BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. dari satu tahap ke tahap berikutnya. Agar pembangunan dapat terlaksana dengan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

30% Pertanian 0% TAHUN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia.

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

S. Andy Cahyono dan Purwanto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

PRODUKSI PADI DAN JAGUNG KALIMANTAN BARAT ANGKA SEMENTARA TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2007 SEBESAR 132,77 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan antara pemerintah daerah dan pihak swasta guna penciptaan lapangan kerja, serta dapat merangsang pertumbuhan ekonomi di daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah, sangat ditentukan oleh kebijakan-kebijakan pembangunan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal dari segi jumlah, produktivitas dan efisiensi. Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah atau wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula dari sektor primer kepada sektor sekunder serta sektor tersier. Dalam hal laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara keseluruhan maupun per sektor dapat dilihat dari data PDRB suatu daerah yang disajikan atas harga konstan. Pergerakan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh sembilan sektor. Sektor-sektor ekonomi ini saling berkaitan antara satu sama lain guna memajukan perekonomian pada suatu daerah tertentu.

2 Untuk mempercepat pembangunan daerah pada awal tahun 2000 Indonesia mulai memasuki sistem pemerintahan yang baru dari sentralistik menjadi desentralistik yang ditandai dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Perubahan sistem pemerintahan tersebut dinilai lebih memberikan keleluasaan kepada kepala daerah dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ). Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, mengoptimalkan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki daerah, peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Investasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan dapat menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor lainnya. Adanya keanekaragaman kondisi geografi dan fisiknya pada suatu daerah menyebabkan perbedaan pada potensi antara satu daerah dengan daerah yang lain. Hal ini berkaitan erat dengan karakteristik masing-masing daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, seharusnya pemerintah daerah

3 harus lebih leluasa untuk meningkatkan pembangunan wilayahnya agar tercapai pembangunan nasional yang nantinya akan memperkokoh dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik daerah maupun nasional. Pemerintah daerah serta masyarakatnya harus memiliki niat yang kuat, semangat serta usaha yang keras agar dapat meningkatkan pembangunan daerahnya yang berlandaskan pada aturan yang berlaku. Hal itulah yang terlihat dan seharusnya ditingkatkan di daerah kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten Tapanuli Utara adalah daerah dimana terdapat banyak sumber daya yang seharusnya dapat dioptimalkan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Selain itu, kabupaten Tapanuli Utara pun terkenal akan pertaniannya dari sub sektor tanaman bahan makanan seperti Padi Sawah, Kacang Tanah, Jagung, dan Umbi Umbian. Selain itu hasil perkebunannya juga sangat berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Adapun hasil perkebunan di daerah taput adalah kopi, kemenyan dan perkebunan lainnya. Dengan berbagai potensi yang mereka punya dan letak daerah yang juga strategis seharusnya sektor ekonomi pertanian yang dimiliki kabupaten tapanuli utara dapat lebih ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi kabupaten Tapanuli Utara dapat meningkat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan yang dibentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masingmasing sektor menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi di masing-masing sektor. Tabel 1.1 menunjukkan PDRB kabupaten

4 Tapanuli Utara Menurut lapangan Usaha Atas dasar harga berlaku Sub sektor Pertanian selama tahun 2009 2012 Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Menurut Lapangan Usaha Atas dasar Harga Berlaku Sub Sektor Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara 2009 2012 Distribusi Persentase Sub Sektor Pertanian Perkembangan dalam Angka Absolut (Jutaan Rupiah ) N O Sub Sektor 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 1 Tanaman Bahan Makanan 29,96 29,74 29,22 29,03 1016542 1132608,84 1214976,1 1325038,39 2 Tanaman Perkebunan 19,64 19,55 19,25 18,53 666205,76 744264,8 800451,14 846101,19 3 Peternakan dan hasil hasilnya 3,52 3,47 3,14 3,27 119396,54 132253,39 130664,66 147417,85 0,94 0,97 0,88 0,79 32057,63 37023,36 36641,62 35998,13 4 Kehutan 0,67 0,67 0,69 0,72 22762,92 25638,59 28853,94 31919,06 5 Perikanan Sumber : BPS Tapanuli Utara 2012

