BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Unit II

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variabel untuk menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB III METODE PENELITIAN. desain quasy eksperimental dengan rancangan pretest-posttest with control. Rancangan dapat diilustrasikan sebagai berikut :

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping adalah rumah sakit swasta yang merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BERAT BADAN PASIEN DIALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. dunia karena biaya perawatannya yang besar, kualitas hidup yang buruk dan

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB 4 HASIL. Tabel 4.2. Data Profil Tekanan Darah Intradialisis Pasien Variabel Nilai Rerata (mmhg) Minimal (mmhg)

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (PGK) YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KOTA SEMARANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4


BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di IGD pada tiga rumah sakit, yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan


Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta

BAB V PEMBAHASAN A. PENGARUH PEMBERIAN PISANG AMBON TERHADAP. kelompok kontrol pemberian pisang ambon, rata-rata tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang mempengaruhi penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Laboratorium 7 orang petugas, dan Instalasi Gizi 11 orang petugas. Setiap

metode survey, dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang Yogyakarta sejumlah 130 pasien.

BAB III ELABORASI TEMA

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

KISI-KISI PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN. tidur (initial insomnia)

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta yang terletak di Jalan Wates, Gamping, Sleman, Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah unit II Yogyakarta adalah pengembangan dari RS PKU MuhammadiyahYogyakarta yang berlokasi di Jalan KH.Ahmad Dahlan dan mulai beroprasi pada tanggal 15 Februari 2009. RS PKU Muhammadiyah unit II memiliki visi Menjadi rumah sakit Islami rujukan terpecaya dengan kualitas pelayanan dan pendidikan kesehatan yang yang Islami, aman, profesional, cepat, nyaman dan bermutu dengan Misi: a. Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masnyarakat melalui pendekatan, pemeliharaan, pencegahan, pengobatan, pemulihan kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan perundang-undangan. b. Mewujudkan peningkatan mutu bagi tenaga kesehatan melalui sarana pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan secara profesional dan sesuai tuntutan Islam. c. Mewujudkan dakwah Islam, amar ma ruf nahi mungkar melalui pelayanan kesehatan dengan senantiasa menjaga tali silaturahmi sebagian dakwah Muhammadiyah 45

46 Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah unit II Yogyakarta. Bangsal Hemodialisa memiliki 25 mesin hemodialisa, mesin yang digunakan untuk pasien rawat jalan adalah 23 mesin sedangkan 2 mesin lainya digunakan apabila terdapat keadaan gawat darurat. Pasien yang menjalani hemodialisa telah dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan, pada bulan April 2016 kebijakan RS PKU Muhammadaiyah unit II Yogyakarta hanya menerima pasien HD dengan maksimal periode hemodialisis dua waktu dalam seminggu. Sehingga pasien yang semula tiga kali seminggu berubah jadwal menjadi dua kali seminggu atau tetap tiga kali seminggu namun di rumah sakit lain. Rata-rata pasien hemdodialisa setiap bulan sebelum bulan April adalah 1300 pasien sedangakan setelah bulan April 1000 pasien, pengurangan pasien dikarenakan peraturan baru yang dikelurkan rumah sakit. Lama pasien hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta sangat bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa tahun. Mesin yang digunakan di bangsal hemodialisa menggunakan sistem yang canggih, akurat dan sangat terpecaya. Seluruh kegiatan hemodialisa dapat dilihat karena tercatat secara digital dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Selain alat yang canggih, bangsal hemodialisa dilengkapi dengan dokter jaga yang profesional yaitu dokter konsultan ginjal, hipertensi dan perawat yang terlatih. Disamping itu bangsal hemodialisa didukung dengan fasilitas yang memadai seperti TV, AC dan

47 ruang tunggu keluarga. Sarana penunjang yang disediakan diantara lain seperti laboratorium, radiologi dan farmasi. Waktu pelayanan bangsal hemodialisa adalah senin sampai dengan sabtu termasuk hari libur Nasional. Perawat mengendalikan penambahan berat badan yang dikarenakan penumpukan cairan adalah dengan menyampaikan pendidikan kesehatan terkait keseimbangan caiaran pasien hemodialisis pada awal terapi hemodialisis, untuk mengobservasi perawat hanya menanyakan berat badan pasien sebelum dan sesudah hemodialisis. Dalam mengobservasi tekanan darah, tekanan darah diukur pada saat satu jam setelah alat hemodialisis terpasang dan satu jam sebelum alat hemodialisis dilepas. 2. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah pasien bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah unit II Yogyakarta, dengan karakteristik subjek penelitian terdiri dari usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, status pekerjaan, lama hemodialisa dan selisih berat badan dapat dilihat pada tabel 4:

