BAB II STUDI PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Umum

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE)

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

BAB IV METODE PENELITIAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir.

PENGARUH PENAMBAHAN GABUNGAN BATU KAPUR DAN KAPUR PADAM PADA CAMPURAN BETON K 300

PERBANDINGAN EFISIENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACI DAN METODE SNI UNTUK MUTU BETON K-250 (STUDI KASUS MATERIAL LOKAL)

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

Scanned by CamScanner

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

PENGGUNAAN LIMBAH BAJA (KLELET) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA BETON. Hanif *) ABSTRAK

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

PEMANFATAN BEKAS SPESI UNTUK PEMBUATAN SPESI BARU

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BETON DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Viscocrete Kadar 0 %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

Transkripsi:

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah material yang dibentuk dari campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. Material ini telah digunakan sebagai bahan konstruksi sejak lama dan merupakan material yang paling banyak digunakan sebagai bahan konstruksi karena berbagai keuntungannya. Nilai kekuatan setara dengan daya tahan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya. Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, dan beton merupakan bahan bersifat getas. Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 2500 kg/m 3 menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintregrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran terbesar 0,5 mm. Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintregrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran 5-40 mm.

2.1.1 Semen Semen yang digunakan untuk bahan beton adalah Semen Portland, berupa semen hidraulik yang berfungsi sebagai bahan perekat bahan susun beton. Semen Portland terutama mengandung kalsium dan almunium silika. Empat senyawa dasar pembentuk semen Portland. Nama senyawa Rumus kimai Singkatan dalam idustri Lime (kapur) CaO C Alumina (Al2O3) A Silica (FeO2) S Iron (besi) (SiO2) F % berat dalam PC 60 66 3 8 19 25 1-5 Semen Portland yang dipakai harus memenuhi syarat SII 0013-81 dan Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI), sementara Semen Portland Pozzolan harus memenuhi syarat SII0132-75. Ada beberapa tipe Semen Portland antara lain, Semen Portland tipe I, II, III, IV, V. a. Semen Portland tipe I adalah semen sebaguna yang digunakan pada pekerjaan konstruksi biasa. b. Semen Portland tipe II adalah semen modifikasi yang mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah daripada semen tipe I dan memiliki ketahanan terhadap sulfat yang cukup tinggi. c. Semen Portland tipe III adalah semen dengan kekuatan awal yang tinggi akan menghasilkan, dalam waktu 24 jam, beton dengan dua kali kekuatan semen tipe I. Semen jenis ini memiliki panas hidrasi yang lebih tinggi.

d. Semen Portland tipe IV adalah semen dengan panas hidrasi yang rendah yang menghasilkan beton yang melepaskan panas dengan sangat lambat. Semen jenis ini digunakan untuk struktur-struktur beton yang sangat besar. e. Semen Portland tipe V adalah semen untuk beton-beton yang akan ditempatkan dilingkungan dengan konsentrasi sulfat yang tinggi. 2.1.2 Agregat Agregat terbagi atas agregat halus dan kasar. Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintregrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran terbesar 0,5 mm. Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintregrasi alami dari batu atau berupabatu pecah yang diperoleh dari industripemecah batu dan mempunyai ukuran 5-40 mm. Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dari Mutu dan Cara Uji Agregat Beton dalam SII 0052-80 atapun persyaratan dari ASTM C330 tentang specification for Concrete Agregate. Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai jumlah 70% - 75% dari seluruh volume massa padat beton. Untuk mencapai kekuatan beton yang baik perlu diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya, karena pada umumnya semakin keras massa agregat maka semakin tinggi kekuatan dan durability-nya (daya tahan terhadap penurunan mutu akibat pengaruh cuaca). untuk membentuk massa padat diperlukan susunan gradasi butiran agregat yang baik. Disamping bahan agregat harus mempunyai kekerasan, sifat kekal, tidak bersifat reaktif terhadap alkali, dan

tidak mengandung bagian-bagian kecil (< 70 micron) atau lumpur. Nilai kekuatan beton yang dicapai sangat ditentukan oleh mutu bahan agregat ini. 2.1.3 Air Air yang digunakan dalam proses pembuatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik atau bahan-bahan lain yang bersifat merusak beton. Sebaiknya dipakai air tawar bersih yang bisa diminum. selain itu proporsi air yang digunakan akan mempengaruhi kekuatan beton dan proses pengerjaannya. 2.2 Karakteristik material dalam proses daur ulang beton. Dalam melakukan penelitian ini kita perlu mengetahui karakteristik dari brangkal yang akan digunakan sebagai pengganti agregat kasar. Untuk mengetahui karakteristik brangkal meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Pencarian brangkal. dan abu dasar. b. Komponen terbesar dari brangkal dan abu dasar. c. Cara penghancuran brangkal. d. Ukuran awal brangkal. e. Ukuran brangkal yang digunakan di laboraturium beton. a. Pencarian brangkal dan abu dasar. Dalam pencarian brangkal beton untuk penelitian ini, bisa didapatkan dari pembongkaran bangunan beton maupun bekas pengujian kuat tekan beton di

