BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam masalah bagi lansia baik secara biologik, psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). Gejala menuanya struktur penduduk (aging population) juga terjadi di Indonesia. Penduduk lansia di Indonesia menunjukkan peningkatan absolute maupun relative. Pada tahun 1990 jumlahnya hanya sekitar 10 juta maka pada tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 29 juta, dengan peningkatan dari 5,5% menjadi 11,4% dari total populasi (Bustan, 2007). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan, sosial, ekonomi, psikologis (Depkes RI, 2008). Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi karena 1
2 bertambahnya usia lebih besar pada orang yang banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam (Ritu, 2011). Berbagai faktor penyebab terjadinya hipertensi diantaranya yaitu faktor (usia, jenis kelamin) sangat berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada lanjut usia adalah tekanan darah tinggi. Tekanan darah sistolik meningkat sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi tekanan darah diastolik meningkat seiring dengan tekanan sistolik sampai sekitar usia 55 tahun yang kemudian menurun oleh karena terjadinya kekakuan arteri akibat ateroklerosis (Suhardjono, 2008). Prevalensi hipertensi yang tergolong lansia (55 sampai 65 tahun) di Indonesia mencapai 62,8%. Lansia yang hipertensi lebih banyak didapatkan dengan kebiasaan merokok yakni sebesar 84,4% dibandingkan dengan yang tidak merokok yakni sebesar 60,9%. Selain itu, faktor stres juga berpengaruh pada kenaikan tekanan darah secara bertahap karena dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatis (Nugroho, 2008). Badan kesehatan dunia atau WHO (World Health Organization) memberikan batasan bahwa seseorang dengan beragam usia dan jenis kelamin, apabila tekanan darahnya berada pada satuan 140/90 mmhg atau diatas 160/90 mmhg, maka ia sudah dapat dikategorikan sebagai penderita hipertensi (Rusdi dan Nurlaena Isnawati, 2009). Menurut WHO, saat ini hipertensi bertanggung jawab untuk setidaknya 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51% akibat stroke. Pada tahun 2008, di seluruh dunia sekitar 40% dari total orang dewasa
3 berusia 25 tahun ke atas telah didiagnosis dengan hipertensi. Kondisi tersebut meningkat dari 600 juta orang pada tahun 1980 menjadi satu miliar orang pada tahun 2008. Prevalensi kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 1,96% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 2,00%. Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2011 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi, yaitu sebanyak 634.860 kasus (72,13%) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011). Berdasarkan data pendahuluan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara untuk kejadian hipertensi di Banjarnegara tahun 2014 adalah dari 10 besar penyakit, kasus hipertensi banyak terjadi dan menduduki peringkat kedua di Kabupaten Banjarnegara yaitu sebanyak 35.075 kasus. Pravelensi hipertensi yang terjadi di Puskesmas 2 Rakit Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2014 dari bulan Januari hingga bulan Desember 169 kasus. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada 10 lansia di Desa Lengkong Kecamatan Rakit pada tanggal 23 November 2014 terdapat 8 lansia 80% mengalami hipertensi, dan 2 lansia 20% tidak mengalami hipertensi. Berdasarkan penjelasan di atas kasus hipertensi harus segera diatasi. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan nonfarmakologis. Penanganan secara farmakologi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat penurun hipertensi. Sedangkan penanganan secara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan memberikan terapi yang
4 memberikan manfaat relaksasi kepada tubuh. Manajemen nonfarmakologi yang diberikan yaitu terapi alternatif komplementer (Jaelani, 2009). Pengobatan hipertensi ada dua cara pengobatan secara farmakologis dan non farmakologis. Pemberian terapi non farmakologis relatif praktis dan efisien yaitu dengan cara pemberian aromaterapi. Menurut Jaelani ( 2009 ) aromaterapi berasal dari kata aroma yang berati harum atau wangi, dan terapi yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau penyembuhan, sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak essensial dan lilin aromaterapi. Banyaknya lansia yang mengalami hipertensi dan sebagian besar keluarga maupun lansia tidak mengetahui terapi relaksasi dengan pemberian aromaterapi sebagai salah satu cara penurunan tekanan darah, cara ini juga efektif selain obat yang terus terusan diminum oleh penderita bahkan bisa bertahun tahun. Aromaterapi adalah terapi komplementer dalam praktek keperawatan dan menggunakan minyak essensial dan bau harum tumbuhan untuk mengurangi masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup (jaelani, 2009). Menurut Sharma (2009), mengatakan bahwa bau berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti obat analgesik. Misalnya, mencium lavender dan kenanga maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa didalam otak dan membantu untuk membantu untuk merasa rileks. Aromaterapi dapat digunakan sebagai alternatif untuk menurunkan tingkat nyeri tanpa menimbulkan efek-efek yang merugikan seperti pada
5 pemberian obat farmakologi. Aromaterapi akan menstimulasi hipotalamus untuk mengeluarkan mediator kimia yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit dan menghasilkan perasaan sejahtera (Rachmi,2002). Dengan melihat latar belakang masalah diatas maka penulis melakukan penelitian Perbandingan pengaruh aromaterapi lavender (lavandula angustivolia) dan aromaterapi kenanga (cananga odorata) terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di Desa Lengkong Kabupaten Banjarnegara. B. Rumusan Masalah Tekanan darah tinggi dianggap sebagai faktor resiko utama bagi berkembangnya penyakit jantung dan berbagai penyakit vaskuler pada orang-orang yang telah lanjut usia, hal ini disebabkan ketegangan yang lebih tinggi dalam arteri sehingga menyebabkan hipertensi. Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu Adakah Perbandingan Pengaruh Aromaterapi Lavender (Lavandula angustivolia) dan Aromaterapi Kenanga (Cananga odorata) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia di Desa Lengkong Kabupaten Banjarnegara.
