BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat

dokumen-dokumen yang mirip
ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. datang dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Sebagai contoh, ketika

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III SIMBOL RELIGIUS DALAM SENI LUKIS

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

Patung dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

BAB II ORISINALITAS (STATE OF THE ART)

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan.

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

Bab VI Simpulan & Saran

Simbol dan Repetisi bersama Albert Yonathan Febrina Anindita (F) berbincang dengan seniman Albert Yonathan (A)

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Islam, dijelaskan bahwa estetika Islam selalu bersifat teosentris dan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB 4 KONSEP DESAIN Definisi Buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002)

BAHAN PERKULIAHAN DASAR SENI DAN DESAIN (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

sehingga siswa perlu mengembangkan kemampuan penalarannya.

BAB 4 KONSEP. Tetapi, kejelekan dari pendekatan ini adalah meskipun dalam bentuk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

DESAIN RUANG DENGAN CITRA KRONOSKOPI

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OLEH KARENA ITU PENELITIAN KUALITATIF MERUPAKAN PEKERJAAN YANG KREATIF, TIDAK DAPAT DIJIPLAK, KARENA MENURUT INTERPRETASI TIAP-TIAP PENELITI.

BAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam

A. Konsep. Dapat menarik perhatian khalayak Bisa digunakan untuk diskusi kelompok maupun pleno Bisa dipasang (berdiri sendiri)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. Seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri dalam pemaknaan karyanya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. sumbolon berarti tanda untuk mengartikan sesuatu) 1. Sebuah simbol adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis penelitian penulis berkenaan dengan Kajian

Metode Penciptaan Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya Oleh: I Nyoman Suardina, S.Sn.,Msn

3. Karakteristik tari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Persepsi Desain Grafis

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak jenis pendidikan yang dibagi menurut

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

SEJARAH DESAIN. Bentuk Dan Wujud Modul 9. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

I. PENDAHULUAN. pengalaman dan pengamatan penulis dalam melihat peristiwa yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

Persepsi dan Komunikasi Visual Pada Manusia

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TEORI BELAJAR KOGNITIF

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber-sumber tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KREATIVITAS ARANSEMEN MUSIK PADA LAGU DAERAH ACEH MELALUI PROJECT BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahyu Handining Tyas, 2013

BAB VIII PENUTUP. Bab ini memuat simpulan dari pembahasan masalah-masalah pokok yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB V PENUTUP. Karya Tugas Akhir ini berjudul Anatomi manusia sebagai objek. melewati proses yang panjang, pengolahan ide, pengolahan bahan hingga

Transkripsi:

226 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan atas hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti, sampailah pada akhir penelitian ini dengan menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kesimpulan permasalahan pertama berkaitan dengan filsafat seni umum dan teori seni umum Susanne K. Langer. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat darkerja ilmuwan di dalam laboratorium, maka Langer membangun filsafat seni berangkat dari studio di mana seniman berkarya, bukan dari galeri. Langer berpendapat bahwa setiap periode kefilsafatan memiliki perbedaan-perbedaan kata kunci pembahasan. Pada masa Langer lahir kata kunci baru (new key) dalam bidang filsafat yaitu analisa bahasa dan teori simbol, oleh karena itu filsafat seni Langer mengikuti tendensi ini. Langer menyusun filsafat seninya dengan mencari konsep seni yaitu konsep atau prinsip yang berlaku bagi semua seni. Menurut Langer prinsip yang berlaku sama bagi semua seni adalah konsep ekspresi, kreasi, dan bentuk yang terjalin satu dengan yang lain secara koheren. b. Seni menurut Langer adalah ekspresi dari perasaan manusia. Kata ekspresi itu sepadan dengan kata proyeksi sebagai suatu prinsip presentasi atau tindakan presentasi. Kegiatan berekspresi atau melakukan proyeksi adalah

