BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. internasional tidak bisa lepas dari hal-hal yang sedang dan akan berlangsung di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat suku bunga. Tingginya tingkat suku bunga seolah menjadi bayang-bayang

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000) Michael P Todaro, Ekonomi Untuk Negara Berkembang (Bumi Aksara:

BAB I PENDAHULUAN. tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan stabil selama lebih kurang tiga puluh tahun tiba-tiba harus. langsung berdampak pada perekonomian dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA TAHUN 1997.I IV

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di mana di dalam pembangunan ini tidak bisa terlepas. penggerak pertumbuhan dan mengurangi kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap negara membutuhkan modal untuk membiayai proyek

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengaruh nilai tukar rupiah

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB I PENDAHULUAN. yang artinya masih rentan terhadap pengaruh dari luar. Oleh karena itu perlu adanya fundasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA SBI, DAN NILAI TUKAR RP/USD TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dan kaya dari segi jumlah penduduk, luas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990 aliran investasi asing langsung (Penanaman Modal Asing, PMA)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA SKRIPSI

Perekonimian Indonesia

BABI PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang, dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan secara terbuka dan lebih meluas ke negara-negara lain. Keterbukaan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan yang rendah, infrastruktur yang relatif terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang kurang jika dibandingkan dengan norma global. Negara berkembang dapat juga dikaitkan dengan jumlah penduduk yang padat dan tingkat perekonomian yang relatif rendah. Todaro (2004) mengemukakan ciri-ciri negara berkembang salah satunya adalah mayoritas penduduk bermata pencaharian sektor pertanian. Industri yang ada meliputi industri yang berlatar belakang agraris dengan memanfaatkan hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan perekonomiannya pemerintah tidak luput akan adanya interaksi dari pihak swasta ataupun negara-negara lain. Dalam hal ini, Indonesia tentu memerlukan pembiayaan yang cukup besar untuk membangun perekonomian yang merata dan sejahtera bagi rakyatnya seperti yang ditegaskan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Indonesia belum mampu untuk menyediakan seluruh dana pembangunan tersebut salah satu penyebabnya adalah besarnya tabungan domestik masih kurang memenuhi investasi yang dibutuhkan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Sri Sumarni (2007) kesenjangan antara tabungan domestik dan kebutuhan investasi (saving investment gap) yang diperlukan dalam mencapai satu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu, mengharuskan pemerintah untuk mencari alternatif sumber pembiayaan lain. Oleh 1

karena itu, pemerintah selain menggali sumber pembiayaan dalam negeri juga melakukan kebijakan dalam mendapatkan sumber-sumber dana dari luar negeri, diantaranya adalah pinjaman luar negeri, investasi asing, dan hibah. Jika pemerintah suatu negara terus-menerus mengandalkan utang luar negeri dalam menutupi defisit dana yang dibutuhkan dalam pembangunan, maka hal ini akan mengakibatkan penumpukan utang dalam jangka panjang dan akhirnya akan menjadi beban tersendiri yang harus ditanggung oleh negara tersebut. Gambar 1.1 berikut memuat besar utang pemerintah dan bank sentral, utang swasta, dan total utang luar negeri Indonesia. Gambar 1.1 Posisi Utang Luar Negeri Indonesia dalam Juta US$ Tahun 2008-2012 Sumber : Bank Indonesia, 2013 Gambar 1.1 menunjukkan posisi utang luar negeri Indonesia, dimana terus mengalami kenaikan yang signifikan hingga mencapai angka 183.740 juta US$ pada tahun 2012, hanya mengalami penurunan yang relatif kecil pada 2

