MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sikap, dan perilaku. Disiplin adalah latihan watak dan batin agar segala perbuatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP KARYA INDAH KECAMATAN TAPUNG FITRIANI

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pertama ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dibangkitkan, dipertahankan dan selalu dikontrol baik oleh siswa itu sendiri, guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB V PEMBAHASAN. melakukan pembiasaan dalam pendidikan karakter. Pada masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. direncanakan dan dilaksanakan secara berkesinambungan baik dari materi. pembelajaran maupun jenjang pendidikannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara yang maju dan berkembang. fungsi pendidikan. Adapun fungsi pendidikan pada undang-undang RI No.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Meta Nurlaela, 2014 Meningkatkan kedisiplinan anak melalui pemberian teknik token

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. menyebabkan terjadinya tingkah laku atau perubahan untuk melaksanakan sesuatu hendaklah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. A. Deskripsi Konseptual Dan Subfokus Penelitian 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan menurut udang-undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

Oleh: DIAN YUNI LUTFIANA A

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB II KAJIAN TEORETIS. Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

PERAN PENGAJAR DALAM MEMBANGKITKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA. Oleh :

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran untuk siswa

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas manusia, sektor pendidikan memegang peranan

1. PENDAHULUAN. Bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

Transkripsi:

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS Jimmi Apul Maringan Manalu Sekolah Dasar Swasta Pengharapan Patumbak Deli Serdang Corresponding author: jimmimanalu94@gmail.com Abstrak Motivasi adalah dorongan baik itu yang berasal dari dalam maupun luar diri yang mengerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Pemberian motivasi guru dalam pembelajaran dapat menumbuhkan inisiatif, kemampuan-kemampuan yang kreatif dan semangat berkompetisi yang sehat, pemberian penghargaan sebagai upaya pembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud atau barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiah-hadiah im-material. Skinner berpendapat, pribadi seseorang terbentuk dari akibat respon terhadap lingkungannya, untuk itu hal yang paling penting untuk membentuk sebuah kepribadian adalah adanya motivasi. Dalam pelaksanaan pembelajarn di dalam kelas, terdapat berbagai karakter yang unik dari peserta didik. Dengan adanya keberagaman tersebut kondisi kelas juga beragam, kadang kondusif atau sebaliknya. Oleh karena itu kedisiplinan harus diterapkan di dalam kelas. Dalam upaya membentuk sikap disiplin, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap disiplin. Karena disiplin adalah sebuah ketaatan dan kepatuhan serta sikap atau perubahan tingkah laku maka hal tersebut tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Syarif Hidayat (2013:95) terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan yaitu (1) kesadaran; (2) keteladanan, dan (3) penegakan aturan. Kesadaran merupakan faktor utama dalam tegaknya disiplin. Sedangkan keteladanan dan penegakan peraturan tidak akan mampu bertahan bila tidak dilandasi dengan kesadaran yang tumbuh dalam diri seseorang. Pihak sekolah terutama guru memiliki peranan yang penting dalam mendisiplinkan siswanya. Disiplin ditegakkan dan dibina secara bersama-sama antara sekolah, guru, karyawan, dan lingkungan keluarga. Dan dalam pelaksanaannya membutuhkan konsistensi dan berkesinambungan sehingga disiplin menjadi sebuah karakter yang terinternalisasi dengan baik bagi peserta didik. Sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai optimal. Kata kunci : Motivasi, disiplin kelas PENDAHULUAN Tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan manusia seutuhnya. Sehingga manusia seutuhnya itu adalah personal atau individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan Tuhan, dengan lingkungan/alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial yang konstruktif. Personal atau individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik unsur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa, dan karsa), jasmani maupun rohani, yang berkembang secara optimal. Selaras dengan tujuan pendidikan, maka untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya cara yang harus ditempuh yaitu melalui kegiatan pendidikan. Sekolah-sekolah di Indonesia sampai dewasa ini sampai dewasa ini belum berhasil membantu secara optimal upaya pengembangan siswa secara individual. Sistem klasikal yang memperlakukan siswa sebagai kelompok masih banyak menandai kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah. Dalam belajar mengajar di kelas, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada masalah pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar, keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian mendorong seseorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni disiplin di kelas. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh miotivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi. Menurut Hamzah (2006 : 1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena paksaan atau seremonial. Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi, dapa mengalami kegagalan akbibat kurangnya motivasi. Seringkali kegagalan yang dialami siswa seluruh kesalahannya dilimpahkan kepada siswa. Mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberi motivasi yang mampu membangkitakan semangat siswa untuk disiplin di kelas. Untuk itu tugas guru sangat penting untuk mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi. Uno (2006: 253) menuliskan beberapa indikator motivasi belajar yaitu: tekun menghadapi tugas; ulet menghadapi kesulitan; tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi; ingin mendalami behan/bidang pengetahuan yang 452

