 Indeks keparahan penduduk miskin di NTT lebih besar dibanding penduduk miskin secara nasional (periode 2010 s/d 2016). Artinya distribusi pengeluaran penduduk miskin di NTT memiliki ketimpangan yang lebih tinggi dibanding rata-rata nasional 18

LAMPIRAN

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi Tahun 2014-2016 (dalam 000) Provinsi Maret 2014 Sept 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016 Sept 2016 Aceh 881,26 837,42 851,59 859,41 848,44 841,31 Sumatera Utara 1 286,67 1 360,60 1 463,67 1 508,14 1 455,95 1 452,55 Sumatera Barat 379,20 354,74 379,61 349,53 371,56 376,51 Riau 499,89 498,28 531,39 562,92 515,40 501,59 Jambi 263,80 281,75 300,71 311,56 289,80 290,81 Sumatera Selatan 1 100,83 1 085,80 1 145,63 1 112,53 1 101,19 1 096,50 Bengkulu 320,95 316,50 334,07 322,83 328,61 325,60 Lampung 1 142,92 1 143,93 1 163,49 1 100,68 1 169,60 1 139,78 Bangka Belitung 71,64 67,23 74,09 66,62 72,76 71,07 Kepulauan Riau 127,80 124,17 122,40 114,83 120,41 119,14 DKI Jakarta 393,98 412,79 398,92 368,67 384,30 385,84 Jawa Barat 4 327,07 4 238,96 4 435,70 4 485,65 4 224,33 4 168,11 Jawa Tengah 4 836,45 4 561,83 4 577,04 4 505,78 4 506,89 4 493,75 DI Yogyakarta 544,87 532,59 550,23 485,56 494,94 488,83 Jawa Timur 4 786,79 4 748,42 4 789,12 4 782,53 4 703,30 4 638,53 Banten 622,84 649,19 702,40 690,67 658,11 657,74 Bali 185,20 195,95 196,71 218,79 178,18 174,94 NTB 820,82 816,62 823,89 802,29 804,44 786,58 NTT 994,68 991,88 1 159,84 1 160,53 1 149,92 1 150,08 Kalimantan Barat 401,51 381,92 383,70 405,51 381,35 390,32 Kalimantan Tengah 146,32 148,83 147,70 148,13 143,49 137,46 Kalimantan Selatan 182,88 189,50 198,44 189,16 195,70 184,16 Kalimantan Timur 253,60 252,68 212,89 209,99 212,92 211,24 Kalimantan Utara - - 39,69 35,02 41,12 47,03 Sulawesi Utara 208,23 197,56 208,54 217,15 202,82 200,35 Sulawesi Tengah 392,65 387,06 421,63 406,34 420,52 413,15 Sulawesi Selatan 864,30 806,35 797,72 864,51 807,03 796,81 Sulawesi Tenggara 342,26 314,09 321,88 345,02 326,86 327,29 Gorontalo 194,17 195,10 206,84 206,51 203,19 203,69 Sulawesi Barat 153,89 154,69 160,48 153,21 152,73 146,89 Maluku 316,11 307,02 328,41 327,78 327,72 331,79 Maluku Utara 82,64 84,79 79,90 72,65 74,68 76,40 Papua Barat 229,43 225,46 225,36 225,54 225,80 223,60 Papua 924,41 864,11 859,15 898,21 911,33 914,87 INDONESIA 28 280,01 27 727,78 28 592,79 28 514,22 28 005,39 27 764,33 Sumber Data: Susenas 2016 20

Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi Tahun 2014-2016 Provinsi Maret 2014 Sept 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016 Sept 2016 Aceh 18,05 16,98 17,08 17,11 16,73 16,43 Sumatera Utara 9,38 9,85 10,53 10,79 10,35 10,27 Sumatera Barat 7,41 6,89 7,31 6,71 7,09 7,14 Riau 8,12 7,99 8,42 8,82 7,98 7,67 Jambi 7,92 8,39 8,86 9,12 8,41 8,37 Sumatera Selatan 13,91 13,62 14,25 13,77 13,54 13,39 Bengkulu 17,48 17,09 17,88 17,16 17,32 17,03 Lampung 14,28 14,21 14,35 13,53 14,29 13,86 Bangka Belitung 5,36 4,97 5,40 4,83 5,22 5,04 Kepulauan Riau 6,70 6,40 6,24 5,78 5,98 5,84 DKI Jakarta 3,92 4,09 3,93 3,61 3,75 3,75 Jawa Barat 9,44 9,18 9,53 9,57 8,95 8,77 Jawa Tengah 14,46 13,58 13,58 13,32 13,27 13,19 DI Yogyakarta 15,00 14,55 14,91 13,16 13,34 13,10 Jawa Timur 12,42 12,28 12,34 12,29 12,05 11,85 Banten 5,35 5,51 5,90 5,75 5,42 5,36 Bali 4,53 4,76 4,74 5,25 4,25 4,15 NTB 17,25 17,05 17,10 16,54 16,48 16,02 NTT 19,82 19,60 22,61 22,58 22,19 22,01 Kalimantan Barat 8,54 8,07 8,03 8,44 7,87 8,00 Kalimantan Tengah 6,03 6,07 5,94 5,91 5,66 5,36 Kalimantan Selatan 4,68 4,81 4,99 4,72 4,85 4,52 Kalimantan Timur 6,42 6,31 6,23 6,10 6,11 6,00 Kalimantan Utara - - 6,24 5,41 6,23 6,99 Sulawesi Utara 8,75 8,26 8,65 8,98 8,34 8,20 Sulawesi Tengah 13,93 13,61 14,66 14,07 14,45 14,09 Sulawesi Selatan 10,28 9,54 9,39 10,12 9,40 9,24 Sulawesi Tenggara 14,05 12,77 12,90 13,74 12,88 12,77 Gorontalo 17,44 17,41 18,32 18,16 17,72 17,63 Sulawesi Barat 12,27 12,05 12,40 11,90 11,74 11,19 Maluku 19,13 18,44 19,51 19,36 19,18 19,26 Maluku Utara 7,30 7,41 6,84 6,22 6,33 6,41 Papua Barat 27,13 26,26 25,82 25,73 25,43 24,88 Papua 30,05 27,80 28,17 28,40 28,54 28,40 INDONESIA 11,25 10,96 11,22 11,13 10,86 10,70 Sumber Data: Susenas 2016 21

