Analisis Flutter Pada Uji Model Separuh Sayap Pesawat N219 di Terowongan Angin Kecepatan Rendah

dokumen-dokumen yang mirip
Desain dan Eksperimen Uji Getaran di Tanah dari Model Separuh Sayap Pesawat N219

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR

PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN MODEL AEROELASTIS PENAMPANG JEMBATAN BENTANG PANJANG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Analisis getaran untuk memprediksi batas kecepatan flutter dengan model seksional menggunakan metode ARMA

KARAKTERISTIK DINAMIK STRUKTUR ROKET RKN BERTINGKAT PADA KONDISI TERBANG-BEBAS (FREE FLYING)

Gambar 1. Sistem pegas-massa diagram benda bebas

AEROCO : SOFTWARE TOOL UNTUK MENENTUKAN KOEFISIEN AERODINAMIKA MODEL JEMBATAN BENTANG PANJANG. Fariduzzaman *

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER UNTUK MENGURANGI PENGARUH BEBAN GEMPA PADA STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DENGAN LAYOUT BANGUNAN BERBENTUK U

Endang Mugia GS. Peneliti Bidang Teknologi Avionik, Lapan ABSTRACT

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

FLUTTER PADA T TAIL PLATE-KOMPOSIT THESIS

Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan

iii Banda Aceh, Nopember 2008 Sabri, ST., MT

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA 50 KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI

PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S)

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BIFURKASI PITCHFORK SUPERKRITIKAL PADA SISTEM FLUTTER

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS FLUTTER HORIZONTAL TAIL PLANE BOX PESAWAT N-2ZE MENGGUNAKAN MSC.PATRAN/NASTRAN TUGAS AKHIR

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

1. Pendahuluan. 2. Kajian Teori ANALISIS KARAKTERISTIK DINAMIK JEMBATAN BENTANG PANJANG TERHADAP INDUKSI GETARAN JEMBATAN AKIBAT BEBAN ANGIN

Kajian Teknis Fenomena Getaran Vorteks pada Variasi Jumlah Oscillating Part Pembangkit Listrik Tenaga Arus Air Laut

ANALISIS PERCEPATAN FLIR PADA PESAWAT TERBANG AKIBAT GETARAN DINAMIK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA (Septian Wijayanto, Ir Yerri Susatio, MT)

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

PEMODELAN NUMERIK RESPON DINAMIK STRUKTUR TURBIN ANGIN AKIBAT PEMBEBANAN GELOMBANG AIR DAN ANGIN

ANALISIS STRUKTURAL PERFORMA CHASSIS SAPUANGIN SPEED Oleh : Muhammad Fadlil Adhim

DESAIN DAN ANALISIS SIRIP ROKET KOMPOSIT HYBRID SEBAGAI SIRIP KOMPOSIT OPTIMUM

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.1, Januari 2015 (1-7) ISSN:

ANALISA RESPON HARMONIK STRUKTUR POROS PROPELLER KAPAL MENGGUNAKAN ANSYS WORKBENCH 14.5

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

ANALISIS LOSSES PIPA LURUS BERDIAMETER 40 cm PADA TEROWONGAN ANGIN LAPAN

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT

ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG

Turbin Angin Poros Vertikal Sebagai Alternatif Energi Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU)

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi kerusakan..., Sendi Aditya Putra, FT UI, 2010.

IDENTIFIKASI KERUSAKAN STRUKTUR PORTAL 2 DIMENSI DENGAN METODE FREQUENCY RESPONS FUNCTION (FRF) THESIS

PENGUKURAN FLUTTER MARGIN MODEL JEMBATAN DI UPT-LAGG BPPT. Subagyo 1), Angga Dwi Saputra 2)

Perencanaan Ketahanan Angin Jembatan Cable Stayed Suramadu

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

BAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang

SISTEM FLUTTER PADA SAYAP PESAWAT TERBANG

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM IDENTIFIKASI STRUKTUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FREQUENCY DOMAIN DECOMPOSITION-NATURAL EXCITATION TECHNIQUE

