EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE ANGKUTAN UMUM PUSAT KOTA DALAM MENGURANGI BEBAN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

KEMUNGKINAN PENERAPAN SISTEM BUY THE SERVICE PADA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: TRI WURI ANGGOROWATI L2D

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM YANG MELAYANI TRAYEK PINGGIRAN-PUSAT KOTA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

ANALISIS TUNDAAN PADA RUAS JALAN MAJAPAHIT KOTA SEMARANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI MULAI. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

PERANAN ANGKUTAN PLAT HITAM DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I-1 BAB I PENDAHULUAN

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PELETAKAN TERMINAL BANYUMANIK DAN TERMINAL PENGGARON DALAM MENDUKUNG SISTEM AKTIVITAS SEKITAR TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

usaha pemenntah pusat maupun daerah dalam melaksanakan pembangunan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat pada saat

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENDUDUK KECAMATAN KALIWUNGU DI KOTA KUDUS TUGAS AKHIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

DAFTAR ISI. Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TERJADINYA KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN ARTERI PRIMER KAWASAN PASAR UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Tugas Akhir Evaluasi Fungsi Halte Sebagai Tempat Henti Angkutan Umum BAB V PENUTUP

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang tidak perlu berada pada satu tempat. Untuk melakukan

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN START

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. perkotaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu choice dan captive.

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan umum khususnya di provinsi D.I. Yogyakarta dalam

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

STUD/ PERSEPS/ PENGGUNA TERHADAP ATRIBUT PEL4YANAN ANGKUTAN KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN BECAK DALAM SISTEM PERGERAKAN DI PERUMNAS TLOGOSARI SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

KARAKTERISTIK BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN PENDUDUK PADA JALUR PERENCANAAN KERETA KOMUTER LAWANG-KEPANJEN DI MALANG RAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

BAB II STUDI PUSTAKA STUDI PUSTAKA EVALUASI KINERJA OPERASIONAL ARMADA BARU PERUM DAMRI UBK SEMARANG TRAYEK BANYUMANIK - JOHAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

Transkripsi:

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR Oleh: DIAN HARWITASARI L2D 000 407 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2005