tahun 2008 yaitu 132.633 juta US$ yang sebelumnya pada tahun 2005 sebesar 134.594 juta US$. Hal ini terjadi karena ada penurunan pada total utang pemerintah dan bank sentral yaitu sebesar 75.820 US$ di tahun 2009. Setiap tahun pemerintah dan swasta Indonesia berkewajiban untuk membayar utang luar negeri tersebut beserta bunga kepada negara-negara kreditur. Pemerintah menganggarkan pembayaran utang luar negeri tercatat di dalam APBN setiap tahunnya. Selain utang luar negeri pemerintah dapat mengupayakan sumber dana dari luar negeri antara lain dengan investasi asing dan investasi asing portofolio yaitu penanaman modal oleh pihak asing yang masuk kedalam pasar modal Indonesia. Sarwedi (2002) menyatakan bahwa sumber pembiayaan yang berasal dari investasi asing langsung merupakan pembiayaan luar negeri yang paling potensial dibandingkan dengan sumber pembiayaan luar negeri lainnya. Investasi asing langsung lebih penting dalam menjamin keberlangsungan pembangunan jangka panjang dibandingkan dengan aliran bantuan atau modal portofolio, sebab terjadinya Investasi asing langsung disuatu negara akan diikuti dengan transfer of technology, know- how, management skill, resiko usaha relatif kecil, dan lebih profitable. Sejalan dengan pernyataan Sarwedi, jurnal penelitian tentang penanaman modal asing langsung yang dituliskan oleh Kesit Bambang (2003) juga menyatakan bahwa Investasi asing langsung mempunyai eksternalitas positif seperti masuknya stable inflow of foreign capital, peningkatan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nasional, 3

perbaikan neraca pembayaran, transfer teknologi, dan managerial skill dari perusahaan multinasional dan satu hal lagi dalam hal MP3EI (Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia) melalui peningkatan pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, dalam berbagai kesempatan kunjungan ke luar negeri, Presiden Jokowi selalu menekankan untuk mengundang kalangan investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia di berbagai bidang investasi terutama pembangunan infrastruktur. (Medanbisnisdaily.com/news/2015). Eksternalitas positif tersebut merupakan tujuan utama pemerintah dalam menarik Investasi asing langsung di Indonesia. Pada masa krisis ekonomi yang mengguncang Asia Tenggara pada tahun 1997-1998, perekonomian Indonesia sudah kembali menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang positif pada tahun berikutnya yaitu tahun 1999, namun hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan negara-negara tetangga yang juga terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand. Menurut Tulus Tambunan (2006) salah satu penyebabnya adalah masih belum intensifnya kegiatan investasi, termasuk arus investasi dari luar terutama dalam bentuk investasi asing langsung. Padahal era Orde Baru membuktikan bahwa investasi, khususnya investasi asing langsung, merupakan faktor pendorong yang sangat krusial bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Terutama melihat kenyataan bahwa sumber perkembangan teknologi, perubahan struktural, diversifikasi produk, dan pertumbuhan ekspor di Indonesia selama Orde Baru sebagian besar karena 4

kehadiran investasi asing langsung di Indonesia. Pemerintah telah mengeluakan UU RI No.25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. UU ini diharapkan dapat memberikan kepercayaan akan perlindungan hukum dan penyerderhanaan dalam perizinan dalam investasi untuk para investor asing dan lokal. Melalui Gambar 1.2 dapat dilihat besarnya PMDN dan investasi asing langsung atau Investasi asing langsung di Indonesia dari tahun 1998-2012 Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Investasi di Indonesia Tahun 1998-2012 250 200 150 100 50 0-50 -100-150 -200 98' 99' 00' 01' 02' 03' 04' 05' 06' 07' 08' 09' 10' 11' 12' Investasi Asing Langsung PMDN Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal 2013 Berdasarkan Gambar 1.2 dapat dilihat besarnya PMDN dan investasi asing langsung di Indonesia dari tahun 1998-2012 mengalami fluktuasi. Pada tahun 1998 dimana terjadi krisis ekonomi di Indonesia, investasi asing langsung ikut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu dari 4.628 juta US$ pada tahun 1996 menjadi 3.473 juta US$. Begitu pula pada saat terjadinya 5

