The Potency of Secondary Crops in Regional Development of Banyumas Regency Altri Mulyani; Alpha Nadeira Mandamdari * ABSTRACT The superior secondary crop comodity owns strategic position to be developed in region base on technical (land and climate cond itions), socio economics and institutions consideration. This research was aimed at recognizing: (1) secondary crop comodity which is suitable to be developed in Banyumas Regency, (2) secondary crop comodity distribution in Banyumas regency; (3) secondary crop comodity development related with income in Banyumas regency. This research was conducted in Banyumas regency. Methods used was case study. Analitical methods use were: (1) Location Quotient (LQ) index to determine the superior secondary crop commodity in Banyumas Regency; (2) Localization coeficiency (α) to determine the concentration of spesific secondary crops sector in sub district area; (3) Spesializatio n coficiency (β), to determine spesific secondary crop comodity in each area; and (4) Shift share analysis, to determine local commodity competency compared with the same commodity from the other area. The result showed that: (1) Every districy in Banyumas Regency has different the supperior secondary crop comodity, (2) Every secondary crop comodity in Banyumas Regency tends to spread unevenly and there is not sub district in Banyumas Regency has spesific secondary crop comodity; and (3) There is variation of secondary crops s development in Banyumas regency. Keywords: Secondary Crops, Banyumas Regency, Superior Commodities PENDAHULUAN Pengembangan agribisnis palawija memiliki keterkaitan langsung dengan upaya pemantapan ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan. Pengembangan juga akan mendukung program diversivikasi pangan dan pertanian. Mengikut sertakan palawija dalam pola pertanaman diyakini mampu memantapkan tingkat, stabilisasi, dan kontinuitas pendapatan rumah tangga petani. Menurut Rusastra, dkk (2007), pengembangan agribisnis palawija dengan sasaran pemantapan ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan dinilai strategis dengan argumentasi dan antisipasi sebagai berikut: (1) peningkatan ketahanan pangan dan bahan baku industri berbasis palawija; (2) kebutuhan keseimbangan nutrisi dalam mencapai pola pangan harapan; (3) pemenuhan kebut uhan pokok olahan berbasis palawija sejalan dengan pengingkatan sadar gizi dan pendapatan masyarakat; (4) pemantapan tingkat, stabilitas, dan kontinuitas pendapatan masyarakat; (5) menjaga keberlanjutan usahatani melalui pengembangan pola tanam yang tepat dan ramah lingkungan; dan (6) pengentasan
kemiskinan, khususnya bagi petani berlahan sempit di lahan marjinal dengan basis usahatani palawija. Salah satu strategi dan pengembangan kebijakan agribisnis palawija adalah melalui pewilayahan komoditas berdasarkan komoditas unggulan berdasarkan ketersediaan, nilai tambah dan pendapatan (Rusastra, dkk, 2007). Program pewilayan komoditas sangat relevan dan sejalan dengan paradigma pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Kabupaten Banyumas mempunyai potensi yang besar untuk mengembangkan agribisnis palawija. Hal ini didukung oleh luas lahan dan kondisi alam yang menunjang pengembangan agribisnis palawija di Kabupaten Banyumas. Dari luas wilayah sekitar 132.759 Ha yang 68,11% (90.426 Ha) merupakan lahan pertanian tanaman pangan. Sementara itu luas lahan pertanian tanaman palawija sekitar 26.875 Ha atau sekitar 29,84% dari luas areal tanaman pangan yang ada di Kabupaten Banyumas. Pengembangan agribisnis palawija harus mampu memanfaatkan potensi wilayah dan komoditas-komoditas yang ada. Dalam hal ini, wilayah kecamatan dan komoditas-komoditas yang ada di wilayah tersebut belum tentu mempunyai potensi wilayah dan komoditaskomoditas yang ada. Setiap kecamatan mempunyai kemampuan yang berbeda, kecamatan mana yang mempunyai potensi dan bagaimana penyebarannya, pertumbuhannya serta sejauh mana peranan komoditas tanaman palawija bagi kecamatan yang bersangkutan belum diketahui dengan jelas. Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari tulisan ini adalah sebagai berikut: (1) Mengetahui komoditas unggulan tanaman palawija di Kabupaten Banyumas; (2) Mengetahui distribusi (sebaran) komoditas tanaman palawija di Kabupaten Banyumas; dan (3) Mengetahui pertumbuhan komoditas tanaman palawija di Kabupaten Banyumas. KERANGKA TEORITIS Menurut Syafaat dan Supena dalam Hendayana (2005), konsep dan pengertian komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan. Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling superior dalam pertumbuhannya pada kondisi bio-fisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi petani, di suatu wilayah tertentu. Kondisi sosial ekonomi ini mencakup penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur miasalnya pasar dan kebiasaan petani
setempat. Pengertian tersebut lebih dekat dengan locational advantages, sedangkan dari sisi permintaan yang kuat baik untuk pasar domestik maupun pasar internasional dan keunggulan kompetitif. Salah satu pendekatan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan tanaman palawija di Kabupaten Banyumas adalah menggunakan metode Location Quotient (LQ). Metode LQ pada dasarnya merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi dari suatu kegiatan dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan kegiatan sejenis dalam perekonomian regional. LQ membantu kita untuk mengetahui kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat selfsufficiency suatu sektor (Arsyad, 1999). Untuk mengetahui tingkat konsentrasi suatu kegiatan tertentu di suatu daerah digunakan koefisien Lokalisasi ( α) dan untuk mengetahui tingkat spesialisasi suatu daerah dalam kegiatan tertentu digunakan koefisien Spesialisasi (β) (Makmun, 2000). Analisis Shift-share bertujuan untuk melihat competiveness dari suatu aktivitas ekonomi dari suatu daerah di dalam konteks dinamika atau perubahan ekonomi daerah yang lebih luas. Analisis Shift-share dibedakan menjadi tiga komponen, yaitu: ( 1) Pertumbuhan Proposional; dan (2) Pertumbuhan Pangsa Wilayah (Makmun, 2000). METODOLOGI PENELITIAN Data dan Sumber Data Data yang digunakan adalah perkembangan produksi tanaman palawija yang terdapat di 27 kecamatan di Kabupaten Banyumas periode tahun 2003 2007. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dari Statisktik Kabupaten Banyumas yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Analisis Data Untuk mengetahui komoditas unggulan tanaman palawija digunakan metode Locationt Quotient dengan formulasi sebagai berikut: Si LQi S / / N N i Si / S N / N i Dimana: S i S = produksi komoditas i pada tingkat kecamatan yang diselidiki = produksi seluruh komoditas tanaman palawija di kecamatan yang diselidiki
N i = produksi komoditas i di Kabupaten Banyumas N = produksi seluruh komoditas tanaman palawija di kabupaten Banyumas LQ > 1 : sektor basis, artinya komoditas i di suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif LQ = 1 : Sektor non basis, artinya komoditas i di suatu wilayah tidak memiliki keunggulan, produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri. LQ < 1 : Sektor non basis, artinya komoditas i di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga perlu pasokan dari luar. Untuk mengetahui tingkat konsentrasi komoditas tanaman palawija di wilayah kecamatan di Kabupaten Banyumas menggunakan Koefisien Lokalisasi (α) dengan formulasi sebagai berikut: α = (S i /N i ) (S/N) caranya: menjumlahkan α yang positif. α = 1 : adanya pemusatan penuh atau suatu kegiatan pertanian palawija cenderung terkumpul di suatu daerah. α < 1 : lokasi tanaman palawija cenderung menyebar Koefisien spesialisasi (β) digunakan untuk mengetahui tingkat spesialisasi suatu daerah dalam kegiatan pertanian palawija, dengan formulasi sebagai berikut: β = (S i /S) (N i /N) caranya: menjumlahkan β yang positif. β = 1 : kecamatan tersebut melakukan spesialisasi pada kegiatan pertanian palawija tertentu β < 1 : tidak ada spesialisasi pada kegiatan pertanian tanaman palawija di tingkat kecamatan Analisis Shift share terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1. Pertumbuhan Proposional (PP ij ) PP ij = {(% perubahan total produksi palawija - % perubahan total produksi) X produksi sektor lokal pada t 1} PP ij > 1(positif) : komoditas i di wilayah j pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya
PP ij < 1 (negatif) : komoditas i di wialayah j pertumbuhannya lebih kecil dibandingkan wilayah lainnya 2. Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW = { (% perubahan produksi komoditas sektor lokal - % perubahan total produksi sektor) X (produksi sektor pada t 1)} PPW > 1 (positif) : komoditas i di wilayah j memiliki kemampuan daya saing yang lebih baik dibandingkan wilayah lainnya. PPW < 1 (negatif) :komoditas i di wilayah j kehilangan daya saingnya HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Tanaman Palawija di Kabupaten Banyumas Palawija merupakan kelompok komoditas tanaman pangan kedua terpenting setelah padi sawah. Komoditas Palawija yang diusahakan di Kabupaten Banyumas antara lain adalah Jagung, Kedelai, Ubi Kayu, dan Kacang Tanah. Luas panen dan Produksi masing-masing komoditas palawija yang dikembangkan di Kabupaten Banyumas selengkapnya tersaji pada Gambar di bawah ini. 25000 20000 Produksi (Ton) 15000 10000 5000 0 2003 2004 2005 2006 2007 Padi Ladang Jagung Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai Tahun 350000 300000 si (ton) 250000 200000
Gambar 1. Produksi Tanaman palawija di Kabupaten Banyumas Tahun 2003 2007 Sumber: Banyumas Dalam Angka, 2007 Secara umum komoditas palawija di Kabupaten Banyumas mengalami fluktuasi dari tahun 2003 2007. Jagung menunjukkan kenaikan yang signifikan yaitu dari 9. 543 menjadi 20. 571 ton pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan produktivitas pada jabung. Komoditas palawija lainnya cenderung stabil. Ketela pohon merupakan komoditas yang banyak ditanam di Kabupaten Banyumas. hampir setiap kecamatan memanam ketela pohon. Hal ini terlihat pada hasil produksi ketela pohon di Kabupaten banyumas yang relatif lebih besar dibandingkan dengan komoditas palawija laiinya yang ditanam di banyumas. Komoditas Basis tanaman Palawija di Kabupaten Banyumas Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa setiap kecamatan mempunyai komoditas ungulan (basis) palawija. Jumlah komoditas unggulan Palawija untuk setiap kecamatan berbeda-beda. Kecamatan yang mempunyai komoditas basis terbanyak adalah Kecamatan Rawalo, Kebasen, dan Kembaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak selalu jumlah produksi yang besar dari komoditas tertentu akan menghasilkan komoditas basis. Komoditas basis lebih ditentukan oleh besarnya peranan komoditas tersebut di dalam wilayah kecamatan. Hasil anlisis LQ tanaman palawija di Kabupaten Banyumas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Sebaran Komoditas Tanaman palawija di Kabupaten Banyumas
Hasil identifikasi nilai koefisien Lokalisasi (α) menunjukkan bahwa secara umum komoditas palawija di kabupaten Banyumas lokasinya menyebar dalam wilayah Kabupaten Banyumas. Komoditas palawija yang mempunyai tingkat lokalisasi tertinggi adalah Ubi Jalar. Hal ini berarti komoditas tersebut relatif terkonsentrasi di beberapa Kecamatan saja, yaitu di kecamatan Baturaden dan Sokaraja. Tingkat lokalisasi yang tinggi pada Ubi Jalar juga menunjukkan bahwa ubi Jalar akan berkembang lebih baik jika dilakukan pada lokasi tertentu, yaitu Kecamatan Baturaden dan Sokaraja. Sedangkan nilai koefisien Lokalisasi (α) terendah yaitu ubi kayu. Hal ini berarti komoditas tersebut relatif tersebar merata di hampir semua wilayah di Kabupaten Banyumas. Tingkat Lokalisasi setiap komoditas tanaman palawija di kabupaten banyumas tersaji pada Lampiran 2. Spesialisasi Kegiatan agribisnis palawija di Kabupaten banyumas Hasil identifikasi nilai koefisien spesialisai (β) menunjukkan bahwa masing -masing kecamatan di kabupaten banyumas mempunyai nilai koefisien spesialisasi kurang dari satu, yang berarti tidak ada spesialisasi kegiatan pertanian tertentu atau cenderung memiliki beragam komoditas basis tanaman palawija. Kecamatan Purwokerto barat mempunyai tingkat spesialisasi yang relatif tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan Purwokerto Barat mempunyai keunggulan komparatif yang lebih tinggi pada komoditas-komoditas tertentu. Tingkat spesialisasi yang tinggi di kecamatan purwokerto barat berasal dari komoditas Ubi Kayu. Sementara itu kecamatan rawalo mempunyai tingkat spesialisasi yang terndah. Tingkat spesialisasi masing-masing kecamatan di Kabupaten banyumas selengkapnya tersaji pada lampiran 3. Keragaan komoditas palawija di kabupaten banyumas. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai PP komoditas palawija pada msingmasing kecamatan di kabupaten banyumas bernilai positif dan negatif. Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa komoditas yang mengalami pertumbuhan positif tidak semuanya merupakan komoditas basis yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan.nilai PP yang positif disebabkan karena pertumbuhan komoditas tersebut di kabupaten Banyumas relatif cepat sehingga berdampak pada pertumbuhan sektoral di kecamatan-kecamatan yang bersangkutan. Hasil perhitungan nilai PP selama periode 2003 2007 menunjukkan
komoditas tanaman palawija di kabupaten banyumas yang mempunyai nilai positif adalah jagung, padi Ladang, dan ubi kayu. Berdasarkan nilai PPW yang positif menunjukkan bahwa komoditas tersebut selama periode 2003 2007 mengalami peningkatan daya saing atau keunggulan komparatif di kecamatan yang bersangkutan dalam kaitannya dengan wilayah kabupaten Banyumas. sementara itu komoditas lain yang memiliki nilai PPW negatif berarti komoditas tersebut di tingkat kecamatan kehilangan daya saingnya. Komoditas Unggulan tanaman palawija di Kabupaten banyumas Komoditas unggulan yang layak dikembangkan di kabupaten Banyumas seharusnya merupakan komoditas yang mengalami pertumbuhan positif dan sebagai komoditas basis di kecamatan yang bersangkutan. Komoditas unggulan sesuai dikembangkan di kabupaten banyumas dapat dilihat pada gambar 2. KESIMPULAN 1. Setiap kecamatan di kabupaten banyumas mempunyai beberapa komoditas basis tanaman pangan yang jumlah dan jenisnya berbeda-beda. 2. Tiap-tiap komoitas tanaman pangan di kabupaten banyumas cenderung menyebar tidak merata dan tidak ada kecamatan yang berspesialisasi tinggi pada komoditas tertentu. 3. Komoditas pertanian dengan nilai local share positif yang dimiliki suatu kecamatan akan cenderung memiliki keunggulan komparatif dan peluang pasar yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah lain. Saran Pengembangan komoditas tanaman pangan di kabupaten banyumas sebaiknya dilakukan berdasarkan pewilayahan komoditas. Setiap kecamatan mengusahakan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif bagi masing-masing kecamatan yang bersangkutan. Berdasarkan keragaan penyebaran komoditas tanaman palawija di kabupaten Banyumas menurut nilai LQ, tidak semua komoditas palawija yang diusahakan di Kabupaten Banyumas menjadi Komoditas Basis di masing-masing Kecamatan. Nilai koefisien
Lokalisasi (α) menunjukkan bahwa Hasil selengkapnya sebaran komoditas basis palawija di kabupaten Banyumas tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Sebaran komoditas Palawija berdasarkan nilai LQ di Kabupaten Banyumas Tahun 2008 No Komoditas Wilayah/Kecamatan sebaran 1 Padi Gogo 6 2 Jagung 6 3 Ubi Kayu 18 4 Ubi Jalar 10 5 Kacang Tanah 12 6 Kedelai 6 *) Memiliki nilai LQ relatif tinggi Wilayah/Kecamatan Utama*) Rawalo Kembaran Gumelar Baturaden Purwokerto Utara Rawalo Mengacu pada nilai LQ komoditas palawija di kabupaten Banyumas, maka Komoditas Ubi Kayu merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Banyumas karena tersebar di 18 kecamatan. Urutan kedua dan ketiga adalah Kacang Tanah dan Ubi Jalar. Berdasarkan fakta tersebut, dapat ditarik beberapa informasi penting, diantaranya menyangkut fokusing komoditas unggulan. Jika luas penyebaran komoditas unggulan palawija dijadikan acuan, maka Ubi Kayu, Kacang Tanah dan Ubi Jalar menjadi fokus unggulan untuk dikembangkan di kabupaten Banyumas.