227 kegiatan untuk memudahkan difahami atau dapat dipersepsi. Sebagaimana bahasa merupakan ekspresi dan memiliki bentuk logis dengan pemikiran, maka seni merupakan bentuk logis dari perasaan. Bentuk artistik adalah sebuah proyeksi bukan salinan (copy) dari perasaan. Perasaan tidak dapat digambarkan, namun dapat dijelaskan dengan perwujudan tertentu dalam karya seni. Teori semacam ini dapat disebut sebagai teori ekspresi. c. Prinsip yang dimiliki semua karya seni adalah kreasi. Kreasi tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan proses ekspresi, bahkan para ekspresionis memandang proses kreasi dan ekspresi tidak dibedakan. Menurut Langer, walaupun karya seni merupakan perwujudan yang nyata, namun fungsi dari karya seni adalah sebagai bentuk penampilan (appereance) yang disajikan khusus bagi persepsi atau imajinasi. Bentuk penampilan semacam itu disebut sebagai ilusi atau bentuk virtual, yang hanya nyata bagi indera atau imajinasi. Teori Langer semacam ini disebut dengan Perceivability Theory, yaitu semua karya seni hanya difahami sebagai penampilan sebatas visinya semata-mata. d. Setiap karya seni merupakan bentuk penampilan. Istilah bentuk menurut Langer berarti struktur, artikulasi, hasil menyeluruh dari hubungan berbagai faktor yang saling bergayutan, atau cara dirakitnya keseluruhan aspek. Sebagai bentuk, karya seni lebih mirip dengan simbol daripada bentuk apapun. Bahasa adalah simbol bagi representasi pemikiran logis. Bahasa menurut Langer tidak memadahi untuk merepresentasikan perasaan, maka representasi atau ekspresi perasaan membutuhkan simbol

228 yang berbeda. Seni adalah simbol untuk mengekspresikan atau merepresentasikan perasaan. Jika bahasa merupakan simbol diskursif, maka seni sebagai simbol presentasional. 2. Kesimpulan permasalahan kedua berkaitan dengan konstruksi pemikiran representasi piktorial dalam filsafat seni Susanne K. Langer. a. Setiap jenis karya seni memiliki perwujudan utamanya atau memiliki ilusi primernya masing-masing. Seni piktorial sebagai salah satu seni plastis, memiliki ilusi primer ruang virtual (virtual space). Karya seni bukanlah imitasi dari realitas terindera, namun berawal dari intuisi yang disebut sebagai cahaya alami (natural light). Seni piktorial dari dasarnya abstrak, karena dalam proses kreasinya seniman melakukan abstraksi atau mendeformasi pengalaman intuitifnya menjadi simbol presentasional berupa karya seni. Kemiripan antara seni piktorial (gambar) dengan realitas terindera hanyalah kesan yang diterima oleh pengamat, sedangkan dari sisi seniman merupakan ekspresi simbolik dari perasaan. Sebuah gambar merepresentasikan perasaan, hubungan antara keduanya adalah antara yang konkret dengan yang abstrak. Hubungan semacam itu adalah karakteristik dari suatu simbol. b. Langer meminjam Teori Gestalt untuk mendukung teori seninya. Gambar sebagai simbol presentasional memiliki karakteristik : 1) Sebuah gambar tidak mengandung simbol yang mandiri terlepas dari konteks.

229 2) Pesan dalam sebuah gambar tidak mungkin diterjemahkan dengan baik melalui ekspresi bahasa atau ekspresi lain. 3) Walaupun dalam sebuah gambar dapat dianalisis apa yang disumbangkan elemen-elemen bagi penciptaan suatu gagasan, namun tidak mungkin menetapkan maknanya terpisah dari keseluruhan. 4) Bentuk visual gambar tampil simultan tidak difahami bertahap seperti halnya bahasa. 3. Kesimpulan permasalahan ketiga tentang sumbangan pemikiran representasi piktorial Susanne K. Langer terhadap interpretasi penggambaran wayang purwa gaya Yogyakarta. a. Penggambaran wayang purwa adalah visualisasi tokoh-tokoh seputar mitologi yang bersumber dari Ramayana dan Mahabarata. Berdasarkan pemikiran Langer maka visualisasi itu berarti penyalinan atau pengalihan dari memori virtual ke dalam ruang virtual. Penyalinan ini didasarkan pada pembentukan visual analog atau bentuk logis dengan peran dan karakter tokoh di dalam cerita. b. Penggambaran wayang purwa gaya Yogyakarta tidak sekali jadi melainkan melalui proses abstraksi bertahap sesuai dengan bentuk logis konsep budaya dan fungsinya di dalam keseluruhan pertunjukkan. Penggambaran figur tokoh tertentu merupakan simbol karakter yang kompleks dari sang tokoh. Karakter yang kompleks itu terwujud melalui berbagai kombinasi unsur-unsur yang disebut oleh Langer sebagai simbol di dalam seni. Namun demikian, sesuai dengan pemikiran Langer simbol-simbol, seperti

