BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. unsur tari-tarian dan lagu merupakan tari tradisi dan lagu daerah setempat, musik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kabuki adalah salah satu seni pertunjukan teater Klasik jepang. Kabuki juga

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

PERJALANAN HIDUP DAN UPAYA MEMBANGKITKAN KEMBALI SENI OPERA BATAK TILHANG SERINDO

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM SANGGAR PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK. singkatan dengan huruf kapital dan kecil. Jadi jangan salah menuliskan PLOt

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

2015 PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. seni budaya Cina adalah seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan di Cina memiliki tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Opera Batak merupakan pertunjukan teater rakyat yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

Bab 1 PENDAHULUAN. Teater mulai dikenal di Asia sejak tahun 350 Masehi. Pada periode ini, filosofi

LUDRUK LENONG Ludruk adalah pertunjukan seni theater tradisional yang berasal dari Jawa timur. Ludruk ini biasanya dipentaskan oleh satu grup kesenian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

IBING PENCAK PADA PERTUNJUKAN LAKON TOPENG PENDUL DI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Timur. Secara internasional suku Maluku lebih di kenal dengan nama Molucan atau

BAB I PENDAHULUAN. karena daerah Bekasi berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta (Betawi) dan

BAB I PENDAHULUAN. zaman/waktu. Baik itu seni bahasa atau sastra, seni gerak (acting), seni rias

EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM OPERA BATAK: STUDI KASUS ZULKAIDAH HARAHAP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prastyca Ries Navy Triesnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan budayanya,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB V KESIMPULAN. ungkapan rasa cinta kepada Tuhan. Dengan kostum jubah dan topi memanjang, penari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. Di Sumatera Utara khususnya dikota medan dapat kita lihat dari pentas seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. vindonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus Siaran langsung itu masih

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

SILABUS MATA PELAJARAN: SENI BUDAYA (SENI MUSIK) (WAJIB PILIHAN)

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya sering kali berhasil memukau banyak orang, baik dari negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan adalah salah satu bagian dari ilmu dan juga salah satu kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya memiliki seni drama rakyat yang mengandung nilai khas tersendiri. Di Jepang terdapat salah satu seni drama tradisional rakyat yang terkenal, yaitu drama Kabuki. Sementara di Indonesia, khususnya di daerah Sumatera Utara, terdapat juga seni drama yaitu Opera Batak. Kabuki merupakan salah satu dari sekian banyak seni Jepang yang masih bertahan sampai sekarang. Kabuki adalah sejenis wayang orang. Kabuki lahir pada masa pemerintahan Tokugawa pada zaman Edo (1603). Walaupun pemerintahan Bakufu hanya berlangsung selama 265 tahun, usia Kabuki sudah mencapai lebih dari 380 tahun dan masih tetap hidup sampai sekarang. Kabuki pada awalnya adalah pertunjukan tarian yang dilakukan oleh para wanita. Wanita pertama yang memperkenalkan Kabuki adalah Izumi No Okuni. Dia disebut juga sebagai nenek moyang atau cikal bakal Kabuki. Tarian pertama Izumi No Okuni adalah Nenbutsu Odori yang kemudian dikenal dengan Nama Kabuki Odori. Kabuki Odori cepat sekali populer terutama di kalangan wanita yang disebut sebagai Yujo Kabuki atau Onna Kabuki (Kabuki wanita). Penaripenari tersebut selain menari juga melayani tamu laki-laki. Karena hal semacam ini pada masa itu dianggap melanggar tradisi. Pada tahun 1629, Bakufu Edo (pemerintahan Edo) mengeluarkan larangan bahwa wanita tidak diperbolehkan mengadakan pertunjukan Kabuki.

Sebagai ganti Onna Kabuki, muncullah Kabuki yang terdiri dari anak lakilaki remaja yang disebut Wakashu Kabuki. Wakashu Kabuki juga mengalami nasib yang sama dengan Onna Kabuki. Karena Wakashu Kabuki hanya diperankan oleh laki-laki saja, maka hal tersebut memicu terjadinya homoseksual pada para pemain dan penonton Kabuki. Karena hal tersebut dipandang dapat berakibat buruk pada moral masyarakat, maka pada tahun 1651 Kabuki dilarang oleh pemerintahan Edo. Akan tetapi pada tahun 1653 mereka diperbolehkan mengadakan pertunjukan kembali dengan syarat yang ketat, yaitu penari Kabuki harus memotong maegami (poni) dan dialog merupakan unsur yang utama. Dengan dipotongnya maegami, sebutan Wakashu Kabuki berubah menjadi Yaro Kabuki. Dan Yaro Kabuki inilah yang merupakan dasar Kabuki yang ada sekarang ini. Setelah penulis membahas tentang Kabuki, maka penulis juga membahas tentang Opera Batak. Opera Batak adalah perpaduan antara musik, lagu, tarian dan drama. Pada awalnya, Opera Batak dimulai dari pertunjukan seni yang modelnya seperti pengamen yang berkeliling, berpindah-pindah, dari satu tempat ke tempat lain atau ke rumah-rumah. Kemudian pertunjukan ini berkembang menjadi sebuah seni pertunjukan yang diperkaya oleh cerita lakon. Kelompok pengamen tersebut dipimpin oleh Tilhang Oberlin Gultom. Kelompok ini didirikan pada tahun 1920-an dan bernama Tilhang Parhasapi. Karena kelompok pertunjukan seni ini yang menjadi cikal bakal lahirnya Opera Batak, maka Tilhang Oberlin Gultom disebut sebagai pelopor Opera Batak. Akan tetapi pada awalnya seni drama yang didirikan Tilhang ini, tidak disebut Opera. Dan ketika seorang misionaris dari Belanda yang bernama Diego

