BAB I PENDAHULUAN. Persoalan kiblat adalah persoalan azimuth yaitu jarak dari titik Utara ke

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sesuai tuntutan zaman, baik pada zaman pra-

BAB I PENDAHULUAN. mengahadap kiblat adalah salah satu syarat sah shalat. Kiblat yang

BAB IV ANALISIS FATWA MUI NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG KIBLAT (Kiblat Umat Islam Indonesia Menghadap ke Arah Barat)

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB IV ANALISIS FATWA MUI NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG KIBLAT. A. Latar Belakang Dikeluarkan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit pada orbitnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang pelayaran sudah dikenal oleh masyarakat dunia. sejak lama. Ekspedisi-ekspedisi besar pernah dilakukan hingga

PENGENALAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI TINGKAT MADRASAH IBTIDAIYAH/SEKOLAH DASAR MELALUI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SUDUT

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB V PENUTUP. menghadap ke bangunan Ka bah, shalatnya tidak sah. Sedangkan orang. perbedaan pendapat, adapun pendapat itu adalah :

BAB I PENDAHULUAN. salah satu fitrah manusia. Nilai itulah yang diajarkan oleh al-qur an. Al-Qur an

BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON. A. Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

BAB IV ANALISIS TERHADAP AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL. A. Analisis Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel

BAB I PENDAHULUAN. wajib benar benar menghadap Ka'bah itu ( 'ain Ka'bah) tetapi orang yang jauh

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

DAFTAR PUSTAKA. Abd al-mu thi, Fathi Fawzi Misteri Ka bah (Kisah Nyata Kiblat Dunia Sejak Nabi Ibrahim hingga Sekarang), Jakarta: Zaman, 2010.

VERIFIKASI FATWA MUI NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ARAH KIBLAT. Agus Yusrun Nafi

BAB I PENDAHULUAN. Swt. yang utama adalah mendirikan shalat. Perintah ini langsung diturunkan oleh

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam ajaran Islam, menghadap arah Kiblat merupakan suatu

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID BAITUSSALAM DUKUH GIRIKUSUMA DESA BANYUMENENG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK. Skripsi

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB I PENDAHULUAN. sahnya shalat, seperti dalam dalil-dail syara kesalahan dalam menghadap kiblat

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB IV NAVIGASI MAPALSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. begitu saji di terapkan di peta karena adanya variasi magnet bumi, yaitu yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh Mbah Shonhaji. Mbah Shonhaji adalah murid Sunan Ampel yang. Sunan Ampel dengan menunjuk jari tangannya ke arah barat, kemudian

BAB IV ANALISIS KEAKURASIAN ARAH KIBLAT MASJID SUNAN KALIJAGA KADILANGU DEMAK

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya menentukan arah Kiblat ketika hendak melaksanakan shalat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama

Menyikapi Fatwa Arah Kiblat. Written by Monday, 19 July :12

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan oleh setiap umat muslim. Melaksanakan shalat dengan menghadap ke

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

PENENTUAN ARAH QIBLAT

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENOLAKAN SERTIFIKASI ARAH KIBLAT DI MASJID BAITURRAHMAN SIMPANG LIMA SEMARANG

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MAJLIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG BUNGA

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

BAB II KONSEP UMUM TENTANG ARAH KIBLAT. A. Pandangan Para Ulama Tentang Arah Kiblat. dari,, yang secara sederhana dapat kita artikan menghadap.

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB ARAH KIBLAT DR. ING KHAFID DALAM PROGRAM MAWĀQIT 2001

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

Cara Mudah Penentuan Arah Kiblat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IBADAH UMROH. kapan saja di luar batas waktu haji (bulan-bulan haji).

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya telah ditegaskan dalam al-qur an maupun hadis Nabi. SAW, bahwa Allah SWT mencintai keindahan.

BAB IV ANALISIS METODE AZIMUTH BULAN SEBAGAI ACUAN PENENTUAN ARAH KIBLAT. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimuth Bulan

BAB IV AKURASI METODE ARAH KIBLAT MASJID-MASJID DI DESA SRUNI, KEC. JENGGAWAH, KAB. JEMBER JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sahnya ibadah shalat. Ini sudah merupakan kesepakatan para ulama bahwa

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tuntunan dalam tuntutan dinamika realitas masyarakat dari segala kompleksitas

HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN SKRIPSI

BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN AKURASI JAM MATAHARI PERUMAHAN KOTABARU PARAHYANGAN PADALARANG JAWA BARAT

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

MAKALAH ISLAM Waktu Praktis Penentuan Arah Kiblat

BAB I PENDAHULUAN. menghadap kiblat,shalatnya tidak sah. Umat Islam di Indonesia pada

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai a little mosque on the tundra oleh media Kanada, menjadi

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. sampai matinya salah seorang suami istri. Inilah sebenarnya yang dikehendaki

MENYAMBUT ISTIWA UTAMA 16 JULI 2013 ; AYO LURUSKAN ARAH KIBLAT KITA!

