BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat dikenal dengan berbagai tujuan wisata domestik di Indonesia. Tujuan wisata itu antara lain wisata belanja, wisata kuliner, maupun wisata rekreasi. Adapun salah satu wisata rekreasi yang memiliki nilai edukasi sebagai tujuan masyarakat adalah kebun binatang. Kebun binatang sebagai wisata rekreasi memiliki fungsi konservasi, fungsi pengkajian dan penelitian, fungsi pendidikan masyarakat mengenai satwa liar serta tumbuhan dan terakhir fungsi rekreasi alam dan kesehatan (www.pkbsi.izaa.org,15-03-2013, 18.19). Kebun Binatang Bandung terletak di Jl. Kebon Binatang no.6 persis bersebelahan dengan Institut Teknologi Bandung. Masyarakat mengenalnya sebagai Kebun Binatang Tamansari karena terletak pada kawasan Tamansari Bandung. Fungsi rekreasi alam pada Kebun Binatang Bandung didukung dengan area yang cukup luas dan lingkungan asri yang masih terjaga hingga kini serta ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan berupa pohon-pohon besar. Kebun binatang juga bisa dijadikan sebagai tempat bagi yang ingin mengenal dunia satwa karena menjadi tempat yang terpelihara bagi fauna dan flora. Fungsi pendidikan pada Kebun Binatang Bandung salah satunya dapat dilihat dari interaksi antara orang tua dan anak dalam mengenalkan berbagai jenis satwa yang berasal dari dalam maupun luar negeri, namun potensi ini belum dimaksimalkan. Pengunjung dapat melihat, mengamati dan berinteraksi langsung dengan sejumlah satwa. Populasi satwa per triwulan I (1 Januari 2013 31 Maret 2013) berjumlah 233 jenis satwa, dengan jumlah 1.234 specimen. Selain koleksi hewan dan lingkungan yang asri, kebun binatang ini pun dilengkapi dengan fasilitas wahana bermain bagi anak-anak, wahana tunggang gajah dan unta serta fasilitas umum lainnya seperti tempat duduk, area untuk menggelar tikar, tempat makan, mushola, toilet, maupun panggung terbuka yang disewakan bagi umum. 1
Jumlah pengunjung yang masuk pada Kebun Binatang Bandung berdasarkan pada sumber data Yayasan Margasatwa Tamansari Bandung sejak 2005 hingga 2012 mengalami peningkatan, rata-rata 749.732 pengunjung tiap tahunnya. Ramainya pengunjung Kebun Binatang Bandung mencapai puncaknya di akhir pekan dan hari libur anak sekolah. Pengunjung berasal dari berbagai daerah, lapisan usia, golongan ekonomi, dan berbagai keperluan, salah satunya adalah penelitian. Fungsi signage adalah sebagai identifikasi, informasi dan iklan. Berger (2009:7) menyebutkan wayfinding merupakan tindakan dengan mencari jalan ke tempat tujuan, sehingga wayfinding adalah seni membantu orang menemukan jalan mereka. Kebun Binatang Bandung memiliki sistem penanda signage dan wayfinding hanya pada sejumlah titik sehingga kurang sesuai dengan lingkungan kebun binatang yang memiliki banyak persimpangan kecil dan besar di area seluas 13,5 ha. Belum adanya sistem zona dan pengaturan alur bagi pengunjung sehingga terkesan tidak beraturan. Sering kali dijumpai banyak pengunjung yang bertabrakan arah dan tidak sedikit pengunjung yang kesulitan menemukan area kandang satwa yang ingin dituju. Pengunjung juga masih kesulitan dalam mendapat informasi mengenai satwa misalnya informasi berupa ilustrasi/ gambar. Satwa yang tidak dijumpai pada tempat tinggal sehari-hari diperlukan adanya ilustrasi/ gambar dalam membantu mengenali satwa dan poin-poin informasi mengenai satwa tidak konsekuen. Signage dan wayfinding pada Kebun Binatang Bandung belum berfungsi maksimal sebagai petunjuk arah dan pemberi pesan yang informatif dan komunikatif bagi pengunjung. Selain itu Kebun Binatang Bandung memiliki masalah yang hampir sama dengan kebun binatang di kota lain terutama dalam hal pendanaan sehingga fasilitas dalam pemeliharaan satwa dan fasilitas bagi pengunjung terbatas, kebun binatang tersebut hanya diminati pengunjung kelompok golongan ekonomi tertentu. Hal ini secara tidak langsung membuat pengunjung yang datang didominasi oleh golongan ekonomi menengah kebawah. Pengelola Kebun 2
Binatang Bandung harus mencari cara lain sebagai jalan keluar masalah pendanaan ini. Perancangan kembali sistem penanda ini bertujuan membuat Kebun Binatang Bandung memiliki fasilitas signage dan wayfinding yang baik dalam segi kualitas material, konten informasi dengan jumlah signage yang memadai sebagai bentuk fasilitas pelayanan bagi seluruh pengunjung dari berbagai daerah, lapisan usia, dan golongan ekonomi. Jika hal ini tercipta tidak mustahil pengunjung yang datang berasal dari kelompok ekonomi menengah ke atas. Perancangan kembali sistem penanda (signage dan wayfinding) ini disesuaikan lagi pada segmentasi primary anak-anak dan secondary orang tua dan keluarga serta melengkapi perancangan yang telah dilakukan oleh Mahasiswa DKV 2008, Dimas Indra Putra, 108300010. Hasil perancangan sign system yang telah dilakukan lebih cenderung kepada masyarakat Bandung dan sekitarnya. Didapatkan saran dan masukan berupa memperluas target sasaran yakni masyarakat luar kota dan bahkan mancanegara serta memperkaya referensi dengan tempat-tempat pariwisata selain kebun binatang. I.2 Permasalahan I.