48 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Pendidikan, dan Status Pekerjaan di Bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta Bulan Maret-Mei 2016 (N:70) Variabel Frekuensi Presentase Usia Remaja Akhir 2 2,9% Dewasa Awal 7 10% Dewasa Akhir 26 37,1% Lansia Awal 21 30% Lansia Akhir 13 18,6% Manula 1 1,4% Jenis kelamin Perempuan 24 34,3% Laki-laki 46 65,7% Status Pernikahan Menikah 62 88,6% Belum Menikah 7 10% Duda 1 1,4% Pendidikan SD 6 8,6% SMP 9 12,9% SMA 39 55,7% Perguruan Tinggi 10 14,3% Tidak Sekolah 4 5,7% Lain-lain 2 2,9% Status Pekerjaan Bekerja 27 37,1% Tidak Bekerja 44 62,9% Sumber Data Primer Berdasarkan tabel 5 responden lebih banyak yang berusia dewasa akhir 36-45 tahun yaitu 26 (37,1%), sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 46 (65,7%), status pernikahan responden sebagian besar menikah yaitu 62 (88,6%), pendidikan mayoritas responden adalah lulusan SMA yaitu 39 (55,7%) dengan pendidikan terendah tidak sekolah dan pendidikan tertinggi magister, rata- rata status pekerjaan responden tidak bekerja 44 (62,9%).

49 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan usia lama Hemodialisa dan selisih berat badan di Bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta Bulan Maret- Mei 2016 (N:70) Variabel Mean Median SD Min-Maks IK 95% Usia (tahun) 46,11 46 9,93 24-72 43,74-48,48 Lama Hemodialisa (bulan) 45,56 30,5 39,98 0,5-146 36,02-55,09 Selisih Berat Badan (kg) 3,15 2,46 4,36 0-25 2,11-4,2 Sumber Data Primer Bedasarkan tabel 6 nilai rata- rata usia responden adalah 46, 11 tahun (sd: 9,93) dengan usia minimal 24 tahun dan usia maksimal 72 tahun dengan interval kepercayaan 95% yaitu 43,74-48,48. Sedangkan rata- rata lama hemodialisa responden adalah 45,56bulan (sd: 39,98) dengan lama hemodialisis minimal 0,5 bulan dan lama maksimal 146 bulan dengan interval kepercayaan 95% yaitu 36,02-55,09. Rata- rata selisish berat badan responden adalah 3,15 kg (sd: 4,36) dengan selisih terendah 0 kg dan tertinggi 25 kg dengan interval kepercayaan 95% yaitu 2,11-4,2. Tabel 7. Distribusi Responden dan Hubungan tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah sistol Berdasarkan Kepatuhan Masukan Cairan Dan Tekanan Darah Di Bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta Bulan Maret- Mei 2016 (N:70) Variabel Kepatuhan Masukan Cairan Tekanan Darah Sistol Sumber Data Primer N Mean SD Min- Maks IK 95% P- val ue 70 10,78 3,08 4-16 10,05-11,52 70 166,28 26.06 107 222 160,07-172,5 0,4 95 R 0,083

50 Tabel 8. Distribusi Responden dan Hubungan tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah diastol Berdasarkan Kepatuhan Masukan Cairan Dan Tekanan Darah Di Bangsal Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Kota Yogyakarta.Bulan Maret- Mei 2016 (N:70) N Mean SD Min- IK 95% P -value R Variabel Maks Kepatuhan 70 10,78 3,08 4-16 10,05-11,52 Masukan Cairan 0,378 0,107 Tekanan 70 94,4 16,27 70 166 90,51-98,28 Darah Diastol Sumber Data Primer 3. Analisa Univariat Berdasarkan tabel 7 dan tabel 8 maka dapat dilihat bahwa skor rata- rata kepatuhan manajemen masukan cairan 10,78 (SD:3,08) dengan skor minimal 4 dan skor maksimal 16 dengan interval kepercayaan 10,05-11,52. Tekanan darah sistol 164,5 mmhg (sd: 26.06) dengan tekanan darah sistol terendah 107 dan tertinggi 222 dengan interval kepercayaan 160,07-172,5. Tekanan darah diastol 94,4 mmhg (SD:16,27) dengan tekanan diastol terendah 70 dan tertinggi 166 dengan interval kepercayaan 90,51-98,28. 4. Analisa Bivariat Berdasarkan tabel 7 maka diketahui (p=0,495) bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah sistol. Berdasarkan tabel 8 maka dapat diketahui (p= 0,378) bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah sistol

