Kusuma Adhianto*, Sulastri Sulastri, M.D.Iqbal Hamdani, Dewi Novriani, dan Lisa Yuliani

dokumen-dokumen yang mirip
Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Performans Pertumbuhan Kambing Boerawa di Village Breeding Centre, Desa Dadapan, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung

Performan Produksi Kambing Saburai Jantan Pada Dua Wilayah Sumber Bibit di Kabupaten Tanggamus

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PE DOE SELECTION BASED ON DOE PRODUCTIVITY INDEX ON WEAN WEIGHT IN DADAPAN VILLAGE, SUMBEREJO SUBDISTRICT, TANGGAMUS MUNICIPAL

I. PENDAHULUAN. atau peternak kecil. Meskipun bukan sebagai sumber penghasilan utama, kambing

KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PRODUKSI KAMBING BOER, KACANG DAN PERSILANGANNYA PADA UMUR 0 3 BULAN (PRASAPIH)

Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Perdesaan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

PERBANDINGAN KOEFISIEN HETEROSIS ANTARA KAMBING BOERAWA DAN SABURAI JANTAN PADA BOBOT SAPIH DI KECAMATAN SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

Yogyakarta 2 Departmen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

Effect of Concentrate Addition in Boerawa Doe Diet on Litter Size, Birth Weight, and Weaning Weight Kid Goats Keep in Intensive System ABSTRACT

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN ANTARA PEJANTAN BOER DENGAN INDUK LOKAL (PE) PERIODE PRASAPIH

PENGARUH FAKTOR NON GENETIK TERHADAP BOBOT LAHIR KAMBING BOER PADA STASIUN PERCOBAAN LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG SEI PUTIH

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

SELEKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA BERDASARKAN NILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

DAFTAR PUSTAKA. Blakely, J dan D. H. Bade Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

ESTIMASI PARAMETER GENETIK SIFAT PERTUMBUHAN KAMBING BOERAWA DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI KAMBING SABURAI BETINA DI DUA WILAYAH SUMBER BIBIT KABUPATEN TANGGAMUS. (Skripsi) Oleh.

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

KAJIAN PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING PADA SISTEM PEMELIHARAAN YANG BERBEDA DI KECAMATAN ANDOOLO BARAT KABUPATEN KONAWE SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING SABURAI JANTAN PADA DUA WILAYAH SUMBER BIBIT DI KABUPATEN TANGGAMUS. (Skripsi) Oleh.

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

PERBEDAAN BOBOT DAN UKURAN TUBUH KAMBING BOERAWA GRADE 1 UMUR SATU TAHUN DARI BEBERAPA PEJANTAN KAMBING BOER DI KECAMATAN SUMBEREJO

MATERI DAN METODE. Materi

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

LAJU PERTUMBUHAN PRASAPIH DAN SAPIH KAMBING BOER, KACANG DAN BOERKA-1

PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS & TEKNOLOGI V SATEK & INDONESIA HIJAU ISBN :

EFISIENSI REPRODUKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWAH YANG DIPELIHARA DI PEDESAAN

DOE PRODUCTIVITY AND KID CROP OF ETAWAH GRADE DOES KEPT UNDER INDIVIDUAL AND GROUP HOUSING IN TURI SUB DISTRICT, SLEMAN DISTRICT - DIY PROVINCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

POLA PERTUMBUHAN KAMBING KACANG JANTAN DI KABUPATEN GROBOGAN (The Growth Pattern of Kacang Goat Bucks in Grobogan District)

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

PERBANDINGAN PERSENTASE HETEROSIS KAMBING BOERAWA GRADE 1 DAN 2 PADA BOBOT SATU TAHUN DI KECAMATAN SUMBER REJO KABUPATEN TANGGAMUS.