Van Biggelar datang ke Samosir, dialah yang pertama kali menyebutkan seni pertunjukan tesebut dengan istilah Opera Batak. Opera Batak dimainkan oleh beberapa pemain yang merangkap sebagai aktor dan pemusik. Mereka mengadakan pertunjukan dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada tahun-tahun berikutnya perkembangan Opera Batak ini pun mulai merebak dengan banyaknya muncul grup-grup paropera. Dan puncaknya pada tahun 1970-an, yaitu penampilan Opera Batak di taraf nasional atas undangan presiden Republik Indonesia saat itu Ir. Soekarno di Istana Merdeka yang dipimpin oleh maestro Opera Batak saat itu, Tilhang Gultom dengan grup operanya Serindo(seni ragam Indonesia). Akan tetapi sejak Tahun 1980-an, Opera Batak tidak muncul lagi, alias mati suri. Ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi, diantaranya adalah karena kurangnya regenerasi para pemain, selain itu, di samping persaingan antar opera, hadirnya radio, bioskop dan televisi juga menggusur peranan Opera Batak sebagai media pendidikan, seni budaya, dan tempat ruang bicara bagi masyarakat. Dan akhirnya pada tahun 2002 di Tarutung muncul satu grup opera yang bernama grup Opera Silindung yang lahir dari hasil revitalisasi Opera Batak pada tanggal 25-31 Agustus 2002 di bawah pimpinan seorang anak muda yang sangat prihatin dengan keadaan Opera Batak saat ini yaitu Thomson Hs. Grup Opera Silindung ini, masih bertahan sampai sekarang. Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa drama Kabuki dan Opera Batak sama-sama mengalami pasang surut di dalam keeksistensiannya. Sehingga Banyak perubahan-parubahan yang terjadi pada drama Kabuki dan Opera Batak, yang mengiringi perkembangannya dari zaman kezaman dan yaitu sampai saat

ini, terutama perubahan pada isi cerita, para pemain, panggung, kostu dan alat musiknya. Walaupun akhirnya muncul kembali dengan pertunjukan yang lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan keterangan di atas, penulis berniat untuk membahasnya lebih dalam, di dalam skripsi yang berjudul Perbandingan Drama Kabuki dan Opera Batak Ditinjau dari Keeksistensiannya 1.2 Perumusan Masalah Drama Kabuki dan Opera Batak, sama-sama merupakan teater yang sangat digemari oleh berbagai golongan masyarakat di Jepang yaitu Kabuki maupun di Indonesia (Sumatra Utara) yaitu Opera Batak. Walaupun kedua teater tersebut berasal dari dua negara yang berbeda, namun keduanya ternyata tetap memiliki persamaan dan perbedaan satu sama lain. Drama Kabuki dan Opera Batak memiliki beberapa perasamaan dan perbedaan yang ditinjau dari proses keeksistensian isi cerita, tempat pertunjukan, pemain, kostum, dan alat musik. Dengan demikian timbul beberapa permasalahan antara lain adalah : 1. Apa saja persamaan antara drama Kabuki dan Opera Batak yang ditinjau dari keeksistensiannya. 2. Apa saja perbedaan antara drama Kabuki dan Opera Batak yang ditinjau dari keeksistensiannya.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan Drama Kabuki dan Opera Batak marupan drama yang memiliki persamaan, walau keduanya berasal dari Negara dan kesenian rakyat yang berbeda. Dan pastinya juga memiliki banyak perbedaan. Oleh sebab itu Dalam pembahasan ini, penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas sehingga masalah yang akan dikemukakan dapat lebih terarah, dan penelitian yang dihasilkan menjadi lebih terfokus. Penulis memfokuskan pembahasan ini pada keeksistensian perjalanan drama Kabuki(dari zaman Edo sampai sekarang) dan Opera Batak (dari tahun 1920 sampai sekarang). Penulis memfokuskan pembahasan ini pada segi keeksistensian(keberadaan drama Kabuki dan Opera Batak), yang dilihat dari isi cerita, para pemain, tempat pertunjukan, kostum, dan alat musik yang digunakan. Sehingga diketahui bagaimana persamaan dan perbedaan drama Kabuki dengan Opera Batak. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Menurut Isoji Asoo (1983:186), drama Kabuki pada mulanya berkembang di zaman Edo, sampai pada permulaan zaman Meiji yaitu akhir abad XIX masih tetap populer. Menurut Cavaye (1983:186), drama Kabuki merupakan sebuah teater drama populer Jepang yang dimulai pada sekitar tahun 1603 dan masih tetap berkembang sampai saat ini.