diberikan; selslu berusaha berprestasi sebaik mungkin; menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa; senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendaatnya; mengejar tujuan-tujuan jangka panjang; dan senang mencari dan memecahkan soal-soal. Sedangkan Sardiman (2006:81) menyatakan bahwa indikator untuk mengetahui motivasi belajar seseorang adalah: tekun menghadapi tugs, ulet menghadapi kesuitan, menunjukkn minat terhadap bermacam-macam masalah orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugastugas rutin, dan dapat mempertahankan pendapatnya. Berdasarkan pendapatpendapat tersebut, maka dapat disimpulkan tujuh indikator motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, senang dan rajin belajar, dan mengejar tujuan-tujuan jangka panjang. Hidayatullah (2010: 49) menyatakan bahwa disiplin adalah suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya menurut aturan-aturan atau tata kelakuan yang seharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu. Sedangkan menurut Sahlan (2012: 39) disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Merujuk pada pengertian belajar sebagai aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan reletif permanen untu mencapai tujuan tertentu, maka disiplin belajar adalah kesadaran melakukan aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan relative permanen untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan perintah atau peraturan yang berlaku dengan penuh tanggungjawab yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban tanpa paksaan dari siapapun. Disiplin dikelas yang baik adalah disiplin yang timbul dari kemauan murid-murid sendiri bukan karena paksaan disebabkan oleh sanksi yang diberikan apabila peraturan tidak dipatuhi. Oleh karena itu diperlukan usaha secara terus menerus untuk memotivasi dan membina kesadaran murid-murid akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar atau siswa. PEMBAHASAN Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasanya adalah latihan ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Menurut The Liang Gie yang dimaksud dengan disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergantung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Hadari Nawawi mengatakan disiplin adalah usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif. Berdasarkan pendapat diatas maka disiplin kelas dapat diartikan sebagai Suatu keadaan tertib di mana guru dan murid-murid mematuhi peraturan kelas sehingga mereka dapat menjalankan fungsi masing-masing secara efektif dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar didalam kelas. Dengan demikian suatu kelas dikatakan berdisiplin apabila suasana belajar berlangsung dalam keadaan tertib dan teratur, baik pada waktu sebelum mengajar dimulai, sedang berlangsung, maupun setelah pelajaran selesai. Dalam upaya membentuk sikap disiplin, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap disiplin. Karena disiplin adalah sebuah ketaatan dan kepatuhan serta sikap atau perubahan tingkah laku maka hal tersebut tergantung dari faktorfaktor yang mempengaruhinya. Slameto (2003: 54) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin siswa yaitu: 1. Faktor intern meliputi faktor jasmani, faktor psikologi dan kelelahan. Faktor jasmani diantaranya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensia, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Faktor kelelahan misalnya pengatudan jam tidur, istirahat, olahraga yang teratur dan variasi dalam belajar. 2. Faktor-faktor ekstern meliputi, faktor keluarga faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga misalnya cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Selanjutnya faktor sekolah meliputi, metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi sisiwa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, gedung sekolah, metode mengajar, standar pelajaran di atas ukuran dan tugas rumah. Faktor masyarakat meliputi, kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Menurut Syarif Hidayat (2013:95) terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan yaitu (1) kesadaran; (2) keteladanan, dan (3) penegakan aturan. Kesadaran merupakan faktor utama dalam tegaknya disiplin. Sedangkan keteladanan dan penegakan peraturan tidak akan mampu bertahan bila tidak dilandasi dengan kesadaran yang tumbuh dalam diri seseorang. Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin membutuhkan berbagai faktor yang mampu membina dan menegakkannya. Keluarga, sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh dalam membangun sikap disiplin peserta didik. Pembiasaan yang baik dapat dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan bila orang tua dan pihak sekolah memiliki visi dan misi bersama dalam peningkatan sikap disiplin peserta didik. 453