PRODUKTIVITAS KAMBING HASIL PERSILANGAN KACANG DENGAN PEJANTAN BOER (BOBOT LAHIR,BOBOT SAPIH DAN MORTALITAS)

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

KACANG GOATS DOE PRODUCTIVITY IN KEDUNGADEM SUB-DISTRICT BOJONEGORO REGENCY

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

Transkripsi:

Performans Kambing Saburai Betina Di Wilayah Sumber Bibit Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung Performance Of Saburai doe In Village Breeding Center Tanggamus Region Lampung Province Kusuma Adhianto*, Sulastri Sulastri, M.D.Iqbal Hamdani, Dewi Novriani, dan Lisa Yuliani Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Soemantri Bojonegoro nomor 1 Bandar Lampung 35145. Telp (0721) 701583, Fax. (0721) 770347. Intisari Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui performans produksi Kambing Saburai di wilayah sumber bibit Kabupaten Tanggamus. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode survey, penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 180 ekor Kambing Saburai betina. Peubah yang diamati meliputi bobot lahir, bobot sapih, dan bobot satu tahun, pertambahan bobot badan harian (PBBH) prasapih, PBBH pascasapih, dan ukuran-ukuran tubuh (panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada) pada kambing Saburai Betina umur 1 tahun.hasil penelitian menunjukkan di kecamatan Gisting dan Sumberrejo rata-rata bobot lahir3,3+0,4 kg dan 3,1+0,3 kg, bobot sapih16,1+3,4 kg dan 14,9+3,7 kg, bobot setahun 37,2+5,01 kg dan 34,7+5,2kg, dan karakteristik morfologi (panjang badan51,3+6,5 cm dan 51,8+7,8 cm, tinggi pundak52,3+4,8 cm dan 53,2+5,6 cm, lingkar dada60,2+8,2 cm dan 58,8+7,8 cm) pada kambing Saburai Betina umur 1 tahun. Kata kunci: Performans, Kambing Saburai betina, Tanggamus Abstract This research was conducted to investigate the production performance of Saburai goat in breeding center of Tanggamus Region. Survey method with purposive sampling was applied to 180 Saburai doe, observing the birth weight, weaning weight, one-year-old weight, and linear body measurement (body length, height at withers and heart girth) of one year old Saburai doe. Result demonstrated that in Gisting and Sumberrejo regions, respectively, the average birth weight was 3.3+0.4 kgand 3.1+0.3 kg; weaning weight was 16.1+3.4 kg and 14.9+3.7 kg; one-year-old weight was 37.2+5.01 kg and 34.7+5.2kg. Morphological characteristics were 51.3+6.5 cm and51.8+7.8 cm body length; 52.3+4.8 cm and 53.2+5.6 cm height at withers and 60.2+8,2 cm and 58,8+7,8 cm heart girth, respectively. Key words: performance, Saburaidoe, Tanggamus *) Penulis koresponden kusuma_adhianto@fp.unila.ac.id. HP : 081227972696 Pendahuluan Kambing Saburai merupakan salah satu sumber daya genetic local Provinsi Lampung yang dihasilkan dari persilangan secara grading up antara Kambing Boer jantan dengan Peranakan Etawah (PE) betina dengan tujuan untuk memperoleh kambing tipe pedaging dengan performans 9