INST-06: PENGEMBANGAN DESAIN TEROWONGAN ANGIN SEDERHANA

ANALISIS MODUS NORMAL DAN KEKUATAN STRUKTUR SIRIP MOTOR ROKET-168 DARI BAHAN AL-PLATE

Novi Andria Peneliti Pusat Teknologi Roket, Lapan ABSTRACT

ANALISA STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH (RETAINING WALL) AKIBAT BEBAN DINAMIS DENGAN SIMULASI NUMERIK ABSTRAK

UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISA RESPON DINAMIK AKIBAT GUST LOAD PADA MODEL PESAWAT UDARA SEDERHANA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MASSA TERGUMPAL

WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara

PENENTUAN FREKUENSI ALAMIAH SAYAP PESAWAT LATIH DASAR KT-1B MENGGUNAKAN METODE MYKLESTAD

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat.

Bab V Kesimpulan dan Saran

PENGUJIAN MODEL CHIMNEY DI DALAM TEROWONGAN ANGIN UNTUK MENENTUKAN BEBAN ANGIN STATIK PADA PONDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

PEMICU 1 29 SEPT 2015

PENELITIAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA BOM LATIH PERCOBAAN BLP-500 DAN BLP 25

ANALISIS TEKANAN STATIK ALIRAN DI PERMUKAAN PITOT STATIK TEROWONGAN ANGIN TRANSONIK LAPAN

SIDANG P3 TUGAS AKHIR ALLISSA SUWONDO P

PENGARUH KETEBALAN KAMPAS REM TERHADAP GETARAN SISTEM REM CAKRAM PADA BERBAGAI KONDISI PENGEREMAN

Tuning Mass-Spring Damper Pada Rekayasa Follower Rest Untuk Meningkatkan Batas Stabilitas Proses Bubut Slender Bar

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)

INTRODUKSI Dr. Soeharsono FTI Universitas Trisakti F

INDEPT, Vol. 4, No. 1 Februari 2014 ISSN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI DAYA & PUTARAN KRITIS PADA MINI WIND CATCHER

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

PENGARUH HONEYCOMB SEBAGAI PENYEARAH ALIRAN FLUIDA PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL

Analisis Numerik Bilah Kipas Mesin Turbofan TAY Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN. pikiran terlintas mengenai ilmu mekanika fluida, dimana disitu terdapat

Simulasi Peredam Getaran TDVA dan DDVA Tersusun Seri terhadap Respon Getaran Translasi Sistem Utama. Aini Lostari 1,a*

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Holpp, Larry dan Pande P.S Berpikir Cepat Six Sigma. Yogyakarta: Andi. Marimin Teknik Dan Aplikasi

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

PERKIRAAN UMUR KONSTRUKSI KAPAL DENGAN ANALISA FATIGUE: STUDI KASUS PADA KAPAL TANKER DWT. Oleh: OKY ADITYA PUTRA

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB 3 DINAMIKA STRUKTUR

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

Studi Perbandingan Dinding Geser dan Bracing Tunggal Konsentris sebagai Pengaku pada Gedung Bertingkat Tinggi

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN VARIASI ORIENTASI SUMBU KOLOM

Studi Desain Model Konfigurasi Lambung pada Kapal Trimaran dengan bantuan CFD

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

STUDI KARAKTERISTIK BUCKLING PADA KOLOM CRANE KAPAL FLOATING LOADING FACILITY (FLF) BERBASIS FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA AJAR GETARAN MEKANIS. oleh. Tim Dosen Mata Kuliah Getaran Mekanis. Fakultas Teknik Universitas Indonesia Februari 2016

STUDI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TUNED MASS DAMPER DALAM UPAYA MENGURANGI PENGARUH BEBAN GEMPA PADA STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DENGAN LAYOUT BERBENTUK H

PERHITUNGAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA, ANALISIS DINAMIKA DAN KESTABILAN GERAK DUA DIMENSI MODUS LONGITUDINAL ROKET RX 250 LAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas garis besar penelitian yang meliputi latar belakang,

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

ANALISA DESAIN STRUKTUR DAN KESTABILAN SUSPENSI PASSIVE PADA SMART PERSONAL VEHICLE 2 RODA

Laporan Tugas Akhir Pemodelan Numerik Respons Benturan Tiga Struktur Akibat Gempa BAB I PENDAHULUAN

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

Transkripsi:

WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara Analisis Flutter Pada Uji Model Separuh Sayap Pesawat N219 di Terowongan Angin Kecepatan Rendah The Analysis of Half Wing Flutter Test N219 Aircraft Model in The Low Speed Wind Tunnel Sayuti Syamsuar* 1), Muhamad Kusni 2), Adityo Suksmono 1), Muhamad Ivan Aji Saputro 1) 1 Peneliti dan Perekayasa di Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi, Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2 Jurusan Aeronautika dan Astronotika, Fakultas Teknologi Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung email: sayuti.syamsuar@bppt.go.id INFO ARTIKEL Histori Artikel: Diterima: 25 September 2016 Direvisi: 1 November 2016 Disetujui: 15 November 2016 Keywords: fluid flow, particle, frequency, damping, low speed, tunnel Kata kunci: aliran fluida, partikel, frekuensi, redaman, kecepatan rendah, terowongan angin ABSTRACT / ABSTRAK The flutter phenomenon will occur when the aerodynamic force and moment excessively interacted on the wing surface, whether it takes place in the wind tunnel or on the real aircraft. The wing will vibrate and oscillate towards an unstable condition. Each oscillation will subsequently build a greater one until the damping and frequency on a certain speed range can be seen easily when flutter occur on the half wing model. On this research, the half wing model of N219 aircraft was tested in the low speed wind tunnel of BBTA3, Puspitek Serpong. The flutter speed occurred at 40.5 m/s based on computational analysis while the wind tunnel result is at the speed of 40.83 m/s. Fenomena flutter akan terjadi apabila ada gaya dan momen aerodinamika yang berinteraksi berlebihan di permukaan sayap di dalam terowongan angin atau pesawat sesungguhnya. Sayap akan bergetar dan berosilasi bertambah besar menuju ke keadaan tidak stabil. Osilasi osilasi membuat osilasi yang lebih besar terjadi sehingga frekuensi dan damping pada daerah kecepatan tertentu dengan mudah terlihat apabila terjadi flutter pada model separuh sayap. Penelitian ini, digunakan model separuh sayap dari pesawat N219 yang di uji pada terowongan angin kecepatan rendah BBTA3, kawasan Puspiptek, Serpong. Kecepatan flutter terjadi pada 40.5 m/s pada hasil analisis komputasional dan hasil pengujian di terowongan angin sebesar 40.83 m/s. Analisis Flutter Pada Uji Model Separuh Sayap Pesawat N219 di Terowongan Angin Kecepatan Rendah, (Sayuti, Kusni, Suksmono, Ivan Aji) 165