ABSTRAKSI Keberadaan angkutan umum sebagai suatu solusi pemenuhan kebutuhan pergerakan masyarakat mengalami perkembangan yang cukup memprihatinkan. Selain itu penyediaan sarana dari pemerintah yang masih terbatas, sedangkan sektor swasta belum berkembang dengan baik membuat penyediaan angkutan umum yang belum memadai sehingga semakin memperburuk citra mereka yang pada akhirnya menyebabkan semakin rendahnya tingkat pemakaian angkutan umum. Namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa permasalahan utama mengenai angkutan umum akan timbul bila tidak terjadi keseimbangan antara permintaan (demand) dengan penyediaan (supply). Penyediaan sarana dan prasarana angkutan publik oleh Pemerintah Kota Semarang masih sangat terbatas, sedangkan sektor swasta penyelenggara angkutan publik di kota ini belum berkembang dengan baik. Koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari telah dilayani oleh beragam angkutan resmi yaitu bus Damri dan bus non Damri, namun pelayanan angkutan umum resmi pada koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari masih kurang dalam memenuhi permintaan penduduk sehingga muncullah angkutan plat hitam. Namun keberadannya yang cukup diminati menimbulkan kompetisi antara moda angkutan umum resmi dan angkutan plat hitam dalam mendapatkan penumpang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi angkutan plat hitam pada koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan metode Logit Multinomial. Semua analisis didasarkan pada persepsi dan preferensi masyarakat yang didapat berdasarkan survei kuisioner serta kondisi di lapangan. Tahapan analisis yang dilakukan yaitu analisis karakteristik pengguna angkutan plat hitam, analisis terhadap preferensi pengguna angkutan umum dalam pemilihan moda angkutan umum pada koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari dan yang terakhir adalah analisis eksistensi angkutan plat hitam pada koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari. Berdasarkan analisis tahap pertama diketahui bahwa pengguna angkutan plat hitam mayoritas merupakan golongan masyrakat dengan profesi pelajar/ mahasiswa dengan karakteristik pelayanan pergerakan jenis pendidikan. Sedangkan dari analisis tahap kedua yang dilakukan dengan metode Logit Multinomial berdasarkan preferensi pengguna diketahui peluang dipilihnya angkutan plat hitam sebesar 26,22%, sedangkan peluang dipilihnya angkutan resmi yang meliputi bus Damri dan bus non Damri sebesar 73,78%. Selain itu pula diketahui variabel yang paling berpengaruh dalam pemilihan moda yaitu variabel kondisi kendaraan. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa angkutan plat hitam dapat tetap eksis melayani pergerakan penduduk di sepanjang koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari. Dengan adanya pertimbangan bahwa angkutan plat hitam masih diminati sehingga masih tetap eksis pada koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari, maka usaha perbaikan sistem angkutan umum di koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari dilakukan dengan membuat mekanisme dalam pengelolaan angkutan plat hitam sehingga dapat mendudukkannya secara legal ke dalam sistem angkutan umum pada koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari. Usaha lain yang dilakukan adalah dengan dengan memperhatikan peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum terutama kualitas kondisi kendaraannya yang dilihat dari kondisi badan kendaraan, kondisi tempat duduk dan tempat berdiri, kondisi alat-alat standar kendaraan Keywords : kompetisi moda angkutan umum, pelayanan, eksistensi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan dan perkembangan wilayah dipengaruhi oleh pertambahan penduduk yang membutuhkan suatu wadah untuk aktivitas kehidupan. Aktivitas penduduk yang berbagai macam membuat mereka perlu untuk saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhannya sehingga munculah pergerakan. Kegiatan pergerakan penduduk ini selanjutnya disebut sebagai kegiatan transportasi, yaitu kegiatan yang terjadi karena adanya perpindahan manusia dan/ atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya (Warpani, 1990). Pergerakan penduduk ini membutuhkan sarana digunakan untuk melawan jarak antar tempat yang satu ke tempat yang lain. Dengan digunakanya suatu moda maka keputusan untuk melakukan pergerakan dapat dilakukan dengan cepat. Secara umum sarana transportasi atau moda transportasi ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu angkutan pribadi dan angkutan umum. Penggunaan angkutan umum pada sistem transportasi kota sangat penting karena angkutan umum adalah sarana yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat kota. Masyarakat perkotaan pada dasarnya terbagi menjadi dua kelompok utama yaitu kelompok choice dan kelompok captive. Kelompok choice ini adalah orang-orang yang mempunyai pilihan (choice) dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya. Kelompok choice ini merupakan orang-orang yang dapat menggunakan kendaraan pribadi karena mampu secara finansial untuk memiliki kendaraan pribadi, secara legal memikiki SIM dan secara fisik cukup sehat dan mampu mengemudikan sendiri kendaraannya. Sedangkan kelompok captive adalah kelompok orang yang tergantung pada angkutan umum untuk pemenuhan kebutuhan mobilitasnya. Kelompok ini terdiri dari orang-orang yang tidak dapat mengunakan kendaraan pribadi dengan alasan tidak dapat menggunakan kendaraan pribadi, baik karena alasan fisik (terlalu kecil, sakit atau terlalu tua), alasan legal (tidak memiliki SIM) atau alasan finansial (tidak memiliki kendaraan pribadi) (LPM ITB, 1997: II-3). Dengan semakin banyaknya jumlah kelompok captive maka makin banyak pula jumlah pengguna angkutan umum, yang berarti makin banyak pula tingkat kebutuhan akan sistem angkutan umum. Namun jika kondisi angkutan umum relatif baik, maka jumlah kelompok choice yang menggunakan angkutan umum cukup signifikan. Sebaliknya jika kondisi pelayanan angkutan umum jelek, maka banyal orang yang akan menjadi kelompok choice dan menggunakan kendaraan pribadi dalam melakukan pergerakannya. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka jumlah penggunaan kendaraan pribadi akan semakin meningkat dan akan menjadi beban lalu lintas yang semakin besar dari waktu ke waktu.

2 Namun dalam perkembangannya saat ini keberadaan angkutan umum sebagai suatu solusi pemenuhan kebutuhan pergerakan masyarakat mengalami perkembangan yang cukup memprihatinkan. Kondisi yang memprihatinkan ini dapat terlihat dari tingkat pelayanan yang rendah dan kurang manusiawi, pola dan sistem manajemen pengelolaan lemah, daya angkut (kapasitas) yang terbatas, tingkat kecelakaan yang relatif tinggi serta tingkat aksesibilitas terhadap sistem angkutan umum masih terbatas (LPM ITB, 1997: I-5). Selain itu penyediaan sarana dari pemerintah yang masih terbatas, sedangkan sektor swasta belum berkembang dengan baik, efektif dan efisien membuat penyediaan angkutan umum yang belum memadai sehingga semakin memperburuk citra mereka yang pada akhirnya menyebabkan semakin rendahnya tingkat pemakaian angkutan umum. Namun secara keseluruhan permasalahan utama mengenai angkutan umum akan timbul bila tidak terjadi keseimbangan antara permintaan (demand) dengan penyediaan (supply). Sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan angkutan umum akan berjalan dengan baik apabila tercipta keseimbangan antara penyediaan dan permintaan (Warpani, 1990:171). Tingkat pemenuhan keinginan masyarakat terhadap angkutan umum adalah tingkat pencapaian dari pelayanan yang diberikan terhadap apa yang diharapkan masyarakat. Tentu saja di sini yang diharapkan masyarakat adalah sistem angkutan umum dalam kondisi ideal yaitu mempunyai tarif terjangkau, tingkat frekuensi tinggi, kecepatan tempuh memadai dan tingkat keselamatan dan kenyamanan cukup (Warpani, 2002: 41). Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang juga mengalami permasalahan transportasi. Penyediaan sarana dan prasarana angkutan publik oleh Pemerintah Kota Semarang masih sangat terbatas, sedangkan sektor swasta penyelenggara angkutan publik di kota ini belum berkembang dengan baik (Kusharjoko, 2002). Saat ini kota Semarang dilayani oleh berbagai jenis angkutan umum resmi yang meliputi bus kota, angkutan umum non bus atau yang lebih dikenal dengan mikrolet dan taksi dimana masing-masing moda angkutan umum tersebut beroperasi pada trayek yang berbeda-beda ke seluruh kawasan di kota Semarang. Namun di beberapa kawasan permukiman di pinggiran kota Semarang seperti di Kecamatan Tembalang, Kecamatan Genuk dan Kecamatan Mijen tidak dilayani oleh angkutan umum resmi. Akibatnya muncullah angkutan umum tidak resmi yaitu angkutan plat hitam yang dapat melayani penduduk pada kawasan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada kawasan yang tidak dilayani oleh angkutan umum resmi baik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta maka muncul angkutan umum tidak resmi yaitu angkutan plat hitam. Pelayanan angkutan plat hitam ini tidak hanya pada kawasan permukiman di pinggiran kota yang belum terlayani oleh angkutan umum saja, namun juga terdapat pada kawasan pusat kota yang telah dilayani oleh berbagai angkutan umum resmi. Seperti halnya yang terjadi pada koridor jalan antara Pasar Jatingaleh hingga Gereja Randusari yang terletak di kawasan pusat kota Semarang.