produksi yang lebih tinggi dari pada kambing PE. Persilangan secara grading up dalam pembentukan Kambing Saburai tersebut dilakukan sampai tahap kedua. Pada tahap pertama dilakukan persilangan antara Kambing Boer jantan dengan Kambing PE betina untuk menghasilkan Kambing Boerawa Filial 1 (Boerawa F1). Pada tahap kedua dilakukan perkawinan antara Kambing Boer jantan dengan Boerawa F1 betina. Hasil perkawinan antara Kambing Boer jantan dengan Boerawa F1 betina disebut Kambing Saburai (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2015). Kambing Saburai adalah salah satu jenis kambing yang banyak dipelihara oleh peternak di Kabupaten Tanggamus, melalui SK Menteri Pertanian No 359/Kpts/PK.040/6/ 2015 tanggal 8 Juni 2015 kambing Saburai telah ditetapkan sebagai salah satu plasma nutfah Indonesia yang harus dijaga, ditingkatkan dan dikembangkan populasinya sehingga dapat memberi banyak manfaat bagi peternak dan juga dalam upaya mencukupi kebutuhan daging, baik tingkat lokal dan nasional. Kambing Saburai memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah, memiliki kemampuan beradaptasi tinggi terhadap berbagai keadaan lingkungan dan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk mengembangkan usaha peternakan kambing Saburai yang sudah ada yakni meneliti tentang pola pertumbuhan kambing Saburai melalui bobot tubuhnya yang dapat memudahkan peternak dalam menentukan nilai ekonomis dari ternaknya (Adhianto et al., 2015). Seleksi terhadap calon induk Kambing Saburai merupakan salah satu factor penting selain seleksi terhadap calon pejantan. Seleksi untuk memilih calon induk tersebut dapat dilakukan dengan mengamati dan mencatat performans produksi Kambing Saburai secara intensif. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui performans produksiadalah bobot lahir, bobot sapih, dan bobot umur satu tahun. Nilai korelasi genetik antara bobot lahir dengan bobot sapih dan bobot sapih dengan bobot umur satu tahun termasuk kategori tinggi yang berarti bahwa semakin tinggi bobot lahir maka semakin tinggi pula bobot sapih ternak dan semakin tinggi bobot sapih akan semakin tinggi bobot setahunan (Beyleto et al., 2010). Kambing hasil seleksi yang dinyatakan memiliki mutu genetic unggul selanjutnya dipilih sebagai bibit untuk dikembangkan lebih lanjut di dalam populasi. Seleksi dilakukan untuk meningkatkan suatu kinerja yang bernilai ekonomis. Kinerja yang bernilai ekonomis pada Kambing Saburai sebagai tipe pedaging adalah bobot badan. Bobot badan memiliki korelasi genetic dan fenotipik yang erat dengan ukuran-ukuran tubuh. Ukuran-ukuran tubuh tersebut antara lain panjang badan, tinggi pundak, dan lingkar dada. Bobot badan dan ukuranukuran tubuh dinyatakan pula sebagai kinerja pertumbuhan. Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh merupakan sifat kuantitatif yang dipengaruhi oleh factor genetik, lingkungan, dan interaksi antara genetic dan lingkungan. Faktor genetic merupakan faktor yang 10

diwariskan oleh tetua jantan dan betina pada keturunannya. Berdasarkan kondisi di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui performans produksi kambing saburai betina yang ada di wilayah sumber bibit kabupaten Tanggamus. Metode Penelitian Alat dan Bahan Materi penelitian terdiri dari 180 ekor Kambing Saburai betina yang terdapat di Kecamatan Gisting dan Sumberejo yang merupakan wilayah sumber bibit kambing Saburai di Kabupaten Tanggamus. Sampel pengamatan ditentukan dengan metode purposive sampling. Alat yang digunakan meliputi tongkat ukur, pitaukur, alat tulis, kamera digital, dan timbangan merk Oxon kapasitas 120 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Penelitian dilakukan dengan metode survey. Data yang diambil adalah data primer dan sekunder. Data primer diambil dengan melakukan penimbangan dan pengukuran terhadap sampel pengamatan secara langsung dan wawancara dengan peternak dengan daftar pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner. Data sekunder diperoleh dari rekording bobot badan kambing yang ada pada peternak. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah: 1. Bobot lahir, data bobot lahir diperoleh dari data sekunder yang merupakan penimbangan yang dilakukan oleh peternak dengan batas maksimal penimbangan 24 jam setelah cempe dilahirkan. 2. Bobot sapih, diperoleh dengan cara menimbang cempe sesaat setelah disapih dari induknya sekitar pada umur 90 hari (Hardjosubroto, 1994). 3. Bobot umur satu tahun, diperoleh dengan cara menimbang kambing pada umur sekitar 12 bulan. 4. Panjangbadan, Panjang badan dilakukan dengan mengukur jarak antara sendi bahu sampai benjolan tulang tapis, dengan mengguna kantong katukuratau pun pita ukur. 5. Tinggi pundak, Tinggi pundak diukur dengan mengguna kantong katukur dengan cara mengukur jarak tertinggi pundak sampai ke tanah. 6. Lingkar dada, Lingkar dada diukur dengan melingkarkan pita ukur pada rongga dada dibelakang sendi bahu (os scapula). Hasil Dan Pembahasan Gambaran umum Kecamatan Gisting dan Sumberejo memiliki kesamaan geografis, letak geografis kecamatan tersebut termasuk dalam wilayah dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut, dataran tinggi biasanya memiliki suhu udara yang sejuk berkisar antara 20,8 O C - 22,5 O C, sehingga dapat digunakan untuk pengembangan daerah peternakan. Pada wilayah ini kambing terhindar dari cekaman panas yang dapat menurunkan konsumsi pakan dan pertumbuhan ternak. Beberapa hal pokok dalam usaha ternak kambing, salah satunya 11

