BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi dan pembahasan data hasil penelitian tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

RENCANA TINDAK LANJUT HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH STANDAR SARANA DAN PRASARANA. ruang belajar

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KTSP PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH DAN PROBLEMATIKANYA SERTA SOLUSINYA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

BAB IV ANALISIS KETERCAPAIAN STANDAR ISI MATA PELAJARAN AL-QUR AN HADITS DI MI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah dan kurikulum merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I. I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini merupakan akhir dari rangkaian kajian terhadap masalah yang

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

BAB IV. IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO. A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB VI PENUTUP. Dari hasil penelitian tentang manajemen pengembangan kurikulum lembaga

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. A. Perencanaan Kurikulum PAI Berbasis Multikultural SDN Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi bangsa yang berkualitas. Salah satu yang mempengaruhi

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

BAB V PENUTUP. Berdasarkan deskripsi, analisis, studi dokumen, observasi serta wawancara

BAB V PEMBAHASAN. akhir ini dilakukan di SMP Negeri 2 Ngimbang dengan nomor Statistik Sekolah /

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

Nur Isnaini Taufik Pengawas SMA/SMK Dinas Pendidikan Kab. Ogan Komering Ulu Prov. Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM

berpikir global (think globally), dan mampu bertindak lokal (act loccaly), serta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang di

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bertolak dari rumusan masalah penelitian, hasil analisis data, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk-bentuk pelaksanaan Kurikulum 2013 di SMAN 1 dan 2 Kecamatan. pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DALAM PEMBELAJARAN KIMIA PADA SMA, SMK, MA, DAN MAK DI WILAYAH KOTA KEBUMEN

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB V PENUTUP. 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam meningkatkan kualitas. dengan kebutuhan, telah menerapkan kurikulum KTSP.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB V PEMBAHASAN. pendidikan. Guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Kurikulum, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah belum

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Perbandingan Penjabaran Kompetensi Mata Pelajaran Al-Qur an Hadits

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 34 D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Multimedia dengan Menggunakan

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Semoga Apa yang kita lakukan hari ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

Contoh Evaluasi Program Sekolah Bidang Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Transkripsi:

171 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan deskripsi dan pembahasan data hasil penelitian tentang Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Baca Tulis al-qur an di Madrasah Tsanawiyah al-junaidiyah Watampone Kabupaten Bone dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Desain kurikulum muatan lokal BTQ di MTs al-junaidiyah merupakan kegiatan yang sangat urgen, karena dari kegiatan ini lahir dokumen sebagai acuan dalam implementasi di lapangan. Berikut simpulan kegiatan rancangan kurikulum muatan lokal BTQ di MTs al-junaidiyah: a). Proses penetapan BTQ sebagai muatan lokal didasari oleh kondisi sosial masyarakat Kabupaten Bone yang masih tergolong religius dan masih memegang nilai-nilai al-qur an sebagai petunjuk hidup. Di samping itu, proses penerimaan calon peserta didik untuk mengikuti pendidikan di MTs al-junaidiyah tidak dipersyaratkan agar mampu membaca dan menulis al- Qur an. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengakomodir keinginan masyarakat agar kemampuan baca tulis al-qur an peserta didik dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran yang lebih praktis, maka muatan lokal BTQ diharapkan dapat menjadi solusi bagi peserta didik yang belum mampu membaca dan menulis al-qur an. Namun kegiatan Need Assessment tidak dilakukan secara formal, seperti membuat angket yang 171

172 dibagikan kepada seluruh masyarakat sekitar madrasah. Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah yang berwenang dalam bidang kurikulum seperti kurangnya pelatihan pengembangan kurikulum muatan lokal bagi Kepala Madrasah dan para guru, yang berimplikasi pada kurangnya pengetahuan Kepala Madrasah dengan unsur yang terkait tentang teori pengembangan kurikulum, khususnya pengembangan kurikulum muatan lokal. b). Pengembangan komponen kurikulum yang terdiri dari (1) pengembangan tujuan, rumusan tujuan kurikulum muatan lokal BTQ di MTs al-junaidiyah dirumuskan dengan mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam visi dan misi madrasah, kemudian diturunkan dalam rumusan tujuan kurikulum muatan lokal BTQ, lebih spesifik ke dalam tujuan pembelajaran. Proses perumusannya pun berdasarkan tiga aspek, yaitu, aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik; (2) pengembangan materi, para guru muatan lokal BTQ belum mengetahui sepenuhnya kriteria pemilihan materi dan tahapan penyeleksian materi. Idealnya harus ada upaya yang dilakukan Kepala Madrasah atau pihak yang berwenang untuk mengadakan pelatihan pengembangan materi kurikulum muatan lokal BTQ agar para guru betul-betul mampu merumuskan materi sesuai dengan teori kurikulum; (3) pengembangan metode, secara teoritis para guru muatan lokal BTQ belum memahami dengan komprehensif prinsip pemilihan metode pembelajaran, namun aplikasi dalam pembelajaran para guru menggunakan metode iqra, ceramah, tanya jawab, dan lebih banyak

