I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN PETANI TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA (Studi Kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi)

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Padi Hibrida

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

PENDAHULUAN Latar Belakang

peningkatan produksi dan produktifitas melalui intensifikasi, ekstensifikasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

I. PENDAHULUAN. karena pangan menempati urutan terbesar pengeluaran rumah tangga. Tanaman

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2013 DAN ANGKA RAMALAN I 2014)

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pangan di mata dunia. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI TAHUN 2015 (ANGKA SEMENTARA) PROVINSI KALIMANTAN TENGAH *)

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI D.I.YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN II 2008)

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA RAMALAN II 2014)

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan karena padi merupakan tanaman sereal yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2005 DAN ANGKA RAMALAN I 2006)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I)

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI JAWA TENGAH TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PRODUKSI PADI, JAGUNG DAN KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996). Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan. Mayoritas masyarakat masih kuat mengidentikkan pangan dengan beras, sehingga mementingkan tersedianya beras dalam jumlah yang cukup. Pada masa sekarang pola konsumsi beras mulai meluas ke daerahdaerah yang sebelumnya berpola pangan pokok non beras sehingga mendorong kenaikan kebutuhan beras yang cukup tinggi. Sehingga permintaan beras akan meningkat seiring pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan perubahan selera (Nurmalina, 2007). Ketahanan pangan didifinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan). Untuk itu peranan pemerintah sangat diperlukan dalam upaya peningkatan produksi beras dan stabilitas harga beras yang dituangkan dalam tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Salah satu tantangan paling besar di sektor pertanian pada saat ini adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras nasional dari produksi dalam negeri. Konsumsi beras akan terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, karena sampai saat ini upaya diversifikasi pangan pokok (sumber karbohidrat) belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Melihat peningkatan konsumsi beras yang terus terjadi, pihak pemerintah melakukan sistem revolusi hijau untuk pengembangan produkivitas pertanian yaitu suatu program yang terkait dengan mekanisasi pertanian. Penggunaan bibit unggul dan pupuk kimia dengan dosis yang sangat tinggi serta penggunaan pestisida untuk menanggulangi hama dan penyakit yang bertujuan untuk mendukung tercapainya swasembada pangan (Pretty et al, diacu dalam Rohmiatin 2006). Upaya untuk meningkatkan produktivitas masih menghadapi berbagai kendala, baik teknis-agronomis maupun sosial-ekonomi-budaya. Produktivitas 1

padi pada dasawarsa terakhir mengalami stagnansi (Tabel 1) dimana seperti yang terlihat pada Tabel 1, bahwa perkembangan luas panen dan produksi rata-rata dibawah satu persen saja, sehingga jika hal ini berlangsung terus-menerus seiring pertumbuhan penduduk yang semakin besar maka tidak heran jika kita akan mengalami defisit pada tahun-tahun mendatang. Keadaan stagnan tersebut dikarenakan hasil varietas unggul yang ada telah mencapai titik potensi maksimal (Abdullah et al. 2005). Kekerabatan yang tinggi dan keanekaragaman yang sempit menyebabkan tidak diperolehnya peningkatan potensi hasil yang nyata (Susanto et al. 2003). Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Indonesia Menurut Wilayah Tahun 2007-2009 Uraian 2007 1. Luas Panen (ha) Jawa Luar Jawa Indonesia 2.Produktivitas (ku/ha) Jawa Luar Jawa Indonesia 3.Produksi (ton) Jawa Luar Jawa Indonesia 5.670.947 6.476.690 12.147.637 53.72 41.24 47.05 30.466.339 26.691.096 57.157.435 2008 (ASEM) 6.567.819 5.741.336 12.309.155 56.34 42.4 48.58 32.344.208 27.906.865 60.251.073 2009 (ARAM I) 5.780.081 6.642.075 12.422.156 56.21 42.82 49.05 32.488.878 28.443.034 60.931.912 Keterangan: Bentuk produksi padi adalah Gabah Kering Giling (GKG) Sumber: BPS, 2009 Perkembangan (%) 2007-8 2008-9 1,24 1,41 1,33 4.88 3.11 4.04 6.16 4.55 5.41 0,67 1,13 0,92-0.23 0.78 0.20 0.45 1.92 1.13 Konversi lahan pertanian juga sangat berpengaruh pada pencapaian target produksi pangan sehingga dapat memperburuk ketahanan pangan dalam negeri. Laju alih fungsi lahan pertanian di Indonesia angkanya cukup tinggi. Selama tahun 2000-2002, luas konversi lahan sawah yang ditujukan untuk pembangunan non-pertanian, seperti kawasan perumahan, industri, perkantoran, jalan, dan sarana publik lainnya rata-rata sebesar 110,16 ribu ha/tahun. Ini berarti terdapat sekitar 3000 ha sawah/hari yang beralih fungsi ke non-pertanian 1. 1 http://duniatani.wordpress.com 2