51 B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden a. Usia Bedasarkan hasil penelitian rerata usia responden adalah 46,11 tahun dengan usia minimal 24 tahun dan usia maksimal 72 tahun. Hal ini didukung oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Istanti (2014) rata-rata usia responden adalah 48,46 tahun, hal ini terjadi dikarenakan pada usia produktif jarang mempemperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang tidak sehat seperti merokok (Dhianningtiyas, 2006 dalam Istanti 2014). Usia merupakan salah satu factor resiko pada pasien hemodialisis. Usia lebih dari enam puluh tahun memiliki faktor risiko 2,2 kali lebih besar mengalami gagal ginjal kronis di banding usia kurang dari enam puluh tahun. Penurunan fungsi ginjal adalah suat hal yang wajar seiring bertambahnya usia namun akan menjadi hal yang tidak wajar dengan faktor risiko tertentu (Pranandari & Supadmi 2015). Dalam penelitian Chaidir (2014) usia responden mayoritas adalah dewasa tua yaitu usia lebih dari enam puluh lima tahuan, dalam penelitian ini usia responden terbanyak adalah usia dewasa akhir yaitu usia 36-45. Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh usia hal ini dikemukaan dalam penelitian Budi dkk, (2011) dalam Novianingtias (2014) dengan bertambahnya usia terdapat perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah

52 menjadi kaku sehingga meningkatkan tekanan darah. Usia produktif diharapkan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik pada pasien hemodialisis (Istanti, 2014). b. Jenis Kelamin Berdasarkan penelitian didapatkan hasil mayoritas jenis kelamin responden adalah laki-laki. Faktor risiko dari gagal ginjal kronis pada pasien hemodialisis adalah jenis kelamin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Floresa (2015) di RSD dr. Soebandi mayoritas responden laki-laki yaitu 184 dan 84 perempuan. Namum penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Astini (2014) bahwa responden mayoritas perempuan di RSUD Panembahan Senopati Bantul yaitu 22 responden perempuan dan 15 responden laki-laki. Secara klinik laki-laki memiliki risiko mengalami gagal ginjal kronis dua kali lebih tinggi dari pada wanita, hal ini dimungkinkan terjadi karena perempuan lebih menjaga kesehatan. Dalam mengelola kepatuhan perempuan lebih patuh terutama dalam pengaturan obat (Pranandari & Supadmi 2015). Namun perempuan memiliki kebutuhan cairan yang lebih banyak hal ini dikarenakan hormon estrogen dan progesteron pada perempuan berubah setiap bulan sehingga hal ini mempengaruhi hidrasi perempuan dengan didukung toreransi tubuh terhadap panas lebih rendah dan perempuan mudah lelah, sehingga perempuan cenderung tidak patuh dalam membatasi cairan (Hakiki, 2015).

53 Menurut penelitian Istanti (2011) perempuan membutuhkan volume air yang lebih sedikit dari laki-laki untuk menimbulkan efek puas terhadap rasa hausnya. Menurut Mujahi (2010) dalam Astuti (2014) perempuan lebih berpotensi mengalami gagal ginjal kronis dan hipertensi. c. Pendidikan Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa mayoritas responden adalah tamatan SMA. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) di RSUD Fatmawati Jakarta, mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SMA yaitu 32 responden dari 62 responden. Hal ini menunjukan pendidikan responden cukup baik, dengan tingkat pendidikan yang cukup baik sehingga diharapkan responden dapat memiliki kepatuhan dan pemahaman yang baik terkait penyakitnya menurut (Istanti, 2014). Pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku seseorang, tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan akan memudahkan seseorang dalam penyerapan informasi dan pengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, terutama dalam kepatuhan cairan (Sari, 2009). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mardjun (2014) yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. H. Aluei Saboe Kota Gorontalo yangmenyatakan bahwa responden yang mejalani hemodialisis berpendidikan rendah (SD-SMP) sebanyak 18 responden dan responden yang berpendidikan tinggi (SMA-PT) sebanyak 12, dalam penelitian ini