173 paraktek membaca dan menulis al-qur an dan pemberian penugasan. Metode yang telah dipergunakan tersebut sesuai dengan tuntutan materi, karena metode tersebut di atas meskipun terkesan sederhana, tetapi banyak memberikan ruang peserta didik untuk mengembangkan diri dalam setiap pelaksanaan proses pembelajaran; (4) pengembangan evaluasi, model evaluasi yang digunakan oleh para guru muatan lokal BTQ adalah evaluasi diagnostik untuk menentukan penempatan kelas peserta didik, selanjutnya evaluasi proses secara teoritis dikenal dengan formatif, dan terkhir evaluasi hasil untuk menentukan peserta didik yang berhak untuk dipindahkan ke tingkat berikutnya. c). Pengembangan Program Semester, silabus dan RPP telah dilaksanakan oleh guru muatan lokal BTQ sesuai dengan tuntutan dan panduan KTSP, sehingga antara pemahaman dan perencanaan telah menunjukkan kesesuaian, meskipun dalam hal-hal tertentu masih perlu perbaikan. 2. Kegiatan implementasi kurikulum muatan lokal BTQ terdiri atas kesesuaian antara perencanaan kurikulum dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh guru, termasuk strategi, metode dan pemanfaatan media dalam pembelajaran serta bentuk interaksi dalam proses pembelajaran. a). Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Proses pembelajaran muatan lokal BTQ dialokasikan dua jam pelajaran per minggu terhitung satu kali pertemuan, yang dirinci dalam jadwal 10 menit pertama untuk kegiatan awal yang diisi dengan kegiatan apersepsi dan pretest, 70 menit kegiatan inti yang diisi dengan kegiatan

174 penyampaian materi dan praktek membaca dan menulis al-qur an, dan 10 terakhir untuk kegiatan penutup dan pemberian tugas. Pelaksanaan pembelajaran kadang kurang memperhatikan RPP jika keadaan tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini cukup beralasan karena ketika terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, maka guru bertugas untuk membimbing sendiri, atau menugaskan peserta didik yang sudah mampu untuk membimbing teman-temannya yang mengalami kesulitan belajar. b). Prinsip pemilihan strategi dan metode dalam pembelajaran belum dipahami sepenuhnya oleh para guru BTQ di MTs al-junaidiyah, namun aplikasi dalam pembelajaran para guru menggunakan metode iqra, ceramah, tanya jawab, dan lebih banyak paraktek membaca dan menulis al-qur an dan pemberian penugasan. Penggunaan strategi dan metode tersebut sangat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru BTQ yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, sehingga dalam prakteknya para guru BTQ lebih banyak memberikan ruang kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan membaca dan menulis sesuai dengan fashohah, hukum tajwid dan teknik menulis khat al-qur an. c). Secara teori para guru muatan lokal belum mengetahui dengan lengkap prinsip dan kegunaan media pembelajaran, namun dalam hal pemilihan dan penggunaan media pembelajaran sudah sejalan dengan prinsip dan kegunaan media. Guru banyak menggunakan sarana pembelajaran yang biasa dipakai seperti papan tulis WB, spidol, penghapus, perangkat