resesi global pada akhir 2008 yang berdampak ke seluruh negara-negara dengan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Walaupun pada saat terjadinya resesi global Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 4,6 %, tetap mengalami penurunan pada masuknya investasi asing langsung. Pada tahun 2008 sebesar 14.871 juta US$ menjadi 10.815 juta US$ pada tahun 2009 dan terus meningkat secara signifikan hingga mencapai 24.564 juta US$ pada tahun 2012 Mudrajad Kuncoro (2009) dalam bukunya menuliskan bahwa untuk menunjukan kinerja dan potensi suatu negara terhadap investasi asing langsung dengan melihat berbagai indikator, salah satunya adalah indikator makro ekonomi, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) sejak tahun 1998 membuat suatu matriks yang dibagi dalam empat bagian, yaitu (1) front runner; yaitu negara dengan kinerja dan potensi investasi asing langsung yang tinggi, (2) above potential; yaitu negara dengan potensi investasi asing langsung yang rendah namun memiliki kinerja investasi asing langsung yang tinggi, (3) below potential; yaitu negara dengan potensi investasi asing langsung yang tinggi namun memiliki kinerja investasi asing langsung yang rendah, (4) under performers; yaitu negara dengan potensi dan kinerja investasi asing langsung yang rendah. Pada periode 2004-2010, Indonesia merupakan negara yang paling lemah dalam pengelolaan investasi asing langsung, sementara posisi Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam berada pada kategori front runners. Oleh karena itu, untuk mendorong masuknya investasi asing langsung yang lebih besar ke Indonesia, 6

diperlukan penelitian akan faktor- faktor yang mempengaruhui besarnya arus investasi asing langsung di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu meninjau besar pasar suatu negara dengan melihat produk domestik bruto tiap tahunnya yang mempengaruhi secara signifikan akan masuknya investasi asing langsung di suatu negara. Isabel Faeth (2005) di dalam penelitiannya menyebutkan besarnya pasar di negara Australia yaitu dengan melihat PDB berpengaruh signifikan terhadap investasi asing langsung yang masuk kedalam perekonomian Australia. Dalam beberapa tahun terakhir PDB Indonesia terus mengalami kenaikan, hal ini ditunjukkan melalui Gambar 1.3 berikut Gambar 1.3 Produk Domestik Bruto Indonesia (Harga Berlaku) Tahun 1993-2012 9000000 8000000 6,49% 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 4,63% 6,35% 6,22% 6,01% 5,69% 4,78% 5,50% 3,64% 0,79% 5,03% 7,24% 8,22% 4,70% 4,50% 7,61% 7,82% -13,27% 5,35% 5,78% Sumber : BPS, 2014 7

Berdasarkan Gambar 1.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 1993-2012 besarnya PDB Indonesia atas dasar harga berlaku terjadi kenaikan setiap tahunnya, dengan tahun dasar 1993 maka dapat dilihat adanya kenaikan besarnya PDB pada tahun 1998 yaitu 955.733,90 miliar rupiah menjadi 1.099.731,80 miliar rupiah pada tahun 1999. Walaupun terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 berpengaruh pada laju pertumbuhan produk domestik bruto yang negatif yaitu -13,16% dengan angka 627.695,90 miliar rupiah tetapi pada tahun-tahun berikutnya produk domestik bruto Indonesia terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2012 mencapai angka 8.241.938,40 miliar rupiah Selain produk domestik bruto, besarnya suku bunga suatu negara juga diyakini memiliki pengaruh terhadap besarnya investasi asing langsung kedalam perekonomian. Sadono Sukirno (2000) menyatakan bahwa terjadinya investasi harus mempertimbangkan akan besarnya suku bunga, apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat pengembalian modal, maka investasi yang direncanakan tidak menguntungkan, oleh sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan. Tingkat suku bunga di Indonesia mengacu pada besarnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia biasa disebut SBI saat ini disebut BI Rate. Dalam menentukan besarnya BI Rate, Bank Indonesia selaku lembaga pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan moneter selalu memperhatikan keadaan perekonomian yang terjadi, karena besarnya BI Rate akan direspon oleh suku bunga di bank-bank umum yang berpengaruh pada perekonomian. 8