54 mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan responden dengan kepatuhan pembatasan cairan. Tingkat pendidikan bukan salah satu hal yang mempengaruhi kepatuhan, pada pasien gagal ginjal kronis, pasien dapat melakukan tindakan mandiri tidak harus memperhatikan tingkat pendidikan yang membedakan adalah pengetahuan. Pengetahuan didapat dari informasi yang diterima pasien (Istanti, 2011). d. Lama Hemodialisis Berdasarkan penelitian lama hemodialisa responden rata- rata adalah 45,56 bulan dengan lama minimal hemodialisa 0,5 bulan dan lama hemdodialisa maksimal 146 bulan. Menurut Nurcahyani (2010) dalam Hadi &Wantonoro (2015) hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal yng digunkan pada pasien dengan gagal ginjal akut ataupun kronis. Seseorang yang mengalami hemodialisa harus menjalani terapi pengantiginjal seumur hidup dansalah satunya adalah hemodialisa. Lama hemodialisa dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan asupan cairan, responden yang lebih lama menjalani hemodialisa akan lebih patuh, karena sering terpapar dan merasakan komplikasi sehingga hal tersebut dapat memotifasi responden untuk lebih patuh dalam menjalani pembatasan asupan cairan (Hadi & Wantonoro 2015). Menurut penelitian lain dari Mardjun (2014) mengatakan bahwa mayoritas lama hemodialisa responden adalah lebih dari 1 tahun, lama dialysis tidak mempengaruhi hubungan dengan pembatasan cairan.

55 Penelitian Mardjun (2014) didukung oleh penelitian Sari (2009) belum ditemukan cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. 2. Kepatuhan Manajemen Masukan Cairan Berdasarkan penelitian rerata skor kepatuhan masukan responden adalah 10,78 dengan skor minimal 4 dan skor maksimal 16, skor semakin tinggi maka kepatuhan responden semakin baik dari rentang skor 0-20. Masukan manajemen cairan pada pasien gagal ginjal adalah hal yang harus diperhatikan. Tujuan dari hemodialisa salah satunya adalah untuk memperbaiki keseimbangan cairan yang diharapkan, walau demikin pasien harus tetap melakukan pembatasan cairan (Sulistini dkk, 2015). Pasien gagal ginjal harus memertahankan nilai IDWG 2,5%-3,5% berat badan kering atau tidak melebihi 5% berat badan kering. IDWG lebih dari 2,5kg menyatakan lemahnya kepatuhan pasien terdapat pengaturasn asupan cairan (Isroin, 2014). Menurut Kamaludin dan Rahayu (2009) faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengelolaan cairan pada pasien gagal ginjal kronis adalah faktor pendidikan, keterlibatan tenaga kesehatan, keterlibatan keluarga, konsep diri dan pengetahuan pasien. Pada responden yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas juga memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi,

56 berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi kejadian serta mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan, akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut dalam membuat keputusan. Sedangkan menurut Hakiki(2015) jenis kelamin berpengaruh terhadap kepatuhan, pasien hemodialisis berjenis kelamin perempuan ditemukan memiliki kecenderungan akan ketidakpatuhan cairan terutama pada pasien perempuan berusia muda. Perempuan memiliki kebutuhan cairan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Tingkat estrogen dan progesterone perempuan berubah setiap bulannya mempengaruhi kebutuhan hidrasi perempuan. Kebutuhan cairan perempuan yang lebih tinggi serta didukung dengan toleransi tubuh terhadap panas yang lebih rendah serta kondisi tubuh perempuan yang lebih cepat lelah tersebut yang menyebabkan perempuan memiliki kepatuhan cairan yang lebih rendah. Kepatuhan manajemen masukan cairan dapat dipengaruhi oleh lama hemodialisa semakin lama menjalani hemodialisa maka tingkat kepatuhan semakin tinggi, Hal ini disebabkan karena semakin lamanya responden menjalani hemodialisis maka semakin sering terpapar oleh efek samping hemodialisis baik akut maupun kronis dan penambahan berat badan merupakan salah satu dari efek tersebut. Ketidakpatuhan dalam mengurangi asupan cairan dapat meningkatkan berat badan dan memungkinkan berbagai macam komplikasi. Ketidakpatuhan pembatasan cairan dapat terjadi pada pasien diantara hemodialisis sebelumnya dan

