BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Pada tahun 2008, WHO mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih menggunakan sistem pengobatan tradisional. Di Indonesia obat herbal memilki peran penting dalam bidang kesehatan masyarakat dalam hal aspek pengobatan sebagai agen preventif, promotif bahkan kuratif. Salah satunya adalah kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.). Tumbuhan berbunga indah ini ditanam sebagai penghias halaman rumah dan secara empiris digunakan sebagai pelembut kulit, peluruh dahak, dan penurun panas (Depkes, 1985). Salah satu penyakit seperti bronkitis dan infeksi saluran nafas dapat menyebabkan peningkatan sekresi dahak (Ikawati, 2007). Peningkatan produksi mukus terjadi pada kondisi tersebut, dan mukus yang diproduksi sifatnya kental, sehingga hal ini berpengaruh pada pernafasan. Mukus kental dapat dikeluarkan melalui proses pengenceran. Secara fisiologis silia tidak mampu mengeluarkan mukus karena terlalu kental (Hitner dan Nagle, 1999). Selaput lendir dari saluran pernafasan bagian atas dilapisi oleh bulu getar. Lendir disapu oleh bulu getar dengan gerakan berombak perlahan yang terus-menerus, ke arah batang tenggorokan dan selanjutnya dikeluarkan dengan meludah atau ditelan. Komposisi mukus usus sapi mirip dengan mukus manusia (Dukes, 1995; Indrawati dkk., 1
2009). Banyak penelitian terhadap bunga kembang sepatu, akan tetapi penelitian mengenai daun kembang sepatu dengan konsentrasi optimum penggunaan sebagai mukolitik secara in vitro belum ada. Penelitian yang telah dilakukan adalah Murukmihadi dkk., (2011) melakukan penelitian tentang aktivitas pengenceran mukus sirup fraksi tidak larut etilasetat bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) terhadap mukus usus sapi secara in vitro. Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) secara empiris, digunakan sebagai obat batuk dan sariawan dengan cara merebus daun kembang sepatu sebanyak 15 s/d 30 gram dengan air sampai mendidih selama ± seperempat jam, disaring lalu airnya diminum (Steven, 2012). Penggunaan daun kembang sepatu sebagai obat tradisional pada masyarakat masih berdasarkan pada pengalaman empiris. Pengunaan rebusan daun kembang sepatu secara langsung dinilai tidak praktis, efektif, dan acceptable. Penggunaan dalam bentuk ekstrak daun kembang sepatu dinilai lebih efektif. Maka dikembangkan pemanfaatannya penelitian pada pengaruh beberapa variasi konsentrasi ekstrak etanolik daun kembang sepatu terhadap aktivitas mukolitik secara in vitro. Penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas mukolitik secara in vitro pada beberapa variasi konsentrasi ekstrak daun kembang sepatu yang dibuat dalam bentuk sediaan sirup. Sirup banyak disukai karena rasanya dan sirup cocok digunakan bagi yang sukar menelan, cepat diabsorpsi, serta dapat mengurangi resiko terjadinya iritasi pada mukosa lambung (Aulton, 2007). Untuk mengetahui 2
efek mukolitik menggunakan metode in vitro sederhana melalui pengukuran obat terhadap viskositas mukus usus sapi. Asetilsistein merupakan obat yang beredar dipasaran dan berefek sebagai mukolitik. Asetilsistein dapat digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui efek mukolitik secara in vitro dengan menurunkan viskositas mukus usus sapi (Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, 1991), serta digunakan pembanding rebusan daun kembang sepatu sebagai pembanding empiris untuk mengetahui dosis pemakaiannya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bukti ilmiah adanya aktivitas mukolitik pada daun kembang sepatu merah muda sehingga dapat diformulasikan menjadi bentuk sediaan obat dengan konsentrasi seminimal mungkin berdasarkan hasil uji fisik sirup sehingga dapat dijadikan alternatif pengobatan batuk bagi masyarakat. B. Rumusan Masalah Dalam penelitan ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan diselesaikan, antara lain: 1. Apakah ekstrak etanolik daun kembang sepatu (Hisbiscus rosa-sinensis L.) memiliki aktivitas mukolitik secara in vitro dengan cara menurunkan viskositas mukus usus sapi? 2. Berapakah konsentrasi ekstrak etanolik daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) yang memiliki aktivitas mukolitik setara dengan asetilsistein 0,1%? 3
3. Apakah formula sirup ekstrak etanolik daun kembang sepatu secara in vitro memilki efek mukolitik dengan cara menurunkan viskositas mukus usus sapi dan berapakah konsentrasi optimumnya formula sirup ekstrak etanolik daun kembang sepatu yang memiliki aktivitas mukolitik setara dengan rebusan daun kembang sepatu dan asetilsistein 0,1%? 4. Bagaimanakah profil KLT fase etilasetat yang terkandung dalam ekstrak etanolik daun kembang sepatu? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kembang sepatu telah banyak dilakukan mengenai khasiatnya maupun kandungan zat aktif dari bunga kembang sepatu. Penelitian yang dilakukan oleh Murrukmihadi dkk., (2011) menunjukkan bahwa fraksi tidak larut etilasetat ekstrak metanol bunga kembang sepatu warna merah dari sediaan sirup dengan kadar 2,00% dapat menurunkan viskositas mukus usus sapi secara in vitro dan penelitian Juliantoni (2014) telah melakukan optimasi formula sirup ekstrak etanolik daun kembang sepatu yang memiliki aktivitas mukolitik yang stabil selama 4 minggu penyimpanan. Daun kembang sepatu digunakan secara empiris dengan cara merebus (Steven, 2012). Maka pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas mukolitik ekstrak kental daun kembang sepatu dengan variasi kadar yang dibuat secara maserasi untuk mengetahui konsentrasi optimum penggunaan dan dibuat sediaan sirup yang banyak disukai karena rasanya yang dibandingkan dengan sirup rebusan daun kembang sepatu untuk mengetahui akseptabilitasnya. 4
D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui aktivitas mukolitik ekstrak etanolik daun kembang sepatu secara in vitro menggunakan mukus usus sapi. 2. Mengetahui konsentrasi ekstrak etanolik daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) yang memiliki aktivitas mukolitik setara dengan asetilsistein 0,1%. 3. Mengetahui aktivitas mukolitik formula sirup ekstrak etanolik daun kembang sepatu secara in vitro menggunakan mukus usus sapi dan mengetahui konsentrasi optimum formula sirup ekstrak etanolik daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) yang memiliki aktivitas mukolitik setara dengan rebusan daun kembang sepatu dan sirup asetilsistein 0,1%. 4. Mengetahui profil KLT fase etilasetat senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun kembang sepatu. 5