PENDAHULUAN Secara natural, osilasi yang terjadi pada struktur dapat diredam, tetapi jika pesawat terbang semakin cepat dan mencapai suatu kecepatan flutter, maka akan terjadi ketidakstabilan struktur yang terindikasikan dengan osilasi kecil dan mengeksitasi sendiri secara berulang-ulang, di mana struktur menyerap energi dari aliran udara, sehingga mengakibatkan kegagalan struktur. Pada penelitian ini telah dilakukan analisis data dan uji model separuh sayap flutter pesawat N219 di terowongan angin BBTA3, Puspiptek, Serpong, di mana hasil yang diperoleh tidak berbeda jauh dan saling mendukung dengan perhitungan analisis NASTRAN. Fenomena flutter telah berhasil ditelusuri melalui beberapa tahapan uji getaran di tanah dan uji model separuh sayap pesawat N219 di terowongan angin, sehingga persiapan uji terbang semakin lengkap. Penelitian ini memiliki bagian penting sebagai pembanding dan validasi hasil analisis flutter secara komputasional pada penelitian sebelumnya (terhadap struktur pesawat N219 konfigurasi B7 dan B8) menggunakan piranti lunak Nastran, Patran, SOL 145, dan SOL 103. Pada perhitungan komputasional tersebut, dilakukan idealisasi dan pemodelan teoritis meliputi gaya aerodinamika yang bekerja pada sayap, distribusi massa komponen sayap, modulus elastisitas sayap, visualisasi pemodelan sayap menjadi beam dan bar. Hasil analisis flutter yang menggunakan idealisasi dan pemodelan teoritis tersebut memerlukan pengujian model secara riil di dalam terowongan angin sebagai tahap validasi model. Pengujian validasi model dari hasil analisis flutter pesawat N219 konfigurasi B11 ini merupakan bagian dari proses sertifikasi pesawat udara, sehingga keberhasilan validasi menjadi kunci keberhasilan dalam proses rancang bangun pesawat udara N219 secara keseluruhan. Proses sertifikasi dari pengujian terowongan angin dan validasi hasil analisis flutter dilakukan kemudian pada proses uji terbang. Proses uji terbang memiliki resiko yang tinggi dan mengakibatkan kerugian yang besar apabila terjadi kegagalan, sehingga pengujian yang lebih sederhana dengan resiko yang lebih rendah dilakukan terlebih dahulu sebagai peningkatan kepercayaan diri terhadap hasil analisis flutter melalui uji terowongan angin. Pada penelitian ini, telah dilakukan pengujian model separuh sayap pesawat N219 pada bagian kritis terjadinya flutter. Model dialiri aliran udara dengan berbagai variasi kecepatan dan diberikan eksitasi paksa sehingga interaksi gaya aerodinamika dan properties struktur sayap pesawat N219 untuk diamati. Output dari pengujian ini adalah diketahuinya kecepatan flutter pada berbagai ketinggian dengan memvariasikan kecepatan udara di dalam terowongan angin dan memastikan bahwa pada flight envelope pesawat terjadi kecepatan dive, tidak terjadi flutter. Informasi ini sangat penting untuk menjamin keselamatan Pilot pada saat uji prestasi terbang pesawat prototipe N219 pertama kalinya. Kemudian, pengujian flutter model separuh sayap di terowongan angin berguna untuk menguji validasi hasil perhitungan komputasional, sehingga menambah validitas analisis flutter yang telah dilakukan pada tahap awal sebagai penyempurnaan produk. Penelitian flutter pesawat N219 ini mempresentasikan persyaratan yang diperlukan untuk suatu pengujian model 3 dimensi separuh sayap dengan rasio (1 : 6) dari pesawat buatan PT. Dirgantara Indonesia. Tujuan dari pengujian flutter model ini di Terowongan Angin milik BBTA3, Puspiptek, Serpong adalah untuk melihat sampai sejauh mana dinamika karakteristik flutter terjadi, sehingga dapat dibandingkan dengan hasil komputasional analisis program NASTRAN. Berdasarkan pengalaman ini, maka diperoleh pemahaman dalam proses pengambilan keputusan dalam penentuan kecepatan flutter pesawat N219. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Tang (2016), sebelum dilakukan pengujian di terowongan angin, maka perlu dilakukan uji getaran di tanah. Berdasarkan hasil uji getaran di tanah tersebut, maka dapat diketahui apakah frekuensi natural pada mode shape tertentu sama dengan hasil perhitungan komputasional atau tidak. Jika hasilnya sama 166 Warta Ardhia, Volume 42 No. 4 Desember 2016, hal. 165-172

