BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dengan Pemerintahan Daerah. Urusan pemerintahan terdiri dari urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dikelola secara bersama antar tingkatan dan susunan pemerintahan atau konkuren. Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah adalah urusan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal nasional, yustisi, dan agama. Urusan pemerintahan yang dapat dikelola secara bersama antar tingkatan dan susunan pemerintahan atau konkuren adalah urusan-urusan pemerintahan selain urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah. Dengan demikian dalam setiap bidang urusan pemerintahan yang bersifat konkuren senantiasa terdapat bagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip desentralisasi. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Untuk mendukung penyelenggaraan desentralisasi diperlukan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional dan berkeadilan, jauh dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme serta adanya perimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. Menurut Syarif (2000) ada tiga alasan pokok mengapa diperlukan desentralisasi, yang secara singkat dapat disimpulkan: pertama, Political Equality yaitu meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada tingkat daerah. Kedua Local Accountability yaitu untuk meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab daerah dalam mewujudkan hak dan aspirasi masyarakat di daerah dan yang ketiga adalah Local Revonsiveness yaitu meningkatkan
2 respons pemerintah daerah terhadap masalah-masalah sosial ekonomi yang terjadi di daerahnya. Berdasarkan pendapat di atas secara umum tujuan yang hendak dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah pengembangan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah, dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan. Desentralisasi merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraa desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah. Menurut Rizky (2013), Pada awal pelaksanaan otonomi daerah/desentralisasi pada kurun waktu tahun 2001-2003, diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan dekonsentrasi belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat itu. Hal tersebut dapat dilihat bahwa lebih dari 98% anggaran dekonsentrasi digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan yang bersifat pelaksanaan (fisik) di daerah dan hanya 0,4% yang dialokasikan untuk kegiatan penetapan kebijakan. Selain itu sebagian besar kegiatan dekonsentrasi dilaksanakan di Kabupaten/Kota dengan melibatkan dinas pemerintah daerah setempat. Dengan demikian, dibandingkan dengan sebelum desentralisasi, tidak ada perubahan yang dilakukan departemen/lembaga dalam merumuskan kegiatan ataupun menyusun anggaran dekonsentrasi. Adanya desentralisasi yang membagi kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, juga memperkecil kewenangan pusat. Hal tersebut berarti bahwa kegiatan dekonsentrasi terkait dengan urusan pusat juga menjadi kecil. Sebagai konsekuensinya maka anggaran sektoral departemen/lembaga, termasuk anggaran dekonsentrasi seharusnya juga mengalami penurunan. Namun pada kenyataannya, berdasarkan hasil kajian terlihat bahwa alokasi dana dekonsentrasi meningkat hingga 2-4 kali (Deswandi 2013). Kondisi diatas disebabkan antara lain oleh (1) lemahnya ketentuan pasal-pasal dalam undang-undang dan peraturan pemerintah yang ada saat itu, (2) adanya perbedaan antara pengertian dekonsentrasi dalam ketentuan yang berlaku dengan pengertian dalam teori dekonsentrasi dan
3 (3) rendahnya pemahaman para penyelenggara pemerintah di pusat maupun di daerah. Salah satu bidang yang akan dikembangkan adalah bidang pendidikan, dimana dengan adanya pemberlakuan sistem desentralisasi dapat memberi dampak terhadap pelaksanaan manajemen pendidikan yaitu memberi ruang gerak yang lebih luas kepada pengelolaan pendidikan untuk menemukan strategi kompetisi dalam era kompetitif mencapai output pendidikan yang berkualitas dan mandiri. Kebijakan desentralisasi akan berpegang secara signifikan dengan pembangunan pendidikan. Setidaknya ada empat dampak positif untuk mendukung kebijakan desentralisasi pendidikan (Kamaruddin 2012), yaitu: 1. Peningkatan mutu, yaitu dengan kewenangan yang dimiliki sekolah maka sekolah lebih leluasa mengelola dan memberdayakan sumber daya yang dimiliki. 2. Efisiensi keuangan hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber pajak lokal dan mengurangi biaya operasional. 3. Efisiensi administrasi dengan memotong mata rantai birokrasi yang panjang dengan menghilangkan prosedur yang bertingkat-tingkat. 4. Perluasaan dan pemerataan, membuka peluang penyelenggaraan pendidikan pada daerah pelosok sehingga terjadi perluasan dan pemerataan pendidikan. Dana Dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Dana dekonsentrasi yang alokasinya meningkat setiap tahun, sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, diperuntukkan bagi pelaksanaan urusan pemerintah di daerah yang bersifat non fisik.