5 Grafik 1.1. Distribusi Pertumbuhan sub sektor pertanian Tapanuli Utara 2009 2012 35 30 25 20 15 10 tabama perkebunan peternakan kehutanan Perikanan 5 0 2009 2010 2011 2012 Pada tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa sub sektor tanaman bahan makanan merupakan penyumbang terbesar dari sektor pertanian. Dari semua subsektor pertanian sub sektor tanaman bahan makanan merupakan penyumbang kontribusi terbesar pembentukan PDRB kabupaten Tapanuli Utara, namun besaran kontribusi ini dari tahun ke tahun cenderung menurun. Kontribusi sub sektor bahan makanan pada tahun 2009 sebesar 29,96 persen dan tahun 2010 sebesar 29,74 persen kemudian pada tahun 2011 menjadi 29,22 persen dan tahun 2012 sebesar 29,03 persen. Adapun yang termasuk dalam sub sektor ini adalah padi sawah, jagung, kacang kacangan, sayur sayuran, dan buah buahan. Komoditas Padi sawah merupakan penyumbang terbesar dari semua komoditas

6 tanaman bahan makanan, apabila terjadi pengurangan produksi atau penurunan harga padi sawah maka akan sangat berpengaruh terhadap sektor ini. Penyumbang terbesar kedua adalah sektor perkebunan. Sub sektor ini banyak menyerap tenaga kerja serta penyedia bahan baku industri. Pemerintah kabupaten Tapanuli Utara sangat aktip dalam pengembangan sektor ini. Hal ini dibuktikan dengan pembagian bibit tanaman perkebunan pada petani. Dengan adanya pembagian bibit ini diharapkan produksi sektor perkebunan akan mengalami peningkatan. Hingga pada tahun 2012 sub sektor perkebunan dalam pembentukan PDRB sektor pertanian menyumbang sebesar 18,54 persen. Pada sub sektor peternakan dan hasil hasilnya peranannya mengalami penurunan dari 3,52 persen tahun 2009 menjadi 3,47 persen pada tahun 2010. Kemudian pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan 3,47 persen dan pada tahun 2012 sebesar 3,14 persen. Sektor kehutanan mengalami fluktuatif distribusi selama periode 2009 2012. Pada tahun 2009 sebesar 0,94 persen dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 0,97 persen. Pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 0,88 persen hingga pada tahun 2012 sebesar 0,79 persen.untuk sub sektor perikanan cenderung memiliki peranan yang stabil setiap tahunnya. Pada tahun 2009 sebesar 0,67 persen pada tahun 2010 tetap sebesar 0,67 persen. Kemudian pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen menjadi 0,69 persen dan pada tahun 2012 sebesar 0,70 persen.

7 Tabel 2.1. Pendapatan Beberapa Komoditas Bahan Pangan di Tapanuli utara 2009-2013. N o PENDAPATAN Komoditas 2009 2010 2011 2012 2013 1 Padi Sawah Rp415,514,880,000 Rp546,472,200,000 Rp 470,434,580,000 Rp514,856,828,000 Rp 592,434,767,400 2 Jagung Rp 36,541,400,000 Rp 83,748,000,000 Rp 69,830,706,000 Rp 59,311,952,000 Rp 57,595,671,000 3 Kacang Rp 40,306,200,000 Rp 27,901,650,000 Rp 32,342,940,000 Rp 26,204,480,000 Rp 26,966,925,000 Tanah 4 Ubi kayu Rp 11,404,800,000 Rp 18,355,200,000 Rp 23,253,230,000 Rp 21,602,100,000 Rp 32,477,090,000 5 Ubi Jalar Rp 6,150,375,000 Rp 9,237,280,000 Rp 10,434,864,000 Rp 9,125,568,000 Rp 8,807,696,000 6 Kentang Rp 22,904,530,000 Rp 13,659,480,000 Rp 22,194,185,000 Rp 25,186,630,000 Rp 20,997,300,000 7 Tomat Rp 5,560,110,000 Rp 4,370,730,000 Rp 8,861,100,000 Rp 8,124,030,000 Rp 14,683,200,000 8 Bawang Merah Rp 8,515,000,000 Rp 9,549,900,000 Rp 5,502,000,000 Rp 11,528,000,000 Rp 11,913,605,000 9 Kol Rp 13,748,000,000 Rp 21,639,000,000 Rp 20,868,000,000 Rp 17,551,000,000 Rp 23,309,220,000 10 Mentimun Rp 3,022,698,000 Rp 3,373,272,000 Rp 3,272,675,000 Rp 2,992,160,000 Rp 2,243,045,000 11 Alpokat Rp 1,788,625,000 Rp 2,230,290,000 Rp 2,750,691,000 Rp 2,607,675,000 Rp 3,018,200,000 12 Jeruk Rp 36,992,880,000 Rp 38,811,840,000 Rp 59,394,120,000 Rp 49,822,300,000 Rp 50,102,400,000 TOTAL 602,449,498,000 Rp779,348,842,000 Rp 729,139,091,000 Rp 748,912,523,000 Rp 844,549,119,400 Sumber: Dinas Pertanian Tapanuli Utara ( diolah )