maka dapat disimpulkan bahwa model fisik mewakili model numerik separuh sayap pesawat N219, dan langkah selanjutnya dapat dilakukan pengujian terowongan angin. Sebaliknya, jika hasilnya tidak sama maka model harus dimodifikasi kembali dengan mensetting distribusi massa, distribusi luas penampang, dan distribusi kekakuan sampai dengan hasil uji getaran di tanah, menunjukan model separuh sayap memiliki frekuensi natural yang sama dengan frekuensi natural hasil perhitungan komputasional. Jika kondisi ini tercapai berarti model fisik telah mewakili model hasil perhitungan numerik dan langkah selanjutnya adalah dilakukan pengujian terowongan angin. Pada pengujian terowongan angin, model dimasukan dalam terowongan angin kemudian dimounting pada test area dan kemudian model dialiri udara dengan kecepatan tertentu sehingga model bergetar. Selanjutnya aliran udara akan dipercepat secara gradual dan model terus diamati. Sensor akselerometer dan sistem akuisisi data untuk mengukur besar amplitudo dan frekuensi yang timbul pada model separuh sayap flutter yang bergetar. Berdasarkan hasil pengujian, dapat diketahui apakah pada flight envelope pesawat terjadi flutter atau tidak. Model separuh sayap flutter merupakan model wing N219 yang distribusi massa, distribusi kekakuan, dan distribusi luas penampang dimodifikasi agar menghasilkan frekuensi natural yang sama dengan nilai frekuensi natural wing N219 pada saat pengujian di wind tunnel. Kemudian model separuh sayap pesawat N219 yang telah dimiliki oleh PT Dirgantara Indonesia dimodifikasi secara iteratif agar nilai frekuensi natural sama dengan hasil perhitungan komputasional, sesuai dengan PMTP (1994). dikenal dengan nama metoda pendulum dengan torsi vertikal. Konfigurasi massa model separuh sayap pesawat N219 seperti pada Gambar 1. berdasarkan desain yang menjadi pembuatan model numerik perhitungan komputasional program NASTRAN dalam menentukan kecepatan flutter. Gambar 1. Konfigurasi massa model separuh sayap flutter pesawat N219 Metodologi iteratif yang digunakan pada penelitian ini oleh PT. Dirgantara Indonesia, sesuai dengan Katia (2016 a) di Gambar 2. METODOLOGI Sebelum dilakukan uji getaran di tanah dilakukan penentuan inersia dengan metoda pendulum. Inersia massa merupakan parameter penting untuk memodelkan secara akurat karakteristik dinamik pesawat. Momen inersia model yang sederhana dan simetris dapat ditentukan menggunakan perhitungan analitis. Pada model yang lebih kompleks harus digunakan metoda pengukuran langsung yang Gambar 2. Flow chart perhitungan half wing flutter model pesawat N219 (Katia et al, 2016 a) Analisis Flutter Pada Uji Model Separuh Sayap Pesawat N219 di Terowongan Angin Kecepatan Rendah, (Sayuti, Kusni, Suksmono, Ivan Aji) 167

Pada Gambar 3. terlihat model yang digantung menggunakan dua buah kawat sejajar oleh Schlippe (1936) dan Gambar 4 digunakan dalam penelitian ini. Gambar 3. Metoda pendulum untuk menentukan momen inersia (Sumber: Schlippe, 1936) Model separuh sayap diletakkan pada seksi uji di terowongan angin seperti terlihat pada Gambar 5, dan akselerometer akan menerima respons dari exciter yang dilakukan oleh manusia; respons kemudian dibaca oleh sistem data akuisisi dan diteruskan pada perangkat lunak untuk mengekstrak parameter lain yang kemudian menentukan batasan kecepatan flutter. Perangkat lunak untuk mengekstrak parameter dibuat dalam bentuk kode pemograman di MATLAB menghasilkan kecepatan, (V) frekuensi, (f) dan redaman, ξ. Gambar 5. Model Separuh sayap pesawat N219 di terowongan angin BBTA3, Puspiptek, Serpong. Gambar 4. Metoda pendulum untuk menentukan momen inersia pada penelitian ini Pada Gambar 6 terlihat dudukan pegas yang menyangga model separuh sayap. Gangguan torsi yang diberikan pada kawat menyebabkan model berputar ke posisi semula akibat pengaruh gravitasi bumi. Besar momen inersia massa diketahui berdasarkan besar perioda ayunan model dengan persamaan (1) berikut: I mgd 2 2 4h n (1) di mana, I : mass inertia [kg.m2] m : massa [kg] D : diameter model [m] h : panjang kawat [m] ωn : frekuensi natural [Hz] g : percepatan gravitasi [m/det2] Gambar 6. Dudukan pegas dan penyangga sayap pesawat N219 di terowongan angin BBTA3, Puspiptek, Serpong 168 Warta Ardhia, Volume 42 No. 4 Desember 2016, hal. 165-172