Sehingga, untuk mencegah terjadinya kekurangan pangan dimasa sekarang dan yang akan datang mutlak diperlukan upaya peningkatan produksi padi. Bentuk program yang dilakukan pemerintah saat ini untuk meningkatkan produksi beras adalah program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Program ini memiliki target utama, yaitu peningkatan produksi beras 2 juta ton setara beras atau 3,6 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2007, dan meningkat lima persen pada tahu-tahun selanjutnya sampai pada tahun 2009 (Departemen Pertanian, 2007). Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih hibrida dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Padi hibrida memiliki potensi produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi inbrida, sehingga pengembangan padi hibrida diharapkan dapat menjadi solusi dari kekurangan stok produksi padi nasional yang selama kurun waktu 10 tahun terakhir terlihat stagnan. Padi hibrida adalah hasil perkawinan dua tetua yang berbeda genotipenya. Melalui perkawinan itulah terkumpul gen-gen yang keberadaannya secara bersamaan memberikan efek heterosis, yaitu fenomena dimana tanaman yang tumbuh dari benih hasil persilangan dua genotipe yang berbeda (disebut generasi F1) memiliki sifat lebih baik dari tetuanya (Satoto dan Suprihatno, 1998). Sehingga produktivitas padi Ciherang yang merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan saat ini dengan rata-rata hanya sekitar 6 ton/ha dapat ditingkatkan. Kepuasan akan penggunaan padi hibrida sangat tergantung pada atributatribut yang dimiliki oleh padi hibrida tersebut. Kondisi ini tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih padi hibrida sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. 1.2. Perumusan Masalah Peningkatan produksi beras nasional diwujudkan dengan menjalankan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang telah dicanangkan oleh pemerintah dengan target peningkatan produksi beras 2 juta ton atau setara dengan peningkatan 6,4 persen pada tahun 2007 dan lima persen untuk tahun- 3

tahun selanjutnya sampai dengan 2009 2. Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih padi hibrida. Program ini telah menjadi komitmen bersama dan harus diimplementasikan. Pada saat ini, pemerintah telah melepas 31 varietas padi hibrida dengan potensi hasil sebesar 8,5 ton GKP/ha. Angka tersebut lebih tinggi dari pada potensi hasil varietas padi inbrida yang banyak dibudidayakan di Indonesia seperti IR-64 dan ciherang yang hanya mencapai 6,7 ton GKP/ha. Artinya dengan menggunakan padi hibrida, produksi bisa meningkat 20-30 persen. Sehingga penggunaan benih padi hibrida tersebut dapat meningkatkan produksi padi dalam negeri 3. Dalam program ini pemerintah melakukan kerjasama dengan perusahaanperusahaan swasta untuk pengadaan benih hibrida. PT Sumber Alam Sutera (SAS) yang bernaung pada kelompok usaha AG Network adalah salah satu perusahaan benih yang melakukan kerjasama dengan pemerintah. PT SAS melakukan kerjasama dengan Guo Hau Seed Industries dari China telah berupaya memproduksi benih padi hibrida sejak tahun 2006 di Lampung. Salah satu padi hibrida hasil introduksi oleh PT SAS adalah padi hibrida Bernas Prima. Padi hibrida Bernas Prima telah banyak digunakan oleh petani, salah satu contohnya adalah petani di Kecamatan Baros, Kota Sukabumi. Sukabumi termasuk salah satu daerah yang potensial untuk ditanami padi hibrida karena Sukabumi mempunyai irigasi teknis, bebas dari kekeringan dan banjir, subur, dataran sedang, dan bukan daerah endemis penyakit (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007). Disamping itu juga karena lingkungan agroklimat daerah Sukabumi yang sesuai dengan pertumbuhan padi Hibrida (Tabel 2). Hal inilah yang menjadikan daerah Sukabumi merupakan salah satu daerah sentra produksi dan sebagai salah satu daerah program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang telah dicanangkan oleh pemerintah untuk mencapai swasembada pangan. Beberapa kabupaten lainnya di Jawa Barat yang berpotensi 2 http://www.litbang.deptan.go.id/press/one/1/pdf/sosialisasi%20padi%20hibrida%20 Mendukung%20Peningkatan%20Produksi%20Padi%20Nasional.pdf 3 http://www.agrina-online.com/redesign2.php?rid=7&aid=1729 4