230 bentuk wajah, postur tubuh, posisi kaki, warna dan sebagainya merupakan presentasi terintegrasi yang tidak dapat diartikan atau dimaknai secara terpisah-pisah. Fungsi penggambaran wayang purwa adalah sebagai proyeksi dari peran dan karakter yang terhubung langsung dengan keyakinan dari masyarakat Jawa tentang konsep kehalusan dan kekasaran. 4. Akhirnya sebagai akhir dari kesimpulan ini peneliti akan memberika evaluasi terhadap filsafat seni Langer sebagai berikut : a. Filsafat seni Langer telah berhasil memadukan dan mendamaikan dua kubu yang berseberangan, yaitu kubu yang mengutamakan bentuk seni dan kubu yang mengutamakan isi seni, dengan konsep seni sebagai simbol. Simbol merupakan realitas yang mencakup keterpaduan antara bentuk dan isinya. Namun demikian filsafat seni Langer tidak menjelaskan secara tegas tentang kriteria seni yang baik dengan seni yang buruk. b. Berkaitan dengan konsep ekspresi, langer menyatakan bahwa seni sebagai ekspresi perasaan sekaligus sebagai aktivitas berekspresi seniman. Peneliti tidak memperoleh penjelasan yang dapat menghubungkan antara dua bentuk ekspresi tersebut, sehingga makna seni sebagai ekspresi perasaan menjadi ambigu. c. Langer menganggap bahwa teori seninya tentang ilusi yang diartikan dengan berbagai istilah seperti : otherness, strangeness, semblance, transparancy, dapat menjelaskan makna significant form teori formalisme Clive Bell ; namun demikian sekaligus mengingkari doktrin formalisnya, karena Langer melibatkan pesan (import) dari karya seni.

231 d. Pembahasan tentang seni piktorial dalam pemikiran Langer terlalu umum sehingga tidak membedakan antara gambar sebagai karya seni dan yang bukan sebagai karya seni. e. Terlepas dari kekurangannya, pemikiran filsafat seni Langer dapat dikatakan cukup komprehensif dan telah memberikan kontribusi terhadap pendekatan baru dalam filsafat seni, melalui analisa bahasa dan teori simbol yang merupakan pendekatan kontemporer kefilsafatan. B. SARAN Setiap seniman terutama pada masa modern dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya. Seseorang baru dapat disebut sebagai seniman jika mampu melahirkan karya kreatif. Seniman dalam berkarya tidak sekedar mengulang karya seni yang sudah ada, melainkan dituntut untuk dapat menemukan bentuk ekspresi yang orisinal. Tuntutan untuk melahirkan kreasi baru itu membuat karya seni mengalami perkembangan terus-menerus dari waktukewaktu tanpa batas. Kriteria tentang apa yang disebut dengan senipun terusmenerus mengalami perkembangan dan perubahan, sehingga sangat wajar jika Morris Weitz menyebut seni sebagai konsep terbuka. Teori umum tentang seni pada umumnya mengandung keterbatasan pembahasannya pada seni normal atau seni yang telah menjadi konvensi yang mapan. Kemapanan itu oleh seniman kreatif sering dilampaui dan menciptakan kondisi anomali yang secara teknis lahirlah krisis dalam kesenian. Krisis itu tidak terjadi di dalam semua cabang seni, namun mempengaruhi teori umum tentang

232 seni pada zamannya. Teori umum tentang seni tidak lagi mampu memadai kreasi baru seniman, sehingga membutuhkan penelitian yang terus-menerus. Peneliti disertasi ini telah menambah jumlah kajian filsafat seni yang secara kuantitatif telah banyak dilakukan. Namun demikian kajian filsafat seni yang bertimbun itu tidak akan mampu menjawab problematik kesenian yang selalu berkembang, bahkan dapat dikatakan jawaban yang diberikan baru sebatas problem berkesenian di dunia Barat. Problem kesenian non-barat masih merupakan wilayah kajian yang sangat luas bagi peneliti-peneliti untuk mengungkapkannya.