175 pembelajaran yang berisi silabus, RPP, CD panduan tilawah, lab.komputer, tape recorder, kalam, tinta, buku panduan kaligrafi, buku panduan tilawah, d). Pola interaksi yang dikembangkan oleh para guru muatan lokal BTQ MTs al-junaidiyah adalah interaksi dua arah antara guru-peserta didik, dan peserta didik-guru. Pola interaksi dua arah tersebut cukup efektif untuk menumbuhkan perhatian peserta didik terhadap materi yang sedang dipelajari. Hal ini penting, karena kurangnya rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas merupakan salah satu perilaku yang potensial untuk mengganggu iklim pembelajaran. B. Rekomendasi Hasil penelitian dan analisis temuan di lapangan, maka berikut dikemukakan beberapa rekomendasi untuk kepentingan dan kemajuan di masa yang akan datang yaitu: 1. Guru Hasil penelitian/studi kasus ini menunjukkan bahwa pemahaman guru terhadap pengembangan kurikulum muatan lokal BTQ di MTs al-junaidiyah belum maksimal. Meskipun kasuistis dan terbatas pada Mata Pelajaran muatan lokal BTQ, namun hasil penelitian ini bisa menjadi indikasi rendahnya pemahaman guru secara umum terhadap proses pengembangan kurikulum muatan lokal, terlebih guru-guru di sekolah/madrasah pinggiran kota atau pedesaan. Oleh karena itu, secara individual hendaknya guru berupaya mencari sumber informasi dan memahami teknik pengembangan kurikulum muatan

176 lokal. Berbagai hal yang sukar dipecahkan ada baiknya dibahas dengan guruguru dari sekolah/madrasah lain atau satu gugus di pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pemanfaatan MGMP dan KKM dapat dijadikan ajang sharing sehingga aspek-aspek yang memerlukan pemahaman lebih mendalam dapat dikaji melalui kegiatan ini. Dengan demikian, melalui pertemuan MGMP tersebut kendala atau kesulitan dihadapi oleh guru dalam pengembangan kurikulum muatan lokal dapat diatasi dan dicarikan solusinya. 2. Kepala Madrasah Upaya untuk mengatasi kelemahan pengembangan kurikulum muatan lokal BTQ, baik pengembangan need assessment, silabus dan RPP, pengembangan tujuan, materi, metode, media, dan sistim evaluasi, serta implementasinya di lapangan, maka Kepala Madrasah sebagai supervisor pendidikan perlu meningkatkan kualitas pribadi dengan belajar teori pengembangan kurikulum dan memberikan bimbingan pembinaan dan pengawasan kepada guru, baik secara pribadi maupun kelompok, karena Kepala Madrasah sebagai atasan dapat mendorong guru untuk memperbaiki kualitas pengembangan kurikulum pada seluruh mata pelajaran. 3. Pengawas Diharapkan untuk mengoptimalkan kegiatan supervisi, monitoring, dan pembinaan pada Mata Pelajaran muatan local BTQ sehingga para guru dapat meningkatkan keterampilan dan profesionalisme dalam kegiatan perencanaan, implementasi, dan evaluasi sesuai dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

177 4. Kementrian Agama Hasil penelitian tentang pengembangan kurikulum muatan lokal BTQ yang dirasakan belum maksimal sebagai akibat pemahaman Kepala Madrasah dan guru terhadap teori pengembangan kurikulum masih rendah, dapat dijadikan informasi berharga bagi pihak Kementrian Agama baik Kabupaten/Kota, Provinsi atau pusat untuk mengambil kebijakan misalnya dengan mengadakan evaluasi pada setiap jenjang pendidikan secara efektif sehingga berbagai kelemahan dan kekurangan dapat segera diatasi. 5. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Lembaga pendidikan yang berperan mempersiapkan guru-guru diharapkan mampu melahirkan calon-calon guru yang handal, termasuk mempersiapkan guru yang mempunyai kemampuan mengajarkan berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah/madrasah yang tidak hanya dibekali pengetahuan akademik bersifat teoritis, tetapi juga dibekali dengan kemampuan dalam mengembangkan kurikulum. 6. Peneliti Selanjutnya Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di lapangan tentang pengembangan kurikulum muatan lokal yang nantinya segera dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil penelitian. Penelitian ini hanya sebagian kecil dalam mengungkap data yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum muatan lokal BTQ. Oleh karena itu, direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan

178 penelitian evaluatif pada bidang kajian lain atau pada subjek dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Temuan ini memberi peluang kepada peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji problematika pengembangan kurikulum muatan lokal dari perspektif yang lebih kaya terutama penelitian lanjutan tentang pengembangan kurikulum muatan lokal dengan melihat perbandingan sekolah/madrasah perkotaan, pinggiran, dan pedesaan.