4 Dana dekonsentrasi dikeluarkan oleh pemerintah pusat namun semua kegiatan tidak dilakukan oleh pemerintah pusat. Kewenangan pengaturan dan pengelolaan semuanya dilimpahkan kepada pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat yang sepenuhnya melalui Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat yang menangani tentang bidang pendidikan. Namun untuk semua kegiatan tentang pelaporan dana dekonsentrasi tetap dilaporkan pemerintah pusat untuk mengetahui perkembangan apa yang sudah terjadi pada daerah. Pelaksanaan dana dekonsentrasi secara rinci diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Pada pasal 1 menjelaskan mengenai Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disingkat RKA-KL merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu Kementerian/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. Dilihat dari penerapannya, khususnya pada dekonsentrasi pendidikan, di Negara-negara yang melaksanakan desentralisasi pendidikan, dekonsentrasi dilakukan dengan memberikan dana dan kewenangan penuh pada sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolahnya, mulai dari penentuan kepala sekolah, guru-guru dan kebijakan lain dengan tetap mengacu pada pedoman pusat (Kamaruddin 2012). Di dalam Laporan Realisasi Anggaran dinas pendidikan Sumatera Barat disebutkan bahwa penyelenggaraan Pendidikan Sumatera Barat belum mampu menjangkau kebutuhan pendidikan untuk masyarakat, khususnya keterjangkauan pelayanan pendidikan bagi anak usia sekolah yang berdomisili pada daerah/wilayah dengan kondisi geografis sulit terjangkau dengan pendidikan, serta anak usia sekolah yang secara ekonomis tidak memungkinkan baginya untuk dapat bersekolah. Upaya peningkatan mutu pendidikan juga belum diarahkan pada peningkatan
5 kualitas input, proses dan output pendidikan guna mengantisipasi kebutuhan kompetensi Nasional dan Internasional. Dana dekonsentrasi digunakan untuk melaksanakan program-program yang merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan instansi Pemerintah/Lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Sedangkan kegiatan yang dimasksud adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran yang terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang bersifat personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi atau kombinasi dari beberapa ke semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan untuk menghasilkan keluaran dalam bentuk barang/jasa. Dalam RKA-KL kegiatan manajemen dipaparkan agar pelaksanaannya dilakukan secara jelas yang meliputi program/kegiatan/hasil/manfaatnya terhadap dana dekonsentrasi pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Penyerapan dari dana dekonsentrasi juga dapat dilihat dari Rencana Strategis (Renstra) SKPD Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat tahun 2010-2015, dan hasilnya dapat dilihat dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP). Yang mana hal tersebut disusun berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2011 tentang RPJMD Sumatera Barat tahun 2010-2015. Renstra ini diususun sebagai pedoman dan arah pembangunan pendidikan yang hendak dicapai dalam priode 2010-2015 dengan mempertimbangkan capaian pembangunan pendidikan hingga saat ini. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Permana (2013) menyatakan bahwa gambaran penggunaan dana Dekonsentrasi dibidang pendidikan yang terbesar berada pada pendidikan Dasar (90%) dan seblebihnya pada pendidikan menengah dan pendidikan untuk anak Usia Dini. Selain itu dia juga mengungkapkan bahwa masih banyak terdapat