adalah tata laksana. Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yangharus mendapatkan perhatian yang cukup. Kandang yang baik akan memberikan dampak positif baik bagi ternakitu sendiri maupun bagi peternak. Perkembangan ternak akan optimal karena mempunyai tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Pada akhirnya ternak bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi kandang yang baik. Kandang yang digunakan untuk kambing di lokasi penelitianya itu kandang panggung, ketinggian lantai kandang sekitar 1,0 m dari permukaan tanah. Atap kandang tipe gable dengan bahan atap genting atau asbes. Dinding kandang terbuat dari kayu dengan system terbuka. Sistem terbuka lebih dipilih karena mampu menghemat biaya pembuatan kandang, tetapi kondisi di dalam kandang bergantung pada lingkungan. Lingkungan luar mempengaruhi suhu dan kelembaban pada kandang kambing. Bentuk kandang panggung membuat kandang tetap dalam kondisi bersih dan kering karena semua kotoran turun kebawah lantai kandang. Disamping itu kambing tidak bersentuhan langsung dengan kotorannya, sehingga terhindar dari penyakit yang terdapat dalam kotoran. Keuntungan yang lain adalah memudahkan mengumpulkan kotoran yang akan digunakan sebagai pupuk. Selain itu, disekitar kandang jugasemuanya terdapat pohon-pohon naungan berupa pohon kakao dan kopi serta naungannya (Kecamatan Gisting) dan pohon salak atau kopi serta naungannya (Kecamatan Sumberejo). Pohon-pohon disekitar kandang mendukung bagi tipe kandang terbuka. Pohon-pohon ini berfungsi untuk melindungi kambing dari panas di siang hari dan terpaan angin secara langsung terutama untuk malam hari sehingga kambing terhidar dari serangan penyakit kembung. Pakan yang diberikan oleh para peternak untuk ternak di dua wilayah tersebut ialah daun nangka, daun singkong, terkadang gamal atau kulit kakao, dan ramban yang diberikan bergantian. Para peternak di wilayah ini melakukan perlakuan yang sama yaitu memberi pakan hijauan tanpa konsentrat. Sementara air minum diberikan sesuai kebutuhan kambing. Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila pakan berupa campuran daun daunan dan rumputan dicampur dengan perbandingan 1:1, dengan komposisi demikian zat gizi yang terdapat pada masingmasing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan menjamin ketersedian gizi yang lebih baik (Setiawan danarsa, 2003). Performans produksi Bobot lahir Rataan bobot lahir Kambing Saburai di kecamatan Gisting (3,3+0,4 kg) lebih tinggi di bandingkan dengan kecamatan Sumberrejo (3,1+0,3 kg), kondisi ini kemungkinan potensi genetik tetua kambing saburai di kecamatan Gisting lebih baik dibandingkan kecamatan Sumberrejo, karena sebagian besar pertumbuhan prasapih dipengaruhi oleh genetik tetuanya 12