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

BAB III METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Sejarah Intelektual Slamet Hambali

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN)

BAB I PENDAHULUAN. Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB II ARAH KIBLAT DAN ANDROID. Meninjau dari segi bahasa kata kiblat berasal dari akar kata - -

STUDI ARAH KIBLAT MASJID-MASJID KUNO. (Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Tiban At-Taqwa Ketapang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan kiblat adalah persoalan azimuth yaitu jarak dari titik Utara ke lingkaran vertikal melalui benda langit atau melalui suatu tempat yang diukur sepanjang lingkaran horizon menurut arah perputaran jarum jam. Arah kiblat erat kaitannya dengan letak geografis suatu tempat yakni berapa derajat jarak suatu tempat dari khatulistiwa yang dikenal dengan istilah lintang dan berapa derajat letak suatu tempat dari garis bujur kota Makkah. 1 Kiblat juga terkait dengan arah Kakbah 2 di Makkah. Arah ini dapat ditentukan dari setiap titik atau tempat di permukaan Bumi dengan melakukan perhitungan dan pengukuran. Perhitungan arah kiblat pada dasarnya adalah perhitungan untuk mengetahui guna menetapkan ke arah mana Kakbah di Makkah itu dapat dilihat dari suatu tempat di permukaan Bumi, sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan salat, baik ketika berdiri, ruku, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju Kakbah. 3 1 A. Jamil, Ilmu Falak; Teori & Aplikasi, Arah Qiblat, Awal Waktu, dan Awal Tahun (Hisab Kontemporer), Jakarta : Amzah, Cet. ke-1, 2009, hlm. 109. 2 Penulisan Kata Kakbah berdasarkan pedoman penulisan yang dijelaskan dalam KBBI Offline 1.5.1 yaitu : Kakbah (n) bangunan suci yg terletak di dl Masjidilharam di Mekah, berbentuk kubus, dijadikan kiblat salat bagi umat Islam dan tempat tawaf pd waktu menunaikan ibadah haji dan umrah. 3 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik (Perhitungan Arah Kiblat, Waktu Salat, Awal Bulan, dan Gerhana), Yogyakarta : Buana Pustaka, Cet. ke-3, 2008, hlm. 49. 1

2 Umat Islam telah bersepakat bahwa menghadap ke arah kiblat dalam salat merupakan syarat sahnya salat, 4 sebagaimana dijelaskan dalam dalil-dalil syari. Firman Allah SWT yang menyebutkan tentang perintah menghadap kiblat ketika melaksanakan salat sebagai berikut: ' &% #$%! #$% $ 3 +012- -. /# ()*+,?@ BC;</ < $9 : 6678 +1 45$% Artinya : Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. al-baqarah: 149) 5 Bagi orang-orang di kota Makkah dan sekitarnya melaksanakan salat tidak menjadi persoalan namun bagi mereka yang jauh dari Makkah tentu timbul permasalahan tersendiri, terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang cukup menghadap arahnya saja sekalipun kenyataannya salah atau menghadap ke arah yang sedekat mungkin dengan posisi Kakbah yang sebenarnya. 6 Permasalahannya, apakah harus menghadap persis ke Baitullah (Kakbah) atau hanya boleh ke arah taksirannya saja atau boleh ke pinggir Kakbah. Bagi yang melihat Kakbah secara langsung, maka ia wajib menghadap ke arahnya karena tidak ada kesulitan tetapi yang jauh dari Kakbah dapat melakukan salat berdasarkan sabda Nabi Saw. yang menyebutkan bahwa Baitullah (Kakbah) merupakan kiblat bagi orang yang salat di Masjidil Haram, Masjidil Haram merupakan kiblat bagi 4 Ibnu Rusyd al-qurtuby, Bidâyat al-mujtahid wa Nihâyat al-muqtashid, Juz 1, Beirut : Dâr al-fikr, tt., hlm. 80. 5 Kementerian Agama RI, al-qur an al-karim dan Terjemahnya, Bandung: Sygma, 2010, hlm. 23. 6 Muhyiddin Khazin, op. cit, hlm. 49.