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Tri Rahayu (2010), menyatakan bahwa besarnya suku bunga sangat berpengaruh terhadap arus investasi asing langsung di Indonesia, dimana suku bunga berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap investasi asing langsung di Indonesia. Pentingnya studi yang mendalam untuk pemerintah dalam menentukan besar kecilnya suku bunga sesuai dengan keadaan perekonomian yang dibutuhkan, karena akan mempengaruhi investasi, baik asing maupun dalam negeri. Sesuai dengan pernyataan Gregory Mankiw (2003) di dalam bukunya bahwa besarnya investasi tidak terlepas dari besarnya suku bunga. Gambar 1.4 berikut memuat besarnya persentase suku bunga riil Indonesia. Gambar 1.4 Suku Bunga Riil Indonesia (Persen) 1998-2012 Sumber: World Bank, 2013 Berdasarkan pada Gambar 1.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 1998 suku 9

bunga riil Indonesia mengalami besaran yang negatif yaitu sebesar -24,6 persen, hal ini terjadi karena pada tahun 1998 terjadi inflasi yang tinggi yaitu sebesar 78,5 persen dimana tingkat suku bunga pinjaman pada tahun itu sebesar 53,9 persen. Terjadi fluktuasi besarnya suku bunga riil Indonesia disebabkan oleh inflasi dan kebijakan pemerintah dalam menentukan besarnya tingkat suku bunga. Pada tahun 2009 hingga 2011 perkembangan suku bunga riil cenderung stabil hingga mencapai angka 5,75 persen pada tahun 2012. Padjar Iswara dalam Agustina Endah (2010) menyatakan suku bunga Indonesia masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya di kawasan Asia, oleh karena itu, faktor ini dianggap sebagai salah satu penyebab masih rendahnya investasi di Indonesia dibandingkan negara lainnya, faktorfaktor tersebut seperti jaminan keamanan, stabilitas politik, dan kepastian hukum, tampaknya menjadi suatu permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Bahkan otonomi daerah yang sekarang diterapkan di Indonesia dianggap menjadi permasalahan baru dalam kegiatan investasi di beberapa daerah. Perkembangan ekspor Indonesia ke berbagai negara tujuan bersifat fluktuatif, dan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian internasional. Beberapa studi tentang ekspor pernah dilakukan di Indonesia, salah satunya dilakukan oleh Mila (2006) yang menguji analisis ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Studi lain yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi juga dilakukan oleh Aliman dan Purnomo (2001), mereka menguji tentang kausalitas antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Hasil studinya mengatakan bahwa dalam jangka pendek ekspor dapat mendorong investasi di Indonesia. Gambar 1.5 10

menampilkan besarnya Nilai Total Ekspor dan Impor melalui neraca perdagangan di Indonesia tahun 2003-2012. Gambar 1.5 Neraca Perdagangan Indonesia 2003-2013 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 Besarnya nilai ekspor Indonesia tidak terlepas akan peran pemerintah dalam pengambilan kebijakan dan kondisi perkonomian domestik ataupun dunia serta kondisi politik domestik yang terjadi. Selama tahun 2003 hingga tahun 2012, nilai total ekspor Indonesia mengalami fluktuasi. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2003 hingga 2011 neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus, namun mengalami penurunan surplus yang cukup ekstrem pada tahun 2008. Dapat dilihat dari Gambar 1.3 sesungguhnya pada tahun 2008 ekspor indonesia meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, namun juga dibarengi meningkatnya kegiatan impor. Sehingga surplus dari neraca perdagangan menurun tajam. Selanjutnya neraca perdagangan indonesia mulai mengalami penguatan kembali pada tahun 11