Perkembangan Garis Kemiskinan (GK) Menurut Provinsi Tahun 2014-2016 Provinsi Maret 2014 Sept 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016 Sept 2016 Aceh 359 504 377 049 390 150 401 773 410 956 424 765 Sumatera Utara 318 398 330 663 347 953 366 137 388 156 401 832 Sumatera Barat 349 656 365 827 384 277 403 947 425 141 438 075 Riau 364 176 379 223 399 211 417 164 426 001 437 259 Jambi 318 262 329 181 343 935 358 426 371 875 379 648 Sumatera Selatan 298 824 307 488 326 905 340 958 351 984 361 696 Bengkulu 336 930 356 554 380 029 410 840 416 427 437 184 Lampung 306 600 318 822 337 996 356 771 364 922 368 592 Bangka Belitung 444 171 469 814 488 701 529 979 534 229 564 391 Kepulauan Riau 415 800 425 967 448 652 480 812 490 157 502 653 DKI Jakarta 447 797 459 560 487 388 503 038 510 359 520 690 Jawa Barat 285 013 291 474 306 876 318 602 324 992 332 119 Jawa Tengah 273 056 281 570 297 851 309 314 317 348 322 748 DI Yogyakarta 313 452 321 056 335 886 347 721 354 084 360 169 Jawa Timur 282 796 289 945 305 171 316 515 321 761 329 172 Banten 304 636 315 819 336 483 356 436 367 949 373 365 Bali 295 210 301 747 321 834 331 028 338 967 346 398 NTB 287 987 297 907 314 238 322 689 333 996 336 573 NTT 265 955 268 536 297 864 307 224 322 947 327 003 Kalimantan Barat 282 835 298 212 323 615 340 413 347 880 363 027 Kalimantan Tengah 318 094 330 869 349 727 362 729 373 484 380 524 Kalimantan Selatan 308 512 323 594 341 348 360 949 377 480 389 273 Kalimantan Timur 431 560 444 248 473 710 494 207 511 205 526 686 Kalimantan Utara - - 475 620 493 086 513 614 530 566 Sulawesi Utara 261 117 266 528 295 365 307 104 317 478 318 984 Sulawesi Tengah 311 993 328 063 338 443 358 892 375 659 382 775 Sulawesi Selatan 222 003 229 222 248 391 261 854 270 601 275 361 Sulawesi Tenggara 230 627 243 036 257 553 269 516 277 288 282 161 Gorontalo 243 547 247 611 263 652 274 961 284 232 286 968 Sulawesi Barat 233 838 246 524 261 881 277 479 286 840 292 519 Maluku 352 208 361 022 399 632 405 279 414 302 424 656 Maluku Utara 295 787 316 160 344 088 362 370 376 554 386 489 Papua Barat 397 662 428 608 441 569 465 348 474 967 492 969 Papua 355 380 358 204 402 031 406 385 427 176 440 021 INDONESIA 302 735 312 328 330 776 344 817 354 386 361 990 Sumber Data: Susenas 2016 22