3 penduduk kota Makkah dan kota Makkah merupakan kiblat bagi penduduk di Bumi belahan Timur dan Barat dari umatku. 7 Indonesia yang berada di belahan Timur tentu dapat menghadap ke arah Kakbah yang berada di belahan Barat namun dapat juga menghadap ke arah yang lebih dekat yaitu dengan menyesuaikan antara arah Barat Laut atau Utara. Pergerseran koordinat antara Barat ke Barat Laut atau Utara disinyalir karena adanya pergeseran lempeng Bumi yang disebabkan seringnya terjadi gempa Bumi di Indonesia. Pertanyaannya, benarkah gempa Bumi menyebabkan terjadi pergeseran lempeng Bumi dan apakah pergeseran lempeng Bumi menyebabkan berubahnya arah kiblat dari Barat ke Barat Laut atau Utara. Dengan adanya isu bergesernya arah kiblat akibat gempa Bumi dan pergeseran lempeng Bumi yang terjadi pada awal tahun 2010 sampai mencuat menjadi masalah nasional, Komisi Fatwa MUI mengeluarkan Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 tentang arah kiblat umat Islam Indonesia menghadap ke arah Barat, yang ternyata tidak memberikan solusi yang terbaik, sehingga dikeluarkan fatwa terbaru yakni Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat Indonesia. 8 Fatwa MUI ini telah menimbulkan keresahan dalam masyarakat dan para ahli falak dan astronom, sehingga ditanggapi secara berbeda baik dari kalangan MUI maupun dari kalangan ahli falak dan astronom. Karena itu, persoalan arah kiblat 7 Ali Parman, Ilmu Falak, ttp : tp., 2001, hlm. 68. 8 Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, Jakarta : Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Jendral Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Cet. ke-1, 2012, hlm. XV.

4 menarik dikaji tentang bagaimana penetapan arah yang sebenarnya, apakah cukup menghadap ke Barat atau menghadap ke Barat Laut. Dalam diktum Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 tentang arah kiblat tersebut disebutkan bahwa; Pertama, tentang ketentuan hukum. Dalam kententuan hukum tersebut disebutkan bahwa: (1) Kiblat bagi orang salat dan dapat melihat Kakbah adalah menghadap ke bangunan Kakbah ( ainul Kakbah). (2) Kiblat bagi orang yang salat dan tidak dapat melihat Kakbah adalah arah Kakbah (jihatul Kakbah). (3). Letak georafis Indonesia yang berada di bagian Timur Kakbah/Makkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah Barat. Kedua, MUI merekomendasikan agar bangunan masjid/mushalla di Indonesia sepanjang kiblatnya menghadap ke arah Barat, tidak perlu diubah, dibongkar, dan sebagainya. 9 Namun Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 mendapat respon dan protes dari kalangan masyarakat, khususnya golongan Madzhab Syafi i yang banyak diikuti di Indonesia seperti Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdhatul Ulama Ghozalie Masroeri yang menilai bahwa Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 tersebut tidak tepat karena seharusnya arah kiblat menghadap ke Barat Laut. Dasar pertimbangannya adalah karena letak Indonesia yang tidak tepat di Timur, maka secara umum kiblat menghadap ke Barat Laut bukan ke Barat. 10 9 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011, hlm. 250-251. 10 Berdasarkan hasil wawancara kepada Ghozalie Masroeri, Anggota Komisi Fatwa MUI dan Ketua Lajnah Falakiyah PBNU, pada 13 Maret 2014, jam 09.15 WIB.