Tabel 1. Performans produksi Kambing Saburai Betina Rata-rata Uraian Kecamatan Gisting Kecamatan Sumberejo Bobot lahir (kg) 3,3+0,4 3,1+0,3 Bobot sapih (kg) 16,1+3,4 14,9+3,7 Bobot 1 tahun (kg) 37,2+5,01 34,7+5,2 Adhianto et al (2012) melaporkan bahwa rataan bobot lahir kambing boerawa (persilangan kambing boer jantan dan etawah betina) adalah 3,02 kg/ekor, sedangkan Adhianto et al (2013) rataan bobot lahir kambing boerawa untuk anak kelahiran kembar adalah 3,04 kg/ekor.menurut Nasich (2011), ratarata berat lahir betina 3,09 kg. Hasil penelitian yang didapat saat ini menunjukkan adanya peningkatan bobot lahir baik di kecamatan Gisting (3,3+0,4 kg) dan juga di kecamatan Sumberrejo (3,1+0,3 kg), kondisi ini menggambarkan adanya peningkatan produktifitas kambing Saburai di kabupaten Tanggamus. Perbedaan berat lahir ternak pada bangsa yang sama dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan, perbedaan potensi genetik pejantan, dan kondisi lingkungan (Mahmilia et al., 2010; Bharathidasan et al., 2009). Bobot sapih Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata bobot sapih hasil penimbangan pada Kambing Saburai di Kecamatan Gisting (16,1+3,4 kg) dan Kecamatan Sumberejo (14,9+3,7 kg). Rataan bobot sapih di kecamatan Gisting terlihat lebih tinggi di bandingkan kecamatan Sumberrejo. Pada bobot lahir kambing saburai betina di kecamatan gisting memang lebih tinggi dari kecamatan sumberrejo, sehingga pengaruh potensi genetik masih juga berdampak pada bobot sapih, karena selama pra sapih pertumbuhan anak kambing sangat di pengaruhi oleh kemampuan induk dalam mengasuh anaknya dan juga kualitas pakan induknya. Adhianto et al (2013) melaporkan rataan bobot sapih kambing boerawa betina adalah 16,23 kg/ekor, jika dibandingkan dengan bobot sapih di kecamatan Gisting (16,1+3,4 kg) dan kecamatan Sumberrejo (14,9+3,7 kg) pada penelitian ini ternyata masih lebih rendah. Kondisi ini kemungkinan disebabkan selain potensi genetik, faktor lingkungan mulai mempengaruhi pertumbuhan anak kambing khususnya pakan. Ketersediaan hijauan selama jangka waktu pelaksanaan penelitian dapat mempengaruhi pertumbuhan, pakan yang dikonsumsi induk untuk memproduksi susu dan untuk anak kambing sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak kambing selama masa sapih. Hasil persilangan antara kambing jantan Boer dengan betina PE menghasilkan berat sapih yang lebih tinggi daripada PE namun lebih rendah daripada Boer. Rata-rata berat sapih kambing Boer adalah 24,0 kg (Barry and Godke, 2005), 20 sampai 25 kg (Greyling, 2000). Bobot 1 tahun Rataan bobot umur satu tahun kambing saburai betina hasil penimbangan di kecamatan Gisting adalah 37,2+5,01 kg sedangkan di kecamatan Sumberrejo 34,7+5,2 kg; 13

sementara Sulastri et al. (2014) menyatakan bahwa bobot umur satu tahun kambing saburai adalah 42,27±2,12kg. Nugroho et al. (2013) juga melaporkan bobot kambing boerawa pada umur satu tahun 41,14 kg. Pada penelitian ini jika dibandingkan dengan kedua penelitian diatas hasilnya lebih rendah, hal ini dikarenakan pada penelitian ini informasi yang disampaikan adalah kambing saburai betina, perbandingan pola pertumbuhan antara kambing jantan dan betina selalu di laporkan bahwa kambing jantan memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan betina. Informasi mengenai performans kambing saburai betina sampai saat ini belum banyak ditemukan. Sehingga sebagai perbandingan digunakan kambing saburai jantan, walaupun hasilnya lebih rendah. Tabel 2. Karakteristik morfologi kambing Saburai Betina Rata-rata Uraian Kecamatan Gisting Kecamatan Sumberejo Panjangbadan (cm) 51,3+6,5 51,8+7,8 Tinggipundak (cm) 52,3+4,8 53,2+5,6 Lingkardada (cm) 60,2+8,2 58,8+7,8 Karakteristik morfologi Panjang Badan, Tinggi Pundak, dan Lingkar Dada Rataan panjang badan, tinggi pundak, dan lingkar dada Kambing Saburai betina di Kecamatan Gisting masing-masing adalah 51,3+6,5 cm, 52,3+4,8 cm, dan 60,2+8,2 cm, sedangkan Kecamatan Sumberejo 51,8+7,8 cm, 53,2+5,6 cm dan 58,8+7,8 cm. Sementara Nugroho et al (2013) mendapatkan panjang badan, tinggi pundak, dan lingkar dada untuk kambing saburai jantan adalah 63,90 cm, 65,77 cm dan 78,15 cm, sedangkan Sulastri et al (2014) 58.01±1,01 cm, 61,79±1,19 cm, dan 67,78±1,12 cm. Perbedaan jenis kelamin jantan dan betina seperti yang sudah disampaikan pada penjelasan diatas bahwa kambing jantan memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding betina hal ini juga akan tercermin pada ukuran-ukuran tubuh kambing saat dilakukan pengukuran. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa masih terdapat perbedaan performans kambing saburai betina di wilayah sumber bibit kabupaten Tanggamus, seharusnya kondisi ini tidak terjadi karena sebagai wilayah sumber bibit diharapkan masing masing wilayah dapat menghasilkan performans yang sama. Daftar Pustaka Adhianto, K., N. Ngadiyono, Kustantinah, dan I. G. S. Budisatria. 2012. Lama Kebuntingan, Litter Size, dan Bobot Lahir Kambing Boerawa pada Pemeliharaan Perdesaan di Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 12 (2): 131-136 14