6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mendeskripsikan perbandingan aromaterapi lavender dan aromaterapi kenanga terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di Desa Lengkong Kabupaten Banjarnegara. 2. Tujuan Khusus 1. Diketahui karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan). 2. Teridentifikasi tekanan darah lansia sebelum diberikan aromaterapi lavender 3. Teridentifikasi tekanan darah lansia sesudah diberikan aromaterapi lavender 4. Teridentifikasi tekanan darah lansia sebelum diberikan aromaterapi kenanga. 5. Teridentifikasi tekanan darah lansia sesudah diberikan aromaterapi kenanga. 6. Membandingkan perubahan tekanan darah lansia yang diberi aromaterapi lavender dan aromaterapi kenanga. D. Manfaat Penelitian a. Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang lebih mendalam tentang perbandingan tekanan darah pada lansia sesudah dan
7 sebelum diberikan aromaterapi lavender dan aromaterapi kenanga di Desa Lengkong Kabupaten Banjarnegara. b. Bagi Lansia Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan alternatif yang tepat dan praktis dalam menurunkan tekanan darah dengan aromaterapi lavender dan aromaterapi kenanga. c. Bagi Institusi Kesehatan dan Sarana pelayanan kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pelayanan kesehatan untuk menginformasikan manfaat aromaterapi lavender dan aromaterapi kenanga terhadap perubahan tekanan darah pada lansia. d. Bagi Keluarga dan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi yang ilmiah mengenai manfaat aromaterapi lavender dan aromaterapi kenanga terhadap perubahan tekanan darah pada lansia di Desa Lengkong Kabupaten Banjarnegara. e. Bagi peneliti Penelitian ini menjadi acuan proses belajar dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan melalui proses pengumpulan data dan dapat menambah wawasan bagi peneliti. E. Penelitian Terkait 1. Eva Elli Kristanti (2010) dengan judul Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan derajat Kecemasan pada lansia di panti wreda Santo Yoseph Metode penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
8 (lebih dari 90%) di Panti Wredha Santo. Yoseph Kediri mengalami penurunan tingkat kecemasan setelah diberikan aromaterapi lavender. Analisis statistic t-test menggunakan SPSS 11.0 with α 0.05 dengan menunjukkan adalah pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat kecemasan untuk lansia di Panti Wredha St.Yoseph Kediri. Perbedaan dari penelitian diatas adalah penelitian ini menggunakan eksperimen dengan desain pre test pos test two group design dengan teknik sampling teknik total sampling. uji statistik yang digunakan uji t paired t test. 2. Ahmad Ali Majidi, Farida Juanita (2013) dengan judul Pemberian aromaterapi kenanga ( cananga odorata ) untuk menurunkan tekanan darah lansia di Dusun Sumilaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Kabupaten Lamongan. Metode dari penelitian ini menggunakan Desain penelitian pre eksperimental dengan menggunakan rancangan One Group Pretest Posttest Design dengan populasi seluruh lanjut usia yang mempunyai tekanan darah tinggi di Dusun Sumlaran Desa Sukodadi Kecamatan Sukodadi Lamongan dengan teknik consecutive sampling didapatkan sampel sebesar 20 orang. Hasil dari penelitian ini adalah penelitian menunjukkan sebelum pemberian aromaterapi kenanga hampir sebagian hipertensi tingkat 2 yaitu sebanyak 9 orang atau 45%, sesudah pemberian aromaterapi kenanga sebagian hipertensi tingkat 1 yaitu sebanyak 10 orang atau 50%, dengan menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 terdapat perbedaan
9 tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi kenanga pada lansia dengan p= 0,001 dan Z = -3,357. Perbedaan dalam penelitian ini adalah penelitian menggunakan desain penelitian pre eksperimen dengan desain pre test - pos test two group design, populasi dari penelitian ini adalah lansia hipertensi dengan teknik total sampling dengan menggunakan uji satatistik uji t paired t test. 3. Indah Setya Wahyuni (2014) skripsi tidak dipublikasikan. Penelitian dengan judul pengaruh massase ekstremitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di kelurahan Grendeng Purwokerto. Metode dari penelitian ini adalah jenis penelitian pre-eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design. Metode purposive sampling. Instrumen menggunakan spigmomanometer dan dianalisis dengan uji wilcoxon. Hasil dari penelitian ini adalah Sampel penelitian sebanyak 38 responden, rentang usia 55-65 tahun. Terdapat perbedaan jumlah responden lakilaki dan perempuan yaitu dari 3 laki-laki dan 35 perempuan. Hasil ratarata tekanan darah sistolik sebelum intervensi adalah 140,00 mmhg dan rata-rata tekanan darah sistolik setelah intervensi adalah 133,95 mmhg dengan nilai p value= 0,000. Sedangkan tekanan darah diastolik sebelum intervensi adalah 90,00 mmhg dan rata-rata tekanan diastolik setelah intervensi adalah 80,00 mmhg dengan nilai p value=0.005. Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian menggunakan
10 desain penelitian pre eksperimen dengan desain pre test - post test two group design design.