5 Dalam fatwa itu menyebutkan letak geografis Indonesia yang berada di bagian Timur Makkah sehingga arah kiblat menghadap ke arah Barat. Padahal, berdasarkan hasil penelitian dari ilmu falak atau astronomi dilihat dari titik Barat, yaitu: Pertama, Jika arah kiblatnya ± 00 0 maka mengarah ke Tanzania dan Angola; kedua, arah kiblatnya ± 05 0 maka mengarah ke Kenya dan Kamerun, ketiga, arah kiblatnya ± 10 0 maka mengarah ke Somalia dan Ethopia. Jadi, Indonesia tidak persis berada di Timur Makkah tetapi serong ke Tenggara. 11 Arah kiblat yang benar berdasarkan diktum Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 adalah menghadap ke Barat Laut dengan kemiringan bervariasi, sesuai letak geografis wilayah tempat masjid berada. Pelurusan arah kiblat tidak harus dengan merombak bangunan masjid. Melainkan, cukup dengan menyesuaikan garis shaf salat dengan kiblat yang benar. MUI juga menghimbau agar semua wilayah di Indonesia harus menyesuaikan arah kiblat sesuai dengan ralat dari fatwa tersebut. Alasannya adalah karena Indonesia terletak tidak persis di Timur Kakbah tapi agak ke Selatan, jadi arah kiblat juga tidak persis ke Barat tetapi mengarah ke arah Barat Laut. 12 Atas dasar ini, maka Majelis Ulama Indonesia (MUI) kemudian meralat Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 dengan dikeluarkannya Fatwa Nomor 05 Tahun 2010 Yakni; Pertama: tentang ketentuan hukum, dalam ketentuan hukum tersebut disebutkan bahwa: (1) Kiblat bagi orang yang salat dan dapat melihat Kakbah adalah menghadap ke bangunan Kakbah ( ainul Kakbah). (2) Kiblat bagi orang yang salat 11 Muhyiddin Khazin, Kumpulan Makalah Nahdhatul Ulama (Kiblat), tt. hlm. 1. 12 www. Fatwa MUI, Arah Kiblat. Detickom, Rabu, 14-7-2010.

6 dan tidak dapat melihat Kakbah adalah arah Kakbah (jihatul Kakbah). (3) Kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke Barat Laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing. Kedua: MUI merekomendasikan agar bangunan masjid/mushalla yang tidak tepat arah kiblatnya, perlu ditata ulang shaf-nya tanpa membongkar bangunannya. 13 Menurut Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Hasanudin, mengatakan bahwa perbedaan yang terdapat antara Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 dan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat saling menyempurnakan. yakni dengan redaksi: Kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke Barat Laut dengan posisi bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing-masing. Serta umat muslim tidak perlu membongkar bangunan masjid agar sesuai dengan arah kiblat, umat muslim cukup menggeser posisi barisan (shaf) salat sesuai dengan arah kiblat. Tidak perlu mengubah posisi masjid karena terlalu memberatkan. 14 Ketua Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) Zulfa Mustofa memaparkan, perbedaan arah kiblat terletak pada persoalan apakah ditentukan secara persis (tepat) atau kira-kira. Menurutnya, Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 muncul setelah perdebatan panjang yang lantas 13 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011, hlm. 260-261, Lihat juga Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Terbaru 2010 tentang Kiblat, Jakarta : Majelis Ulama Indonesia, 2010, hlm. 7., Ephemeris Hisab Rukyat 2013, Jakarta : Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, 2012, hlm. 398. 14 http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/07/15/124750-janganberpolemik-sikapi-fatwa-mui-tentang-arah-kiblat.

7 mengakomodir Madzhab Syafi i yang notabene madzhab mayoritas muslim Indonesia. Meskipun tidak secara tepat, setidaknya ada usaha agar sebisa mungkin arah kiblat Indonesia sesuai. Namun demikian, dia menegaskan selama arah kiblat tidak melenceng jauh dan bertolak belakang dengan teks al-quran dan hadis maka salat yang dilakukan tetap sah. 15 Pandangan berbeda dikemukakan oleh Ali Mustafa Yaqub Imam Besar Masjid Istiqlal, menegaskan bahwa pendapat yang kuat bagi orang Indonesia tentang arah kiblat adalah menghadap ke Barat berdasarkan ayat al-quran dan hadis. Dia menuturkan bahwa muslim Indonesia berada di Timur Kakbah sehingga arah kiblat yang benar adalah menghadap ke Barat mana saja secara mutlak. 16 Sedangkan A. Kadir, sejatinnya menurut ilmu falak/ilmu hitung, khusus umat Islam Indonesia yang berada di Timur Tenggara Kakbah, seharusnya kiblatnya menghadap ke Barat Barat Laut, bukan menghadap ke arah Barat, atau Barat Laut, sebagaimana yang ditetapkan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, hal ini berdasarkan kepada peta mata angin. 17 Menurutnya kedua fatwa tersebut mardud 15 Ibid. 16 Ali Mustafa Yaqub, Kiblat; Antara Bangunan dan Arah Kakbah, Jakarta : Pustaka Darus Sunnah, 2010, hlm. 55. 17 Setidaknya ada empat penjuru mata angin yang dikenal sehari-hari sebagai Mata Angin Patokan (Point of the Compass). Yakni Utara (North), Timur (East), Barat (West), dan Selatan (South). Dari empat penjuru itu terdapat di antara mata angin yang disebut Mata Angin Tetangga. Yaitu, Timur Laut (North East), Tenggara (South East), Barat Laut (North West), dan Barat Daya (South West). Singkatnya sejumlah 32 (tiga puluh dua) arah mata angin yang ada, oleh kebanyakan orang disebut Peta Mata Angin. Lihat selengkapnya, A. Kadir, Formula Baru Ilmu Falak (Panduan Lengkap & Praktis Hisab Arah Kiblat, Waktu-Waktu Shalat, Awal Bulan dan Gerhana), Jakarta : Amzah, Cet. ke-1, 2012, hlm. 77