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Terowongan Angin Model Setengah Sayap N219 Tujuan utama dari uji terowongan angin ini adalah untuk membandingkan karakteristik dinamik dan flutter antara model komputasional dan model uji. Pengujian terowongan angin dimulai dari kecepatan terendah hingga mendekati kecepatan flutter hasil analisis numerik atau biasa disebut speed on set. Hasil Uji Terowongan Angin Model Pegas Lunak Untuk kasus model pegas lunak, data yang dikirim dari sistem akuisisi tidak dapat di proses dengan sempurna pada perangkat lunak pengekstrak parameter dikarenakan sifat pegas yang sangat responsif sehingga muncul frekuensi yang lain. Pada kecepatan 24.0 m/s model separuh sayap bergetar tanpa eksitasi, artinya model separuh sayap sudah menunjukan ketidakstabilan. Frekuensi dari modus bending dan torsi sulit untuk diekstrak, maka frekuensi dari modus yang terkopel juga sulit ditentukan secara eksplisit. Pada Gambar 7 dan Gambar 8 ditunjukkan kurva frekuensi dan redaman untuk modus bending dan torsi pada model pegas lunak. menyaring data sebelum melalukan ekstraksi data. Gambar 8. Kurva Redaman-Kecepatan Model dengan Pegas Lunak Hasil Uji Terowongan Angin Model Pegas Sedang Berdasarkan data hasil dari ekstraksi parameter, terdapat kopel antara modus bending dan torsi seperti ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Kurva Frekuensi-Kecepatan Model dengan Pegas Sedang Frekuensi bending meningkat dan modus torsi menurun kemudian kopel terjadi pada 40.5 m/s, frekuensi 5.8 Hz dan redaman 0.06 %. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecepatan flutter terjadi pada 40.5 m/s, sedangkan hasil analisis komputasional menghasilkan kecepatan sebesar 40.83 m/s. Artinya, kecepatan flutter dari hasil analisis komputasional dan uji terowongan angin hampir sama. Gambar 7. Kurva Frekuensi-Kecepatan Model dengan pegas lunak Berdasarkan grafik V-f, dapat dilihat bahwa modus terkopel pada kecepatan 24.0 m/s, namun belum menunjukan fenomena flutter. Noise membuatnya sulit untuk mengekstrak data, karena itu pada Gambar 4.2 tidak terjadi kopel. Sangat direkomendasikan untuk Gambar 10. Kurva Redaman-Kecepatan Model dengan pegas Sedang Analisis Flutter Pada Uji Model Separuh Sayap Pesawat N219 di Terowongan Angin Kecepatan Rendah, (Sayuti, Kusni, Suksmono, Ivan Aji) 169