Perkembangan Indeks Kedalaman (P1) Menurut Provinsi Tahun 2014-2016 Provinsi Maret 2014 Sept 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016 Sept 2016 Aceh 2,91 3,14 3,10 2,78 3,48 3,06 Sumatera Utara 1,47 1,71 1,65 1,84 1,77 1,96 Sumatera Barat 0,94 0,75 0,98 1,09 1,10 1,12 Riau 1,01 1,20 1,39 1,55 1,36 1,36 Jambi 1,05 1,12 1,43 1,32 1,47 1,42 Sumatera Selatan 2,25 2,41 2,46 2,09 2,02 1,96 Bengkulu 2,78 2,85 3,49 3,33 3,14 2,79 Lampung 2,23 2,30 2,36 2,10 2,63 1,92 Bangka Belitung 0,73 0,60 0,67 0,89 0,67 0,75 Kepulauan Riau 0,94 0,74 0,97 0,95 0,89 0,71 DKI Jakarta 0,39 0,60 0,52 0,36 0,46 0,43 Jawa Barat 1,52 1,40 1,63 1,64 1,49 1,28 Jawa Tengah 2,25 2,09 2,44 2,04 2,37 2,12 DI Yogyakarta 2,19 2,35 2,93 2,02 2,30 1,75 Jawa Timur 1,85 1,86 2,06 2,07 1,99 1,95 Banten 0,83 0,79 0,94 0,90 0,80 0,76 Bali 0,42 0,87 0,66 0,84 0,51 0,53 NTB 2,56 2,92 3,25 2,76 3,00 2,63 NTT 3,34 3,25 4,06 4,48 4,69 3,83 Kalimantan Barat 0,98 1,26 1,29 1,16 1,30 1,13 Kalimantan Tengah 0,75 0,97 0,89 0,80 0,86 0,65 Kalimantan Selatan 0,63 0,65 0,74 0,66 0,71 0,69 Kalimantan Timur 1,08 0,79 0,90 0,65 1,04 0,81 Kalimantan Utara - - 0,79 1,90 0,78 0,88 Sulawesi Utara 1,21 1,28 1,34 1,45 1,53 1,38 Sulawesi Tengah 2,18 2,11 2,52 2,51 2,72 2,28 Sulawesi Selatan 1,56 1,41 1,69 1,57 1,83 1,53 Sulawesi Tenggara 1,99 2,09 2,64 1,95 2,76 1,98 Gorontalo 3,29 3,13 3,97 3,45 4,12 2,79 Sulawesi Barat 1,44 1,94 1,93 1,68 1,95 1,85 Maluku 3,80 4,11 3,52 4,62 3,63 3,76 Maluku Utara 1,10 1,16 0,70 1,07 0,73 0,92 Papua Barat 6,20 5,92 6,24 5,58 7,21 6,28 Papua 6,84 6,42 8,82 9,25 9,37 7,44 INDONESIA 1,75 1,75 1,97 1,87 1,94 1,74 Sumber Data: Susenas 2016 23

Perkembangan Indeks Keparahan (P2) Menurut Provinsi Tahun 2014-2016 Provinsi Maret 2014 Sept 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016 Sept 2016 Aceh 0,72 0,86 0,83 0,69 1,00 0,87 Sumatera Utara 0,37 0,45 0,42 0,49 0,50 0,56 Sumatera Barat 0,22 0,15 0,21 0,25 0,24 0,28 Riau 0,21 0,29 0,36 0,41 0,34 0,40 Jambi 0,23 0,23 0,35 0,32 0,37 0,36 Sumatera Selatan 0,59 0,62 0,64 0,49 0,43 0,48 Bengkulu 0,70 0,75 0,97 0,99 0,77 0,64 Lampung 0,53 0,56 0,59 0,48 0,70 0,41 Bangka Belitung 0,16 0,12 0,14 0,22 0,15 0,16 Kepulauan Riau 0,27 0,18 0,25 0,26 0,20 0,15 DKI Jakarta 0,07 0,13 0,10 0,06 0,08 0,08 Jawa Barat 0,38 0,33 0,44 0,44 0,37 0,28 Jawa Tengah 0,57 0,51 0,65 0,49 0,63 0,54 DI Yogyakarta 0,48 0,61 0,83 0,45 0,59 0,36 Jawa Timur 0,44 0,45 0,53 0,54 0,47 0,47 Banten 0,19 0,18 0,23 0,21 0,17 0,17 Bali 0,07 0,26 0,14 0,22 0,09 0,11 NTB 0,61 0,72 0,91 0,73 0,77 0,65 NTT 0,83 0,79 1,07 1,36 1,30 0,96 Kalimantan Barat 0,18 0,35 0,32 0,24 0,32 0,24 Kalimantan Tengah 0,17 0,25 0,21 0,17 0,20 0,15 Kalimantan Selatan 0,14 0,15 0,18 0,14 0,16 0,16 Kalimantan Timur 0,28 0,18 0,22 0,14 0,28 0,17 Kalimantan Utara - - 0,18 1,35 0,17 0,21 Sulawesi Utara 0,26 0,30 0,34 0,37 0,46 0,34 Sulawesi Tengah 0,52 0,55 0,67 0,64 0,73 0,56 Sulawesi Selatan 0,37 0,32 0,45 0,38 0,55 0,38 Sulawesi Tenggara 0,45 0,52 0,79 0,41 0,90 0,46 Gorontalo 0,90 0,83 1,24 1,00 1,47 0,65 Sulawesi Barat 0,25 0,52 0,46 0,34 0,48 0,44 Maluku 1,12 1,37 0,92 1,56 0,99 1,13 Maluku Utara 0,26 0,25 0,13 0,23 0,18 0,21 Irian Jaya Barat 2,05 1,88 2,33 1,83 2,82 2,23 Papua 2,30 2,19 3,78 5,39 4,19 2,65 INDONESIA 0,44 0,44 0,54 0,52 0,53 0,44 Sumber Data: Susenas 2016 24