2009 hingga 2011, namun pada tahun 2012 mengalami defisit sebesar 1.6 Miliar USD. Hal ini disebabkan karena melemahnya kegiatan ekspor pada tahun tersebut. Namun penyebab yang lebih dominan mempengaruhi neraca perdagangan tahun 2012 adalah meningkatnya kegiatan impor. Secara garis besar investasi asing langsung yang diharapkan yaitu bukan hanya investasi jangka pendek melainkan investasi yang dapat mengurangi adanya permasalahan pendanaan dalam pembangunan secara berkala dan berkelanjutan, serta pada akhirnya mencapai pembangunan ekonomi dan kesejahteraan yang merata. Gillis dalam Basuki Soelistyo (1997) menyatakan bahwa dari pengalaman di banyak negara, apapun pandangan yang diyakini, investasi asing langsung tetap bermanfaat bagi negara penerima. Berdasarkan pada hal tersebut, peneliti ingin mencoba menemukan variabel- variabel makro ekonomi apa saja yang mempengaruhi Investasi Asing Langsung di Indonesia, sebagai pertimbangan pengambilan kebijakan oleh pemerintah agar pembangunan di Indonesia dapat bergerak ke arah yang lebih baik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 1. Bagaimana pengaruh PDB, Suku Bunga, dan Nilai Total Ekspor secara serempak terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia periode 1993-2012? 2. Bagaimana pengaruh dari masing-masing variabel; PDB, Suku Bunga, 12

dan Nilai Total Ekspor secara parsial terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia periode 1993-2012? 3. Variabel manakah diantara PDB, Suku Bunga, dan Nilai Total Ekspor yang paling dominan berpengaruh terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia periode 1993-2012? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh PDB, Suku Bunga dan Nilai Total Ekspor secara serempak terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia periode 1993-2012. 2. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel; PDB, Suku Bunga dan Nilai Total Ekspor secara parsial terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia periode 1993-2012. 3. Untuk mengetahui variabel manakah diantara PDB, Suku Bunga, dan Nilai Total Ekspor yang paling dominan berpengaruh terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia periode 1993-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, dalam arti hasil penelitian ini dapat menambah dan memperkaya bahan pustaka yang sudah ada baik sebagai pelengkap maupun bahan perbandingan. 13

2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan pertimbangan bagi pemerintah khususnya dalam merumuskan dan menentukan kebijakan dalam perdagangan internasional pada umumnya dan kebijakan investasi asing langsung di Indonesia khususnya. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah kemudian dirumuskan ke dalam pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini diuraikan teori dan materi yang relevan yang mendukung dalam pemecahan masalah. Teori-teori yang diuraikan dalam bab ini antara lain Konsep Investasi Asing Langsung, Teori-teori Investasi yang terdiri dari Teori Konsep Marginal Efficiency of Capital; Teori Klasik (Pengaruh Tingkat Bunga Terhadap Investasi); Teori Keynes dan Teori Harrod Domar, Teori Kurs Valuta Asing, Hubungan PDB dengan Investasi Asing Langsung di Indonesia, Hubungan Suku Bunga dengan Investasi Asing Langsung di Indonesia, dan Hubungan Nilai Total Ekspor dengan Investasi Asing Langsung di Indonesia. Selain itu diuraikan pula penelitian terdahulu dan rumusan hipotesis. 14

BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian, Lokasi penelitian dan ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda, Uji Signifikansi Koefisien Regresi yaitu uji F dan uji t, Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Normalitas; Uji Multikolinearitas; Uji Autokorelasi dan Uji Heteroskedastisitas, serta Standardized Coefficients Beta. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini menguraikan mengenai Deskripsi Perkembangan Variabel; Perkembangan Investasi Asing Langsung di Indonesia, Perkembangn PDB di Indonesia, dan Perkembangan Suku Bunga di Indonesia, dan pembahasan uji analisis linier berganda, uji simultan (uji F), uji parsial (uji t), uji asumsi klasik, serta standardized coefficients beta. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dari hasil pembahasan dan saran yang yang dapat diberikan sehubungan dengan simpulan yang diperoleh. 15