Disiplin akan mudah diterapkan jika peserta didik sudah terbiasa dengan rutinitas yang konsisten sepanjang waktu. Oleh sebab itu guru maupun orang tua harus bersikap fleksibel artinya mampu membina anak dengan disiplin tanpa mengekangnya dan memberikan kebebasan yang terarah. Menurut Anas Salahudin (2013:244) pribadi yang jujur dan disiplin dapat terwujud melalui upaya berikut ini: (1) pengetahuan tentang nilai-nilai yang telah terinternalisasi dalam diri sendiri, (2) pola perilakunya sudah menetap, (3) responnya terhadap stimulus selalu sistematis dan metodologis, (4) sikapnya terhadap sesuatu selalu konsisten dan optimis, (5) cara pandangnya dipadu oleh prinsip-prinsip hidup yang bertanggung jawab. Dari pendapat tersebut, diharapkan guru dapat melaksanakan tugasnya dan mempraktekkan pendapat tersebut dengan baik sehingga pembinaan dan pengembangan karakter disiplin anak dapat berjalan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tercipta iklim belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan. Pendekatan-pendekatan tersebut harus dilaksanakan secara komprehensif baik dari pihak sekolah, keluarga, maupun lingkungan masyarakat. Pengertian Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Menurut Hamzah (2006:1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari beberapa pendapat diatas dapat dismpulkan bahwa motivasi adalah dorongan baik itu berasal dari dalam maupun luar diri yang mengerakkan untuk melakukan sesuatu. Pemberian motivasi guru dalam pembelajaran dapat menumbuhkan inisiatif, kemampuan-kemampuan yang kreatif dan semangat berkompetisi yang sehat, pemberian penghargaan sebagai upaya pembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud atau barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiah-hadiah im-material. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian. Ajakan Berpartisipasi. Pada diri manusia ada sesuatu perasaan yang dihargai apabila dia dilibatkan pada sesuatu kegiatan yang dianggap berharga. Menurut Sardiman (2006:92) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbukan motivasi dalam kegiatan belajar di kelas, yaitu: 1) Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilaipada raport angkanya baik-baik. 2) Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang atau tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. 3) Saingan/kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 4) Ego-involvment Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. 5) Memberi Ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga meruapakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. 6) Mengetahui Hasil Dengan mengetahui hasil pkerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan., akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. 7) Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. 8) Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. 9) Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar. 454