menjadi pengembangan padi hibrida berdasarkan musim beserta luas arealnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Parameter Biofisik Daerah Pengembangan Padi Hibrida Syarat Tumbuh Sawah irigasi bebas cekaman kekeringan/banjir Lahan subur, tingkat adopsi teknologi petani tinggi Rata-rata suhu harian 28 o C, pada pembungaan antara 24-29 o C Bukan daerah endemis WBC, HDB dan tungro Potensi Wilayah Pustaka Potensial Kurang Potensial Acuan Lahan irigasi teknis yang dapat ditanami 2 kali setahun Produktivitas > 4,5 ton/ha dataran sedang Aman Sumber : Badan Litbang Pertanian, 2007 Lahan irigasi teknis yang hanya dapat BPS (2002) ditanami 1 kali setahun < 4,5ton/ha BPS (1997) dataran rendah Geng (2002) Potensial s/d Harsono et endemis al., (2002) Pemberian subsidi kepada benih padi hibrida yang diberikan pemerintah melalui program P2BN, dari pemberian subsidi, petani berharap bisa mengurangi biaya produksi. Akan tetapi pemberian benih secara gratis dan produktivitas yang tinggi yang diperoleh petani tidak membuat mereka untuk tetap menggunakan benih padi hibrida karena hibida memiliki beberapa kelemahan diantaranya: Pertama, benih hibrida (F1) akan menghasilkan biji (F2) yang tidak dapat digunakan kembali sebagai benih untuk musim tanam berikutnya, berarti petani akan selalu tergantung pada produsen benih hibrida. Kedua, untuk mencapai potensi hasilnya, padi hibrida membutuhkan aplikasi sarana produksi (terutama pupuk) dan infrastruktur pendukung (irigasi) yang memadai. Ketiga, hibrida lebih 5

peka terhadap hama dan penyakit, sehingga mendorong penggunaan pestisida yang lebih tinggi. Tabel 3. Perkiraan Luas Areal Potensial Untuk Pengembangan Padi Hibrida di beberapa Kabupaten di Jawa Barat. Luas Areal Potensial (Ha) Kabupaten Musim Hujan Musim Kemarau Jawa Barat Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Ciamis Kuningan Purwakarta 88.120,1 129.111,1 117.402,5 101.814,3 117.510,9 108.120,9-29.841,7 87.895,2 127.959,9 117.349,2 101.075,3 117.431,3 107.324,7 59.742,2 24.605,2 Total 690.924,2 748.382,9 Sumber : Badan Litbang Pertanian, 2007 Perilaku petani sangat berdampak pada upaya peningkatan produksi beras dan ketahanan pangan yang dicanangkan oleh pemerintah. Pemerintah terus berupaya mendorong petani untuk menggunakan benih padi hibrida melalui program-program pemerintah yang saat ini. Suksesnya program pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan tersebut sangat tergantung kepada proses keputusan pembelian petani dalam memilih benih padi yang akan dibeli. Oleh sebab itu penelitian terhadap sikap dan tingkat kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibridia Bernas Prima dibandingkan dengan varientas unggul baru di Kecamatan Baros perlu untuk dilakukan. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi hibrida Bernas Prima di Kecamatan Baros? 6

2. Bagaimana sikap para petani terhadap atribut-atribut benih padi hibrida Bernas Prima di Kecamatan Baros? 3. Bagaimana kepuasan para petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima di Kecamatan Baros? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah menentukan kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibrida dengan menganalisis faktor-faktor sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi hibrida Bernas Prima. 2. Menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima. 3. Menganalisis kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian terhadap analisis keputusan dan kepuasan pemilihan benih padi hibrida Bernas Prima ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi perusahaan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen sehingga dapat disusun suatu strategi pemasaran yang tepat. Bagi pemerintah hasil penelitian ini diharapkan mendapatkan gambaran persepsi dan motivasi petani terhadap penggunaan padi hibrida. Hal ini akan memberikan masukan untuk menyusun strategi dalam mensukseskan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Hasil penelitian dapat menjadi gambaran bagaimana petani pada umumnya membuat keputusan dalam memilih varietas padi yang ditanam. Hal ini akan memperluas wawasan petani untuk membuat keputusan yang tepat dimasa yang akan datang. 1.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Benih padi yang dijadikan bahan penelitian ini merupakan benih padi hibrida Bernas Prima, dengan pembanding benih inbrida varietas Ciherang dan Sintanur yang ditanam di Kecamatan Baros. 7

2. Petani yang menjadi subyek penelitian adalah petani padi hibrida yang melakukan pengambilan keputusan pembelian (bukan buruh tani) dan menggunakan benih padi hibrida serta pernah menggunakan padi varietas Ciherang dan Sintanur di Kecamatan Baros. 3. Penelitian ini difokuskan pada analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi hibrida di Kecamatan Baros. 8