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Kebun Binatang Bandung belum memiliki sistem zona dan pengaturan alur bagi pengunjung sehingga terkesan tidak beraturan. 2. Pengunjung yang datang masih kesulitan dalam mengakses seluruh area Kebun Binatang Bandung. 3. Pengunjung masih kesulitan dalam mendapat informasi mengenai satwa misalnya ilustrasi/ gambar satwa dan poin-poin informasi satwa yang tidak konsekuen. 4. Signage dan wayfinding pada Kebun Binatang Bandung belum berfungsi sebagai petunjuk arah dan pemberi pesan bagi pengunjung. 3
I.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana membuat perancangan sistem penanda (signage dan wayfinding) yang sesuai dengan segmentasinya sebagai petunjuk arah dan pemberi pesan. I.4 Fokus Fokus dibatasi pada perancangan media komunikasi visual dalam hal ini berupa sistem penanda (signage dan wayfinding). Signage dan Wayfinding sebagai pemberi pesan mengenai berbagai satwa bagi seluruh pengunjung dari berbagai daerah, lapisan usia, dan golongan ekonomi. Adapun termasuk didalamnya peta lokasi sebagai bentuk pelayanan fasilitas dalam menunjukan alur perjalanan. Perancangan brosur yang dibagikan pada pengunjung. Maskot Harimau sebagai pendekatan karakter pada anak-anak dalam penyampaian informasi, desain merchandise maskot Hariamu dan space iklan pada brosur, kursi taman, dan signage. Objek penelitian yang dijadikan studi kasus adalah Kebun Binatang Bandung yang terletak di Jl. Kebon Binatang No.6 Tamansari, Bandung. Lama waktu penelitian pada bulan Maret 2013 Juni 2013 sehingga didapatkan hasil perancangan sebelum masa libur sekolah pada bulan Juli 2013. I.5 Tujuan Perancangan Perancangan sistem penanda (signage dan wayfinding) yang sesuai dengan segmentasinya sebagai petunjuk arah dan pemberi pesan. I.6 Cara Pegumpulan Data Langkah-langkah yang digunakan dalam mengumpulkan data yang diperlukan pada laporan tugas akhir ini, yaitu : a. Wawancara Melakukan tanya jawab bertatap muka secara langsung untuk memperoleh data dari pihak pengelola Yayasan Margasatwa Tamansari 4
Bandung adalah Bapak Rochman sebagai sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. b. Observasi (Pengamatan) Pengamatan secara langsung pada Kebun Binatang Bandung dan objekobjek sejenis diantaranya Kebun Binatang Ragunan di Jakarta, Kebun Binatang Gembira Loka di Yogyakarta, Kebun Binatang Surabaya, dan Taman Safari Indonesia II di Prigen, Jawa Timur. Mengamati aktivitas dan perilaku pengunjung selama berada di Kebun Binatang Tamansari Bandung. c. Kuesioner Metode pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan dan kemudian disebarkan kepada 100 sumber data sebagai sampel yaitu pengunjung Kebun Binatang Bandung. Kuesioner ini diharapkan menjadi data-data mengenai tanggapan permasalahan yang dibahas dalam laporan tugas akhir ini dan menjadi bagian dalam menentukan segmentasi pengunjung Kebun Binatang Tamansari Bandung. d. Studi Pustaka Mengumpulkan data-data teoritis yang digunakan sebagai dasar pemikiran dalam merumuskan karya dan sumber yang dapat dipertanggungjawabkan dalam pembuatan laporan tugas akhir. Dilakukan dengan mempelajari berbagai buku, skripsi, dan website. 5
I.7 Skema Perancangan Gambar 1.1 Skema Perancangan 6
I.8 Pembabakan - Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan perancangan, fokus, cara pengumpulan data, skema perancangan, dan pembabakan atau sistematika penulisan laporan ini. - Bab II Dasar Pemikiran Menjelaskan dasar pemikiran atau teori yang menjadi landasan dalam perancangan karya visual serta media dalam pengaplikasian karya. - Bab III Data dan Analisis Masalah Data Menjelaskan berbagai sumber data sebagai fakta tentang objek penelitian serta sebagai landasan dalam menganalisis permasalahan yang ada. Analisis Menjelaskan berbagai analisis tentang objek penelitian, solusi visual yang kemudian menjadi pilihan terbaik dalam penyelesaian masalah. - Bab IV Konsep dan Hasil Perancangan Menjelaskan langkah-langkah dan strategi visual yang digunakan dalam penyelesaian masalah melalui konsep komunikasi, konsep kreatif, konsep visual, dan konsep media sebagai landasan dalam menghasilkan perancangan solusi visual. - Bab V Penutup Menjelaskan saran dan masukan bagi penulis mengenai laporan tugas akhir dalam perancangan karya visual dari para penguji setelah berlangsungnya sidang tugas akhir. 7