8 (tertolak) berdasarkan kajian ilmu falak yang merujuk kepada al-quran dan hadis Nabi Saw., yang dipadukan dengan sains modern. 18 Abu Hurairah RA. meriwayatkan dari Nabi Saw: ك م ن أ ف تى ب غ ير عل مكا ن ا ثم ذ ل 19 على الذ ي أ ف تى Artinya: Barangsiapa yang memberi fatwa dengan tanpa berdasarkan ilmu, maka semua dosa yang diakibatkan fatwa itu menjadi tanggungan orang yang mengeluarkannya. (HR. Abu Daud, dan ad-darimi). Selain itu, keputusan tersebut masih mendapatkan pertanyaan lagi, seperti yang dijelaskan oleh Heri Andreas peniliti Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menurutnya fatwa Majelis Ulama Indonesia mengenai arah kiblat yang ditetapkan menjadi Barat Laut dinilai masih melenceng jauh dari arah kiblat sebenarnya, karena belum mengarah ke Kakbah tapi ke Afganistan atau Azerbaijan. Jadi, arah kiblat yang tepat adalah sekitar 25 derajat dari Barat ke arah Barat Laut. Kesalahan satu derajat dengan jarak Indonesia dan Makkah sekitar 8 ribu kilometer, bisa mengakibatkan arah kiblat melenceng kurang lebih ratusan kilometer. Jika penghitungan tak sampai ke detik, arah kiblat juga bisa melenceng 2 kilometer ke kiri atau kanan. 20 Oleh karena itu, fatwa MUI tersebut perlu dikaji ulang. Bila Komisi Fatwa MUI mau melihat dalam perspektif kemaslahatan ibadah, seharusnya mereka juga 18 A. Kadir, Fiqh Qiblat (Cara Sederhana Menentukan Arah Salat Agar Sesuai Syari at), Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2012, hlm. 140-141. 19 Imam Abî Daud Sulaiman bin al- Asy as al-azdiyy al-sijistâny, Kitab Sunan Abî Daud, hadis 3649, Juz 4, Jeddah : Dâr al-qiblat al-tsâqafah al-islamiyah, 1998, hlm 243. 20 www.tempo.co.id//peneliti: Arah Kiblat Sesuai Fatwa MUI Masih Melenceng, diakses pada 02 Juli 2013 Pukul 21.10 WIB.

9 harus mempertimbangkan keilmuan dan teknologi yang ada. Sehingga fatwa MUI seharusnya tidak hanya sebatas arah Barat Laut, tetapi arah Barat Laut dengan perhitungan. 21 Perbedaan pendapat di atas disebabkan oleh adanya sudut pandang yang berbeda dalam memahami ayat dan wilayah hukum Indonesia terhadap posisi Kakbah. Karena itu, perlu dikaji kembali kemungkinan pendapat tersebut di atas, apakah posisi Kakbah berada di Barat, Barat Laut atau Barat Barat Laut. Karena, dalam penentuan arah kiblat menurut perhitungan ilmu falak pergeseran sebesar 1 derajat saja bisa melencengkan arah kurang lebih ratusan kilometer dari titik yang ditentukan. Semakin besar kemelencengan maka semakin jauh juga dari Kakbah. Berdasarkan pernyataan di atas, sangat dianjurkan untuk menimbang kembali dalam menentukan arah kiblat. Untuk itu, menentukan posisi Indonesia, maka dapat digunakan teknologi diantaranya Google Earth agar posisi Indonesia terhadap Kakbah dapat ditentukan serta metode-metode lainnya. Dengan keberadaan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa kiblat umat Islam Indonesia menghadap ke arah Barat Laut ini juga memunculkan pertanyaan, apakah fatwa ini merupakan konsep fikih baru (di mana belum ada ulama dahulu yang menyatakan konsep ini) ataukah merupakan penafsiran terhadap konsep jihatul Kakbah sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama 21 Ahmad Izzuddin, Manyoal Fatwa MUI Tentang Arah Kiblat makalah disampaikan pada Seminar Nasional IAIN Walisongo Semarang, 27 Mei 2010, hlm. 10.