10) Minat Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalu minat merupakan alat motivasi yang pokok. 11) Tujuan yang Diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Penerapan model motivasi dalam pengendalian disiplin siswa Dalam pelaksanaan pembelajarn di dalam kelas, terdapat berbagai karakter yang unik dari peserta didik. Dengan adanya keberagaman tersebut kondisi kelas juga beragam, kadang kondusif atau sebaliknya. Oleh karena itu kedisiplinan harus diterapkan di dalam kelas. Skinner berpendapat, pribadi seseoran terbentuk dari akibat respon terhadap lingkungannya, untuk itu hal yang paling penting untuk membentuk sebuah kepribadian adalah adanya motivasi. Kedisiplinan harus benar-benar ditanamkan sejak dini di dalam hati seswa, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks. Sehingga kedisiplinan sudah menjadi kebiasaan dan akhlak yang mulia serta tidak menjadikan siswa terbebani dalam melaksanakan peraturan-peraturan sekolah. Menurut Charles Schaefer (1989:12) menjelaskan bahwa terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi untuk menanamkan kedisiplinan secara efektif, yaitu: 1. Membuat perubahan dan pertumbuhan anak 2. Memelihara harga diri anak 3. Menjaga hubungan erat antar orangtua dan anak Masalah disiplin dalam dunia pendidikan perlu diperhatikan. Disiplin anak tidak hanya dilatih dan dikembangkan di sekolah saja. Namun keluarga memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya pembangun karakter disiplin. Jika kedisiplinan dilatih dengan baik pada lingkungan keluarga, maka di sekolah anak mampu menyesuaikan dirinya dengan peraturan-peraturan sekolah. Selanjutnya kedisiplinan tersebut akan terimplikasi dalam kehidupan sosial masyarakat yang menjadi landasan dan karakter membentuk pola pribadi seorang anak. Terdapat beberapa strategi dalam menerapkan disiplin di dalam kelas diantaranya: 1. Menggunakan penghargaan (pengakuan) di saat yang tepat untuk memotivasi siswa. Pengakuan nyata adalah istilah umum yang menggambarkan bentuk pengakuan konkreat terhadap ketaatan siswa kepada aturan-aturan dari prosedur. 2. Melibatkan keluarga dalam memotivasi seperti memberi penghargaan terhadap perilaku siswa yang positif. Penghargaan terhadap perilaku baik dapat meluas ke luar kelas. Siswa melihat guru atau sekolah yang menghubungi keluarga di rumah berkaitan dengan perilaku baik yang mereka lakukan sebagai satu penghargaan yang bernilai tinggi. Misalnya berupa setifikat baik. 3. Mendesain rencana yang menyeluruh dalam menyelesaikan masalah-masalah kedisiplinan. Guru seharusnya menggarisbaawahi perlunya langkah-langkah rencana yang menyeluruh untuk menyelesaikan konflik-konflik dengan siswa dan memperbaiki perilaku disiplin. 4. Menggunakan serangkaian tindakan secara bertahap. Saat suatu masalah telah dapat diketahui. Guru bertindak dengan cara tertentu untuk mencari tahu dan menyelesaikan masalah perilaku tersebut sesegera mungkin. Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah terutama guru memiliki peranan yang penting dalam mendisiplinkan siswanya. Disiplin ditegakkan dan dibina secara bersama-sama antara sekolah, guru, karyawan, dan lingkungan keluarga. Dan dalam pelaksanaannya membutuhkan konsistensi dan berkesinambungan sehingga disiplin menjadi sebuah karakter yang terinternalisasi dengan baik bagi peserta didik. Sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai optimal. SIMPULAN Menurut Hamzah (2006 : 1) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Menurut The Liang Gie yang dimaksud dengan disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergantung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Hadari Nawawi mengatakan disiplin adalah usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif. Masalah disiplin dalam dunia pendidikan perlu diperhatikan. Disiplin anak tidak hanya dilatih dan dikembangkan di sekolah saja. Namun keluarga memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya pembangun karakter disiplin. Jika kedisiplinan dilatih dengan baik pada lingkungan keluarga, maka di sekolah anak mampu menyesuaikan dirinya dengan peraturan-peraturan sekolah. Selanjutnya kedisiplinan tersebut akan terimplikasi dalam kehidupan sosial masyarakat yang menjadi landasan dan karakter membentuk pola pribadi seorang anak. 455

REFERENSI A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: 2006.Rajawali Pers B. Uno, Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: 2006. Bumi Aksara https://cancer55.wordpress.com/2011/05/15/strategi-guruwali-kelas-meningkatkan-disiplin-kelas/ 456