8 Padi sawah Jagung Rp501,000,000,000 Kacang tanah Rp401,000,000,000 Ubi kayu Ubi Jalar Rp301,000,000,000 Kentang Tomat Rp201,000,000,000 Bawang Merah Kol Rp101,000,000,000 Mentimun Rp1,000,000,000 2009 2010 2011 2012 2013 Alpokat Jeruk Grafik 1.2: Pendapatan Beberapa Komoditas Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Tapanuli Utara 2009 2013 Dari grafik diatas dapat dilihat perkembangan pendapatan dari beberapa komoditas bahan pangan di Tapanuli utara. Grafik menunjukkan pendapatan yang berfluktuatif dari semua komoditas. Adapun komoditas yang menyumbang pendapatan tertinggi adalah komoditas Padi Sawah. Komoditas ini meskipun pada tahun 2010 mengalami penurunan namun dalam dua tahun terakhir memperlihatkan kenaikan. Hingga pada tahun 2013 pendapatan dari komoditas ini sebesar Rp 592,434,767,400.-. Kemudian di ikuti komoditas jagung, pada tahun 2009 pendapatan dari komoditas ini sebesar Rp36,541,400,000.- yang kemudian pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi Rp 83,748,000,00.- kemudian hingga pada tahun 2013 komoditas ini mengalami penerunan masing masing

9 Rp 69,830,706,000,- tahun 2011, Rp 59,331,952,000 tahun 2012 dan Rp 57,595,671,000 tahun 2013. Penyumbang ketiga pendapatan terbesar dari komoditi tanaman bahan makanan adalah jeruk, jeruk menjadi penyumbang pendapatan terbesar ketiga karena harga komoditi ini yang selalu berfluktuatif dan produksinya yang mengalami kenaikan tiap tahunnya. Pada tahun 2009 pendapatan dari komoditi jeruk sebesar Rp 36,992,880,000,- hingga pada tahun 2013 pendapatan dari komoditi jeruk sebesar Rp 50,102,400,-. Setelah jeruk, komoditi yang memberikan kontribusi terbesar ke empat adalah kacang tanah, kacang tanah pada tahun 2009 berkontribusi terhadap PDRB dari sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 40,306,200,000. Pada tahun 2010 kondisi ini mengalami penurunan menjadi Rp 27,901,650,000,-, kemudian tahun 2011 naik kembali menjadi Rp 32,342,940,000 dan hingga pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi Rp 26,966,925,000,-. Adapun komoditas yang menyumbang terkecil adalah alvokat dan mentimun. Pada tahun 2009 pendapatan dari komoditi Alvokat sebesar Rp 1,788,625,000.- kemudian pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi Rp 2,750,691,000.- namun pada tahun 2012 menurun kembali menjadi Rp 2,607,675,000.- kemudian pada tahun 2013 kembali naik menjadi Rp 3,018,200,000.-. Adapun komoditi mentimun pada tahun 2009 memberikan kontribusi sebesar Rp 3,022,698,000.- namun dari tahun 2011 pendapatan dari komoditi ini cenderung menurun, hingga pada tahun 2013 komoditi ini berkontribusi sebesar Rp 2,243,045,000,-.

10 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Komoditas apa sajakah yang menjadi basis sub sektor tanaman bahan makanan di kabupaten Tapanuli Utara? 2. Komoditas dari sub sektor tanaman bahan makanan apa sajakah di kabupaten Tapanuli Utara yang memiliki daya saing yang tinggi? 3. Komoditas dari sub sektor bahan makanan apakah yang menjadi sektor potensial di kembangkan di Tapanuli Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Dari permasalahan di atas maka ditetapkan tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui Basis di sektor Pertanian di kabupaten Tapanuli Utara. 2. Untuk mengetahui daya saing dari komoditas sub sektor bahan makanan di kabupaten Tapanuli Utara. 3. Untuk mengetahui Komoditas yang potensial untuk di kembangkan di Tapanuli Utara. 1.4 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk: 1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk prioritas perencanaan pembangunan ekonomi di kabupaten Tapanuli Utara. 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.

11