10 madzhab?, lebih tegasnya adalah arah yang sesuai untuk wilayah Indonesia apakah persis ke Barat Laut atau tidak?. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang kiblat dengan judul KIBLAT INDONESIA MENGHADAP KE ARAH BARAT LAUT (Studi Terhadap Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Kiblat). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dikemukakan beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut: 1. Apa yang melatarbelakangi MUI mengeluarkan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang penentuan arah kiblat Indonesia? 2. Bagaimana istinbâth hukum yang dilakukan MUI dalam menetapkan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang penentuan arah kiblat Indonesia? 3. Bagaimana tinjauan Ilmu Falak terhadap penetapan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang penentuan arah kiblat Indonesia? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Mengetahui apa yang melatarbelakangi dikeluarkannya Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat Indonesia.

11 b. Mengetahui bagaimana istinbâth hukum yang dilakukan MUI dalam menetapkan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat Indonesia. c. Mengetahui tinjauan dari perspektif ilmu falak terhadap Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat Indonesia. Sekaligus mengetahui arah yang sesuai dengan metode penentuan kiblat. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. Sebagai bahan masukan bagi Komisi Fatwa MUI, pemerintah dan masyarakat tentang arah kiblat yang sebenarnya. b. Memberi manfaat secara teori dan aplikasi terhadap perkembangan ilmu falak khususnya dalam penentuan arah kiblat. c. Memberikan wacana fiqih hisab rukyat terutama tentang keputusan keputusan organisasi maupun pemerintah tentang arah kiblat. d. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut. D. Telaah Pustaka Seperti halnya pada penelitian-penelitian lainnya, dalam penelitian ini juga mempertimbangkan telaah atau kajian pustaka. Terutama kajian pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Kajian pustaka dalam sebuah penelitian berfungsi untuk mendukung penelitian yang dilakukan seseorang. Kajian pustaka juga dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan pembahasan dengan penelitian yang

12 sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga diupayakan agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu. Penelitian-penelitian baik skripsi, tesis maupun disertasi tentang ilmu falak khususnya yang membahas terkait dengan fiqih hisab arah kiblat cukup banyak. Namun dibandingkan dengan penelitian ini masih terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan dan fundamental. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan berkaitan dengan pembahasan penelitian dalam skripsi ini diantaranya sebagai berikut. Disertasi Ahmad Izzuddin dengan judul Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya, disertasi ini lebih banyak membahas teoriteori penentuan arah kiblat. Namun pembahasannya lebih fokus pada tingkat akurasi dari ketiga teori penentuan arah kiblat yang ada yaitu teori trigonometri, teori geodesi dan teori navigasi. 22 Tesis Slamet Hambali, dengan judul Metode Pengukuran Arah Kiblat dengan Segitiga Siku-Siku dari Bayangan Matahari Setiap Saat. Dalam penelitian tesis ini. ia menggunakan metode pengujian, yakni menguji apakah teori yang ditawarkan benarbenar menghasilkan arah kiblat yang akurat. Dalam hal ini, ia memperkenalkan dua model, model pertama dengan satu segitiga siku-siku, kedua dengan dua segitiga siku-siku. ia melakukan pengujian sebanyak enam kali, dua kali di rumahnya sendiri 22 Buku ini merupakan desertasi beliau saat menjalani program doktor di IAIN Walisongo Semarang, Selengkapnya baca Ahmad Izzuddin, Kajian Terhadap Metode-Metode Penentuan Arah Kiblat Dan Akurasinya, Jakarta : Kementrian Agama RI, Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Cet. ke-1, 2012.