57 selanjutnya, dengan indikasi adanya peningkatan berat badan yang disebut dengan Interdialytic Weigth Gain (Hadi & wantonoro, 2015). 3. Tekanan Darah Berdasarkan penelitian rerata tekanan darah sistol responden adalah 166,2 mmhg dan untuk rerata dastol adaah 94,4 mmhg, tekanan darah sistol terendah responden adalah 107 mmhg dan teringgi 222 mmhg sedangkan untuk diastol tekanan terendah adalah 70 mmhg dan tekanan darah diastol tertinggi 166 mmhg. Dapat disimpuan bahwa rata-rata responden memiliki tekanan darah tinggi, yaitu tekanan darah lebih dari 140 mmhg untuk sistol dan lebih dari 90 mmhg untuk diastol (JNE 7). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu komplikasi atau penyebab gagal ginjal kronis, penyakit penyerta tertinggi pada tahun 2012 adalah hipertensi (Indonesian Renal Registry, 2012). Hipertensi pada pasien gagal ginjal kronis terjadi karena pengaruh ketidakmampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan cairan secara normal, respon ginjal tidak sesuai terhadap masukan cairan dan elektrolit. Selain itu hipertensi pada pasien gagal ginjal kronis terjadi karena aktifasi renin angiotensin dan kerjasama atara keduanya memacu tekanan darah (Smeltzer&Bare, 2008). Hal lain yang mepengaruhi tekanan darah adalah meningkatkan aktifitas sistim saraf simpatik, aktifitas bradikinin dan prostragandin E 2, penurunan sensitivitas baroreseptor, gangguan di mediator seperti nitrit oksida, endoteline dan L-Argi-9 yang

58 bertanggung jawab untuk tekan darah tinggi pada pasien hemodialisis (Oshavandi, dkk 2013). Namun tidak semua pasien yang menjalani hemodialisa mengalami hipertensi menurut data yang diperoleh terdapat beberapa responden dapat mempertahankan tekanan darahnya dalam kisaran normal. Menurut Lolyta (2011) faktor yang mempengaruhi tekanan darah hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronis di RS Telogorejo Semarang adalah riwayat keluarga, diet dan IDWG. Riwayat kelurga yang akan mempengaruhi DNA dan membuat sindroma hipertensi yang disebabkan peningkatan aldosteron, diet pada gagal ginjal kronis yang harus di perhatikan adalah diet natrium, cairan dan kalium. Natrium dan cairan akan mempengaruhi hormone rennin angiotensin yang dapat menyempitkan pembuluh darah sehingga memicu hipertensi. Kalium harus dipertahakan dalamm rentang normal karena kalium mempengaruhi disritmia yang serius dan henti jantung. Interdialytic body weight gains berpengaruh terhadap tekanan darah dikarenakan kontrol keseimbangan caiaran dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah yang membuat efek terhadap kardiovaskuler. 4. Hubungan Kepatuhan Manajemen Masukan CairanTekanan Darah Berdasarkan analisis data di dapatkan bahwa tidak terdapat hubungan atara kepatuhan manajemen masukan cairan terhadap tekanan darah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa dibuktikan dengan nilai P>0,05 yaitu P=0,495 untuk sistol dan P=0,378 untuk diastol.

59 Hasil uji korelasi penelitian ini tidak terdapat hubungan antara kepatuhan manajemen cairan tehadap tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis, hal ini sejalan dengan penelitian Sulistini (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tekanan darah sistol dan diastol dengan penambahan berat badan interdialitik. Namun penelitian lain menyatakan faktor yang mempengaruhi tekanan darah hemodialisis pada klien gagal ginjal kronis adalah riwayat keluarga, diet dan IDWG memiliki pengaruh yang signifikan dengan tekanan darah (Lolyta, 2012), sedangkan menurut Istanti (2014) IDWG berhubungan sangat erat dengan masukan cairan pada pasien gagal ginjal. Dari dua penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepatuhan cairan pasien gagal ginjal kronis akan mempengaruhi interdialytic body weight gains, interdialytic body weight gains mempengaruhi tekanan darah. Hal tersebut dibuktikan melalui penelitian Osharandi dkk (2013) bahwa pendidikan kesehatan terkait asupan cairan pada kelompok kecil pasien yang menjalani hemodialisa dapat menurunkan berat badan interdialitik dan tekanan darah sitol.tekanan darah akan meningkat sekitar 3 mmhg untuk setiap kenaikan 1 kg berat badan ekstra. Menurut National Kidney Foundation 2006, dalam Ramelan (2013) interdialytic body weight gains adalah peningkatan berat badan antar hemodialisa yang dihasilkan paling utama oleh asupan garam dan cairan