Adhianto, K., N Ngadiyono, IGS Budisatria, dan Kustantinah. 2013. Doe Productivity of Boerawa Goat on Rural Condition. Anim. Prod.15(1):31-39. Faculty of Animal Science Jenderal Soedirman University colaboration with Indonesia Society of Animal Science. Adhianto, K., M. D. I. Hamdani, dan Sulastri. 2015. Model Kurva Pertumbuhan Pra Sapih Kambing Saburai di Kabupaten Tanggamus. Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 10: 2: 95-100. Barry, D. M. and R. A. Godke. 2005. The Boer Goat. The Potential for Cross Breeding. Boergoats. Com. Cover Page (Previous Display). Department of Animal Sciences, LSU Agricultural Center. Lousiana State University. Baton Rouge. Lousiana. Beyleto, V. Y., Sumadi, dan T. Hartatik. 2010. Estimasi parameter genetik sifat pertumbuhan Kambing Boerawa di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Buletin Peternakan Vol 34: 138-144. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Bharathidhasan, A., R. Narayanan, P. Gopu, A. Subramanian, R. Prabakaran, and R. Rajendra. 2009. Effect Non Genetic Factors on Birth Weight, Weaning Weight and Pre weaning Gain of Barbari goat. Tamilnadu. J. Vet. Anim. Sci. 5(3): 99-103. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. 2015. Naskah Penetapan rumpun Kambing Saburai. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Greyling, J. P. C. 2000. Reproduction traits in the Boer goat doe. Small Ruminant Research. 36(2): 171-177. Mahmilia, F., M. Doloksaribu, dan S.Nasution. 2010. Pengaruh faktor non genetik terhadap bobot lahir kambing Boer pada Stasiun Percobaan Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. hal. 477-481. Nasich, M. 2011. Produktivitas kambing hasil persilangan antara pejantan Boer dengan induk lokal (PE) periode prasapih. J. Ternak Tropika Vol. 12, No.1. 56-62. Priyo Nugroho, Idalina Harris, Kusuma Adhianto. 2014. Studi Karakteristik Dan Ukuran Tubuh Antara Kambing Jantan Boerawa G1 Dan G2 Pada Masa Dewasa Tubuh Di Desa Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol 2. No 2. Pp 49-53. ISSN: 2303-1956. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Setiawan,TdanT,Arsa.2003.Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa 15

Edisi 1. Penebar Swadaya, Jakarta Sulastri, Sumadi,T. Hartatik, dan N. Ngadiyono. 2014. Performans Pertumbuhan Kambing Boerawa di Village Breeding Centre, Desa Dadapan, Kecamatan Suberejo, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Jurnal Sains Peternakan Vol. 12 (1), Maret 2014: 1-9. ISSN 1693-8828. Jurusan Peternakan Universitas Negeri Surakarta. 16