13 dengan pertimbangan sudah sering diadakan pengecekan arah kiblat baik rashdul kiblat global maupun menggunakan rashdul kiblat lokal dan empat kali di Masjid Agung Jawa Tengah dengan pertimbangan bahwa arah kiblatnya sudah cukup akurat, dan metode ini juga amat praktis serta mempunyai tingkat akurasi yang sangat tinggi. 23 Skripsi Siti Tatmainul Qulub, dengan judul Studi Analisis Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Kiblat (Kiblat Umat Islam Indonesia Menghadap ke Arah Barat), penelitian skripsi ini mengkaji bagaimana istinbath hukum yang dilakukan oleh MUI dalam menetapkan Fatwa Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Kiblat serta bagaimana tinjauan fatwa tersebut dalam prespektif ilmu falak, dalam penelitian ini juga ia pun merekomendasikan Fatwa MUI Nomor 05 masih harus ditinjau ulang, karena arah barat laut masih menunjukkan arah yang berbeda, bukan arah Kakbah. 24 Skripsi Susheri, dengan judul Analisis Rumus Trigonometri dalam Penentuan Arah Kiblat, penelitian skripsi ini hanya menfokuskan pada penggunaan rumus trigonometri yang digunakan dalam penentuan arah kiblat serta bagaimana penerapannya dalam teori penentuan arah kiblat. 25 23 Slamet Hambali, Metode Pengukuran Arah Kiblat dengan Segitiga Siku-Siku dari Bayangan Matahari Setiap Saat, Tesis Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2013. Kemudian diterbitkan dengan judul buku, Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat, Yogyakarta : Pustaka Ilmu, Cet. ke-1, 2013. 24 Siti Tatmainul Qulub, Studi Analisis Fatwa Mui Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Kiblat (Kiblat Umat Islam Indonesia Menghadap ke Arah Barat), Skripsi Fakultas Syari ah iain Walisogo Semarang, 2010, td. 25 Susheri, Analisis Rumus Trigonometri Dalam Penentuan Arah Kiblat, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisogo Semarang, 2012, td.

14 Skripsi Ismail Khudhori, Dalam skripsinya yang berjudul Studi Tentang Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Surakarta membahas tentang arah kiblat bangunan Masjid Agung Surakarta yang ternyata kiblat masjid ini adalah 14 derajat dari titik Barat ke Utara, sehingga kurang 10 derajat ke arah Utara. Adanya ketidaktepatan arah kiblat masjid tersebut karena tidak adanya pengetahuan dan peralatan yang memadai untuk menentukan arah kiblat Masjid Agung tersebut dengan tepat dan akurat. 26 Skripsi Hasna Tuddar Putri, yang berjudul Pergulatan Mitos Dan Sains dalam Penentuan Arah Kiblat (Studi Kasus Pelurusan Arah Kiblat Mesjid Agung Demak) yang membahas bagaimana fikih kiblat yang digunakan oleh masyarakat pengguna Masjid Agung Demak dan bagaimana masyarakat menempatkan mitos dan sains dalam penentuan arah kiblat. 27 Skripsi Ikhwan Muttaqin, yang berjudul Studi Analisis Metode Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Equatorial Sundial dalam penelitian ini penulis membahas tentang cara menentukan arah kiblat dengan menggunakan Equatorial Sundial, pembuatannya, serta melakukan uji presisi terhadap penentuan arah kiblat dengan metode tersebut. Menurutnya penentuan arah kiblat dengan equatorial sundial 26 Ismail Khudhori, Studi tentang Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Surakarta, Skripsi Fakultas Syari ah, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2005, td. 27 Hasna Tuddar Putri, Pergulatan Mitos Dan Sains Dalam Penentuan Arah Kiblat ( Studi Kasus Pelurusan Arah Kiblat Mesjid Agung Demak), Skripsi Fakultas Syari ah, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2011, td.

15 masih belum akurat, sehingga harus dicek ulang lagi dengan menggunakan alat bantu theodolit atau rashdul kiblat. 28 Menurut penulis belum ada yang membahas tentang Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 secara spesifik. Dengan demikian, penelitian ini berbeda dari penelitianpenelitian yang lain. Penelitian ini lebih fokus kepada menentukan arah yang tepat berdasarkan ilmu falak, latar belakang ditetapkannya serta istinbâth hukum dalam penetapan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, menggunakan metode penelitian sebagai berikut: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan kajian penelitian kepustakaan (library research) 29. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian ini, penulis menekankan pada tinjauan serta arah yang sesuai dengan metode-metode arah kiblat dalam ilmu falak terhadap dikeluarkannya Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah 28 Ikhwan Muttaqin, yang berjudul Studi Analisis Metode Penentuan Arah Kiblat Dengan Menggunakan Equatorial Sundial, Skripsi Fakultas Syariah Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2012, td. 29 Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan menelaah baik berupa buku-buku rujukan atau penelitian-penelitian mutakhir baik yang sudah dipublikasikan maupun belum diterbitkan dan suber lainnya yang relevan dengan topik yang dikaji. Lihat Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Semarang : Fakultas Syari ah IAIN Walisongo, 2010, hlm. 11.