Frekuensi bending meningkat dan modus torsi menurun kemudian kopel terjadi pada 40.5 m/s, frekuensi 5.8 Hz dan redaman 0.06 %. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecepatan flutter terjadi pada 40.5 m/s, sedangkan hasil analisis komputasional menghasilkan kecepatan sebesar 40.83 m/s. Artinya, kecepatan flutter dari hasil analisis komputasional dan uji terowongan angin hampir sama. Pada Tabel 1. diperlihatkan perbandingan hasil analisis dan uji terowongan angin. Tabel 1. Perbandingan Antara Hasil Analisis FEM dan Hasil Uji Terowongan Angin. Model Kecepatan Flutter (m/s) Analysis Wind Tunnel Test Pegas Lunak 25.7 24.0 Pegas Sedang 40.8 40.5 Pada kasus pegas sedang, kecepatan flutter hasil analisis numerik dan terowongan angin menunjukan nilai yang hampir sama (0.7%). Pada model pegas lunak model separuh sayap sudah mengalami ketidakstabilan pada kecepatan 24.0 m/s dengan perbedaan 6.7 %. Berdasarkan perbandingan antara analisis numerik program NASTRAN dengan uji terowongan angin, maka dapat disimpulkan bahwa metodologi dari analisis numerik menggunakan program NASTRAN sudah tervalidasi dengan benar. KESIMPULAN Uji terowongan angin merepresentasikan kondisi sebenarnya pada saat terbang, karena itu hasilnya digunakan untuk memvalidasi analis dengan metode elemen hingga (FEM). Perbandingan antara hasil analisis numerik dan uji terowongan angin ditunjukkan pada Tabel 4.1, di mana hasil analisis dan uji terowongan angin tidak berbeda jauh dan masih valid serta mempunyai kecenderungan yang sama dengan teori. Perbedaan sebesar 0.7 % untuk pegas sedang, dan 6.7 % untuk pegas lunak. UCAPAN TERIMAKASIH Berhasilnya pengujian model separuh sayap pesawat N219 tidak di terowongan angin, adalah berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih, kepada: 1. Kemenristek Dikti, sebagai pemberi insentif InSinas 2016 tentang flutter. 2. Pusyantek-BPPT, sebagai penyelenggara. 3. LAPAN, atas pembuatan model separuh sayap pesawat N219. 4. Kepala BPPT, atas kesempatan yang telah diberikan pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Bennet, R. M., Application of Zimmerman Flutter- Margin Criterion to a Wind-Tunnel Model, NASA Technical Memorandum, Hampton, Virginia, 1982. Hodges, D. H. dan G. A. Pierce, Introduction to Structural Dynamics and Aeroelasticity, USA: Cambridge University, 2012. Kehoe, M. W., NASA Technical Memorandum 4720: A historical Overview of Flight Flutter Testing, NASA, Edwards, California, 1995. Mahasti, Katia Mayang., Arifin, Moh. Sjamsoel., N219 Half Wing Flutter Model Updated Based on GVT BBTA3, Engineering Data Management, PT. Dirgantara Indonesia, 2016 MSC. Software Corporation, MD Nastran 2010: Design Sensitivity and Optimization User s Guide, Santa Ana: MSC.Software Corporation, 2010. M. Software, MSC. NASTRAN Aeroelastic Analysis User s Guide, Santa Ana: MSC. Software Corporation, 2004. PMTP, Pengujian Terowongan Angin Half-Wing Flutter Model N-250, IPTN, Bandung, 1994. Schaeffer., H. MSC/NASTRAN Primer Static and Normal Modes Analysis, Wallace Press, Milford, 1988. Schlippe B. Von., The Question of Spontaneous Wing Oscilation (Determination of Critical Velocity Through Flight-Oscilation Tests), NACA TM-806, 1936. 170 Warta Ardhia, Volume 42 No. 4 Desember 2016, hal. 165-172

Tang, D. dan E. H. Dowell., Experimental Aeroelastic Models Design and Wind Tunnel Testing for Correlation with New Theory, Aerospace, vol. 3, no. 12, 2016. Wright, J. E. C. Jan R., Introduction to Aircraft Aeroelastikity and Loads, England, Wiley, 2007. Analisis Flutter Pada Uji Model Separuh Sayap Pesawat N219 di Terowongan Angin Kecepatan Rendah, (Sayuti, Kusni, Suksmono, Ivan Aji) 171

172 Warta Ardhia, Volume 42 No. 4 Desember 2016, hal. 165-172