3 Koridor ini merupakan jalur lalu lintas yang menghubungkan antara Pasar Jatingaleh dan Gereja Randusari yang terletak di BWK I dan BWK II yang merupakan pusat pelayanan umum di kota Semarang. Koridor ini menghubungkan antara kawasan permukiman dan kawasan-kawasan lainnya seperti kawasan perkantoran, kawasan pendidikan, kawasan perdagangan dan jasa dan kawasan pelayanan kesehatan di kedua BWK tersebut. Koridor ini bisa dikatakan koridor gemuk karena dilewati oleh angkutan umum resmi yaitu bus Damri dan bus sedang (bus non Damri). Namun beragamnya jenis angkutan umum yang melayani koridor ini tidak membuat pelayanan angkutan umum dapat mencukupi permintaan (demand) dari masyarakat sehingga muncullah angkutan plat hitam. Angkutan plat hitam merupakan angkutan umum yang tidak resmi karena tidak mempunyai ijin beroperasi dari instansi yang berwenang. Angkutan plat hitam ini hanya melayani pergerakan penduduk dengan trayek antara Pasar Jatingaleh hingga Gereja Randusari, sehingga pergerakannya hanya sebatas di sepanjang koridor tersebut yaitu sepanjang 7 kilometer. Pelayanan angkutan plat hitam ini sudah dimulai sejak tahun 1980. Pada awal keberadaannya di tahun 1980-an angkutan plat hitam ini berjumlah kurang lebih 30 armada dan semakin tahun semakin bertambah. Pelayanan angkutan plat hitam pada awal-awal keberadaannya karena masih kurangnya penyediaan angkutan umum resmi oleh pemerintah maupun swasta, sedangkan demand yang ada cukup banyak. Namun sekarang ini angkutan umum resmi baik yang disediakan oleh pemerintah dalam bentuk bus Damri maupun swasta dalam bentuk bus non Damri yang melewati koridor Pasar Jatingaleh - Gereja Randusari sudah cukup banyak jumlahnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya trayek bus Damri yaitu trayek Perumahan Banyumanik Pasar Johar yang dilayani sebanyak 17 unit bus dan trayek Terminal Banyumanik Terminal Terboyo yang dilayani 8 unit bus, serta bus non Damri dengan trayek Sub Terminal Pudak Payung Terminal Terboyo dan trayek Terminal Terboyo Perumahan Payung Mas yang masing-masing trayek dilayani oleh 18 unit bus. Namun dengan jumlahnya yang cukup banyak tidak membuat bus Damri dan bus non Damri ini dapat melayani pergerakan penduduk di sepanjang koridor Pasar Jatingaleh Gereja Randusari ini dengan baik, sehingga sampai sekarang angkutan plat hitam masih tetap ada pada koridor ini meskipun jumlahnya sudah menurun. Pada tahun 2000-an angkutan plat hitam mengalami jumlah yang paling besar yaitu sebanyak 90 armada. Peningkatan armada ini salah satunya disebabkan buruknya pelayanan angkutan-angkutan umum resmi pada saat itu sehingga pengguna lebih memilih menggunakan angkutan plat hitam. Namun mulai tahun 2003 hingga sekarang jumlah armada angkutan plat hitam yang beroperasi di sepanjang koridor Pasar Jatingaleh Gereja Randusari semakin menurun hingga sekarang jumlahnya sebanyak 60 armada (Hasil observasi, 2005). Namun meskipun jumlanya semakin menurun, keberadaan angkutan plat hitam ini tetap saja membuat kompetisi antar