Menurut Dananjaja (1997:239), Kabuki merupakan salah satu drama teater rakyat Jepang yang masih dapat bertahan hidup sampai saat ini. Dan dia juga menggambarkan bahwa Kabuki adalah sejenis wayang orang. Menurut pendapat Yoshida dan Nakamura dapat kita ketahui drama Kabuki memiliki kesamaan dengan drama Indonesia. Persamaan tersebut dapat dilihat dari unsur-unsurnya. Menurut Brahim (1968:60), unsur pokok seni drama ada 4, yaitu : lakon, pemain, tempat dan penonton. Kalau salah satu unsur pokok ini tidak ada, maka tidak ada drama yang sesungguhnya. Menurut Thomson Hs. Medan Metro (2006), Opera Batak itu lebih dari sekedar seni pertunjukan ataupun tradisi lisan. Tetapi merupakan suatu teater transisi. Opera Batak ini juga bukanlah teater modern tetapi memiliki karakter transisi, atau sebuah pertunjukan yang variatif tetapi dilihat dari sudut pandang teater. Menurut Sacher dan Eversole (1971:292), Opera Batak adalah suatu bentuk pertunjukan berupa sandiwara keliling, yang menampilkan cerita-cerita rakyat Batak, yang terdiri dari dua sampai lima babak. Dimana di setiap penampilannya selalu disertai dengan musik, vokal dan tarian. Dan sebagian besar musik, vokal dan tarian tersebut, berfungsi sebagai selingan yang sama sekali tidak berhubungan dengan jalan ceritanya, melainkan hanya sebagai acara selingan yang ditempatkan di antara pergantian setiap babak dari cerita-cerita yang ditampilkan.

1.4.2. Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah itu akan disoroti, Narwani dalam Aryani (2004:9). Penelitian ini mengambil teori historis. Teori Historis merupakan penelitian yang kritis terhadap keadaan-keadaan perkembangan serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena, Muhammadi (1992;20). Dengan teori Historis ini, penulis berusaha mengungkapkan perbandingan antara drama Kabuki dengan Opera Batak yanng ditinjau dari proses keeksistensiannya dari zaman dulu sampai sekarang. Semiotik merupakan suatu disiplin yang meneliti semua bentuk komunikasi selama komunikasi itu dilaksanakan dengan menggunakan tanda, yang didasarkan pada sistem tanda atau kode-kode (Segers, 1978:14). Oleh karena itu semiotik dipandang sebagai ilmu tentang tanda atau sebagai ilmu yang mempelajari sistemsistem, aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Makna karya sastra tidak hanya ditentukan oleh pembaca terhadap karya sastra yang dihadapinya, tetapi juga ditentukan dan diarahkan oleh karya sastra itu sendiri (Chamamah-Soeratno, 1991:18).

Berdasarkan teori semiotik ini, penulis akan mengungkapkan persamaan dan perbedaan antara drama Kabuki dan Opera batak yang ditinjau dari keeksistensiannya. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian - Untuk mengetahui bagaimana keberadaan (keeksistensian) drama Kabuki dan Opera Batak dari awal sampai sekarang. - Untuk mengungkapkan apa saja persamaan dan perbedaan antara drama Kabuki dan Opera Batak yang dilihat dari segi keeksistensiannya. 1.5.2 Manfaat Penelitian - Untuk menambah wawasan tentang perkembangan keeksistensian yang dialami oleh drama Kabuki dan Opera Batak. - Untuk meningkatkan pengetahuan khususnya di bidang kesusasteraan tentang drama Kabuki dan Opera Batak. 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif komparatif yaitu metode yang menggambarkan perbandingan dan mendeskripsikan situasi atau kejadian secara sistematis, faktual, mengenai faktafakta dan data-data yang berhubungan dengan topik penelitian (Nazir, 1988 :67).

Menurut Koentjaraningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif komparatif yaitu memberikan penguraian dan membandingkan suatu masalah dengan hubungan sebab akibat yang dapat diselidiki lewat pengamatan dan menemukan faktor-faktor penyebab yang mungkin terdapat di sana. Dalam memecahkan masalah peneliti mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretsikan data. Data yang digunakan adalah data tulisan. Untuk mengumpulkan data dan bahan yang berhubungan dengan topik penelitian, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan drama Kabuki dan Opera Batak. Bahan-bahan pustaka tersebut diperoleh dari Perpustakaan, Perpustakaan Jurusan Sastra Jepang, Perpustakaan PLOT (Pusat Opera Batak), Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, dan koleksi pribadi penulis sendiri.