6 kendala / hambatan dalam pelaksanaan dana dekonsentrasi dalam bidang pendidikan ini. Penelitian yang senada juga dilakukan oleh Rizky (2013) menyimpulkan bahwa (1) Terdapatnya tumpang tindih kewenangan antara pusat dan daerah (2) Adanya keterlambatan Laporan rutin Kegiatan Dinas Pendidikan Sumatera Barat dan (3) Masih terdapat ketidaksamaan antara sasaran anggaran dana Dekonsentrasi dengan realisasi pelaksanaan anggaran. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada Dinas Pendidikan Sumatera Barat, serta mempelajari dokumen keuangan sehubungan penggunaan dana dekonsentrasi dalam bidang pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut: bahwa terdapat pengurangan anggaran dana dekonsentrasi pendidikan pada tahun 2011 2013, sementara pada tahun 2014 terjadi kenaikan dan kembali mengalami penurunan tahun 2015. Selain itu dari analisis sementara yang dilakukan, masih terdapat beberapa kegiatan yang tidak sama pada setiap tahunnya. Berdasarkan kedua hasil penelitian di atas serta analisis yang dilakukan pada studi pendahuluan, dapat ditarik suatu kesimpulan masih terdapat permasalahan dan hambatan serta perbedaan dalam pelaksanaan dana dekonsentrasi dibidang pendidikan di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat. Selain itu berdasarkan hasil perbincangan peneliti dengan beberapa praktisi pendidikan, serta dari informasi pada media masa, kelihatannya masih banyak terdapat permasalahan-permasalahan dalam bidang pendidikan seperti permasalahan dana bos, mahalnya biaya pendidikan, masih banyaknya angka putus sekolah dan sebagainya. Disini terdapat suatu hal yang dilematis, dimana disatu pihak pemerintah telah berupaya untuk memajukan bidang pendidikan, karena sektor pendidkan itu merupakan sektor yang paling strategis terhadap sektor ekonomi, dan sektor lainnya, dan dilain pihak masih terdapat berbagai permasalahan dalam pelaksanaan dan penerapannya. Hal ini menyebabkan munculnya keinginan peneliti untuk mengkaji penelitian mengenai Analisis Dana Dekonsentrasi Sektor Pendidikan di Provinsi Sumatera Barat.
7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah digambarkan pada latar belakang, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kesesuaian alokasi dana dekonsentrasi terhadap program dan kegiatan bidang pendidikan di Provinsi Sumatra Barat. 2. Bagaimanakah penyerapan anggaran dana dekonsentrasi untuk masing-masing program dan kegiatan bidang pendidikan di Provinsi Sumatera Barat. 3. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi isu dan masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Sumatera Barat. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kesesuaian alokasi dana Dekonsentrasi terhadap program dan kegiatan bidang Pendidikan di Sumatera Barat. 2. Menganalisis penyerapan anggaran dana dekonsentrasi untuk masingmasing program dan kegiatan bidang pendidikan di Sumatera Barat. 3. Menganalisis upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi isu dan masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Sumatera Barat D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat: 1. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pembangunan ekonomi khususnya otonomi daerah. 2. Masukan bagi Pemda Sumatera Barat dalam pelaksanaan program dan kegiatan pendidikan, khususnya dalam pengalokasian dana dekonsentrasi di bidang pendidikan. 3. Untuk mendapatkan gelar Magster Akutansi ( S2) 4. Dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti yang lain dengan tipe penelitian sejenis.
8 E. Ruang Lingkup Penelitian Untuk lebih fokus dan terarahnya penelitian ini maka perlu adanya suatu pembatasan masalah dari beberapa hal sebagai berikut: 1. Penelitian ini adalah berupa analisis deskriptif yang dibatasi dengan analisis penggunaan dana dekonsentrasi terhadap program dan kegiatan bidang pendidikan pada dinas pendidikan di provinsi Sumatera Barat pada tahun 2011-2015. 2. Data yang digunakan adalah data RENSTRA Kemendiknas tahun 2010-2015. Laporan Realisasi Anggaran pada provinsi Sumatra Barat pada tahun 2011-2015, Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga (RKA-KL), dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) di Provinsi Sumatra Barat.