60 tubuh, yang menjadi kunci untuk trejadinya hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Berat badan kering biasnya ditemukan secara klinis dengan mengevaluasi tingkat tekanan darah sebagai bukti overload cairan. Dalam penelitian ini dapat kita lihat variasi kenaikan berat badan pasien, terdapat responden yang tidak mengalami kenaikan berat badan dan bahkan terdapat responden yang mengalami kenaikan berat badan sangat tinggi hinga 25 kg, hal ini menunjukan kepatuhan yang kurang baik bagi responden. Pasien gagal ginjal kronis harus melakukan pembatasan cairan sesuai denga insensible water losser ditambah jumlah urin (Jeager dkk dalam Istanti 2011). Pembatasan cairan mempunyai tujuan untuk mengurangi kelebihan cairan pada interdialitik. Kelebihan cairan dapat menyebabkan edema, hipertensi, hipertropi ventrikel kiri dan berhubngan dengan lama hidup pasien. Manajemen cairan adalah suatu hal yang mempengaruhi tekanan darah hal seperti yang dikemukan oleh Lolyta (2012), dalam melakukan kepatuhan banyak faktor yang mempengaruhi seperti yang dikemukan oleh Kamaludidin & Rahayu (2009), Isroin (2014), Hakiki (2015), Dan Hadi & Wantonoro (2015)diantaranya adalah faktor pendidikan dalam penelitian ini, pendidikan responden rata-rata adalah SMA dimana pendidikan responden yang cukup tinggi, faktor konsep diri, faktor pengetahuan, faktor keterlibatan pasien, manajemen diri, jenis kelamin, mayoritas jenis kelamin pada penelitian ini adalah laki-laki dimana laki-laki memiliki tingkat kepatuhan yang lebih baik hal ini

61 dikemukaan oleh Hakiki (2015) namun dalam penelitian ini skor kepatuhan rata-rata responden adalah 10,78 dari total skor 20 dengan skor terendah 4 dan tertinggi 16 dimana kepatuhan rata-rata responden memiliki kepatuhan yang memiliki skor pertengahan dari skor total. lama hemodialisis dapat mempengaruhi kepatuhan dimana kepatuhan akan semakin baik apabila lama hemodialisis responden semakin lama sesuai yang dikemukan oleh Hadi & Wantonoro (2015), dalam penelitian ini ratarata lama hemodialisis 45,56 bula atau kurang lebih 3,75 tahun dengan lama minimal 0,5 bulan dan terlama yaitu 146 bulan, variasi yang cukup jauh dari lama hemodialisis responden. Salah satu faktor risiko dari gagal ginjal kronis adalah usia dimana usia yang semakin tua akam memberikan resiko yang lebih tinggi menurut (Pranandari & Supadmi 2015). Usia dapat mempengaruhi tekanan darah dengan bertambahanya usia terdapat perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit dan kaku berdampak pada kenaikan tekanan darah. Pada penelitian ini usia mayoritas adalah usia dewasa akhir (36-45 tahun) dimana usia dewasa akhir adalah usia produktif kemungkinan yang terjadi adalah faktor ketidak perhatiannya pada kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang tidak sehat (Istanti, 2014). Membandingkan dari penelitian ini dengan penelitian lain maka peneliti menarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan manajemen cairan terhadap tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis

62 yang menjalani hemodialisis di PKU Muhammadiyah unit II kota Yogyakarta dikarenakan banyak hal yang mempengaruhi tekanan darah sedangkan dalam penelitian ini hanya meneliti satu variabel yang berpotensial mempengaruhi tekanan darah pada pasien gagal ginjal kronis yaitu riwayat keluarga, diet natrium dan IDWG. 5. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian a. Kekuatan penelitian 1. Referensi pendukung dapat banyak ditemukan untuk mendukung penelitian. 2. Pengumpulan data menggunakan pendekatan cross sectional sehingga hasilnya cepat diperoleh. 3. Responden sudah berdatangan langsung ke bangsal hemodialisa sehingga mempermudah peneliti dalam pengambilan data. b. Kelemahan penelitian 1. Pasien bangsal hemodialisis yang jenuh menjadi responden dikarenakan banyak penelitian yang dilakukan di bangsal hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Yogyakarta. 2. Penelitian hanya melakukan penelitian dengan bivariat dan tidak melakukan multivariat.