16 kiblat oleh Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Sedangkan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan normatif. 2. Sumber dan Jenis Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Dalam hal ini adalah Diktum Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat, selain itu penulis juga akan melakukan wawancara langsung dengan Komisi Fatwa MUI Pusat. Sedangkan untuk sumber data sekunder, penulis menggunakan data-data berupa dokumentasi yaitu buku-buku yang membahas tentang fiqh hisab arah kiblat, majalah ilmiah, sumber dari arsip, kamus, ensiklopedi dan buku yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai tambahan atau pelengkap. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi (documentation) dan wawancara (interview). Metode dokumentasi (documentation) atau juga dikenal library research, yakni pengumpulan data dan informasi pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian, terutama sumber utama sebagai data primer, di samping data sekunder yang berkaitan dengan penelitian. Hasil sementara yang diperoleh dari pengumpulan datadata tersebut kemudian diproses melalui tinjauan atas berbagai konsep

17 pemikiran para ahli/ulama dalam penentuan arah kiblat, baik melalui studi kepustakaan (buku-buku dan karya ilmiah lainnya), melalui penelusuran yang ada di situs-situs internet, maupun hasil-hasil pemikiran mereka dalam pertemuan-pertemuan ilmiah. Sedangkan untuk metode wawancara (interview) berupa pengumpulan informasi tentang penelitian. Metode ini sangat penting dalam mengumpulkan data. Dalam wawancara ini yang menjadi informan sekaligus sumber primer ditujukan kepada para tokoh dalam Komisi Fatwa MUI yang terkait dengan penetapan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat, yaitu wakil ketua, sekretaris dan anggota Komisi Fatwa MUI. Wawancara juga ditujukan kepada para tokoh ilmu falak terkait dengan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat. 4. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, data kemudian diolah dan dianalisis. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis deskriptif (descriptive analysis), analisis isi dan analisis verifikatif. Teknik analisis deskriptif yaitu menggambarkan sifat atau keadaan yang dijadikan obyek dalam penelitian, menjelaskan apa yang menjadi faktor Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat serta istinbath hukum dalam penetapannya. Adapun Content analysis adalah teknik analisis yang dilakukan dengan maksud menggali isi dan maksud pesan-pesan yang terkandung pada bahan-bahan atau sumber

18 tertentu, kemudian memberi makna pada pesan yang terkandung di dalamnya untuk menggambarkan gejala sosial yang terjadi. Sedangkan analisis verifikatif (verificative analysis) adalah teknik analisis yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hasil penelitian sebelumnya, sehingga diperoleh hasil yang memperkuat atau menggugurkan teori atau hasil penelitian sebelumnya. Misalnya, penelitian terkait penentapan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat ditinjau dari kajian ilmu falak. F. Sistematika Penulisan Secara garis besar, penulisan penelitian ini dibagi dalam 5 (lima) bab. Dalam setiap bab terdiri dari sub-sub pembahasan. Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut : Bab pertama berisi pendahuluan. Pada bagian ini memuat latar belakang masalah, penulis menggambarkan mengapa penelitian ini dilakukan sehingga menimbulkan pertanyaan yang termuat dalam rumusan masalah, serta memperoleh tujuan dan manfaat penelitian, dan melakukan telaah pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan untuk membedakan dengan penelitian lainnya. Bab kedua Fiqih Kiblat dan Fatwa. Dalam bab ini berisi pembahasan umum tentang topik dan pokok bahasan yang meliputi teori-teori dasar yang berhubungan dengan judul penelitian penulis. Dalam bab ini terbagi menjadi dua permasalahan yaitu, pertama fiqih kiblat yang meliputi definisi kiblat, dasar hukum menghadap kiblat, sejarah kiblat, dan pendapat para ulama tentang kiblat. Sedangkan yang kedua

19 yaitu fatwa dan ifta yang meliputi definisi fatwa dan ifta, serta qadhi ijtihad dan istinbath, syarat mujtahid dan mufti, dalil-dalil syar i, dan metode istinbath hukum. Bab ketiga Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Kiblat. Bab ini berisi pembahasan yang menjelaskan proses Komisi Fatwa MUI dalam menetapkan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang kiblat, pedoman penetapannya, metode istinbath hukum, serta dasar-dasar hukum penetapan Fatwa MUI Nomor 05 Tahu 2010 tentang kiblat, juga membahas sejarah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bab Keempat Analisis Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Kiblat. Bab ini merupakan pokok pembahasan dari penilitian penulis, meliputi analisis latar belakang dikeluarkan Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 tentang arah kiblat Indonesia, istinbath hukum MUI dalam penetapan Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat Indonesia, serta tinjauan dalam perspektif Ilmu Falak terhadap Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 tentang arah kiblat Indonesia. Bab kelima Penutup. Bagian ini dijelaskan kesimpulan, saran/ rekomendasi terkait dengan hasil penelitian penulis.