laboraturium beton. Abu dasar bisa kita dapatkan ditempat-tempat lumbung padi, pabrik tahu, ataupun di pasar. b. Komponen terbesar dari brangkal. Karena penelitian ini menggunakan brangkal beton sebagai agregat kasar maka brangkal tidak boleh memiliki kandungan batu bata, genteng, keramik dan lain-lain. Melainkan susunan komponen yang terdapat pada brangkal sebagian besar terdiri dari campuran pasir dan kerikil dan sebagian diselimuti oleh pasta semen beku. Bagian pasta semen tersebut membedakan antara agregat dari brangkal dengan agregat alam (split). Sedangkan susunan abu dasar terdiri dari Silikon dioksida (SiO 2 ), Aluminium oksida (Al 2 O 3 ), dan Besi oksida (FeO 2 ) senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa dasar dalam pwmbuatan semen. Bahan ini bersifat pozzolan dan bereaksi dengan kalsium hidroksida serta alkali untuk membentuk senyawa-senyawa yang bersifat semen (cementitious). c. Cara penghancuran brangkal. Setelah diperoleh brangkal beton yang akan digunakan untuk penelitian ini maka brangkal tersebut dihancurkan sampai mencapai ukuran mendekati ukuran agregat kasar. Metode yang digunakan adalah tenaga manusia dengan menggunakan alat Bantu seperti palu dan pahat. d. Ukuran awal dari brangkal. Ukuran awal dari berangkal tidak bisa ditentukan karena berangkal yang dipakai sisasisa dari pembongkaran gedung-gedung, ukurannya bisa beraneka ragam, bahkan

mungkin bisa berbentuk menyerupai batuan atuapun pasir itu dikarenakan pada saat penbongkaran bangunan beton daihancurkan begitu saja. e. Ukuran brangkal yang digunakan di laboraturium beton. Meskipun brangkal yang akan dipakai dalam penelitian ini dihancurkan terlebih dahulu, akan tetapi brangkal yang dipakai untuk penelitian beton berukuran mendekati ukuran krikil/spit yang biasa dipakai dalam pembuatan beton. 2.3 Sifat Sifat Beton Segar Ada beberapa sifat-sifatbeton yang perlu diketahui secara detail antara lain: kemudahan pengerjaan / workability pada beton segar, homogenitas, kekuatan beton, keawetan beton, dan stabilitas bentuk beton. Seperti yang telah diketahui sifat-sifat beton keras seperti : kekakuan (strength), stabilitas volume (volume stability), durabilitas (durability) sangat dipengaruhi oleh derajat pemadatan beton. Oleh karena itu, beton segar harus mempunyai sifat-sifat konsistensi dan kelecakan yang sedemikian rupa agar beton dapat dipadatkan, diangkut, ditempatkan dan diselesaikan (finishing) dengan cukup mudah tanpa mengalami segregasi. 2.4 Kekuatan Beton Kekuatan merupakan sifat terpenting dari beton, meskipun demikian dalam beberapa hal sifat-sifat durabilitas/ketahanan, impermeabilitas/kekedapan, dan stabilitas volume lebih penting. Kekuatan beton merupakan parameter yang dapat memberikan

gambaran secara umum mengenai kualitas beton itu sendiri, karena kekuatan berkaitan langsung dengan kondisi struktur dalam pasta semen. Faktor utama yang berkaitan dengan kekuatan beton adalah porositas (porosity), yaitu volume relative pori-pori atau rongga dalam pasta semen. Faktor lain dapat berasal dari agregat yang dapat mengandung cacat dan dapat menjadi pemicu timbulnya retak pada bidang kontak antara agregat dan pasta semen. Perhitungan nilai aktual porositas dan retak sulit untuk dilakukan. Dari segi praktis, studi empiris (pendekatan) pada faktor-faktor / unsur-unsur yang mempunyai efek terhadap kekuatan beton lebih diperlukan. 2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton Kawetan beton adalah waktu yang dibutuhkan material untuk dapat melanjutkan pemakaiannya seperti yang telah direncanakan, walaupun terjadi serangan-serangan diluar fisik, mekanis, maupun kimiawi. Keawetan beton akan berkurang apabila terjadi korosi padatulangan, terjadi pengerutan, serangan kimiawi, pukulan / benturan pada beton serta tidak stabilnya agregat sehingga menimbulkan retakan pada beton. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton adalah : 1. Faktor lingkungan temperature dan kelembaban gas-gas hasil pembuangan pabrik seperti CO2, CO3 kimiawi seperti, sulfat dalam air tanah, air laut, air asam, alkali kondisi beton tersebut akan ditempatkan 2. Faktor komposisi dari bahan pembentuknya

tipe semen dan jenis agregat yangdigunakan iteraksi antara semen dan agregat perbandingan air / semen tebal selimut beton 2.4.2 Perawatan beton Perawatan beton / curring adalah dimaksudkan memelihara kelembaban dan suhu betin selama masa tertentu segera setelah beton selesai di cor sehingga sifat-saifat beton yang diinginkan dapat berkembang dengan baik. perawatan beton sangat berpengaruh pada sifat-sifat beto keras seperti keawetan, kekuatan, sifat rapat air, ketahanan abrasi, stabilitas volume dan ketahanan terhadap pembentukan serta pencairan dan terhadap garam-garam pencair es. Supaya perawatan beton dapat dilakukan dengan baik, harus diperhatikan dua hal berikut: mencegah kehilangan kelembaban (air) dari adukan memelihara temperatur untuk jangka waktu tertentu Beberapa metode untuk perawatan beton antara lain: 1. Perawatan basah metode ini menggunakan penggenangna ari diatas permukaan beton / direndam untuk di laboraturium, melapisi permukaan beton dengan plastik, karung basah, terpal, jerami, atau serbuk gergaji dan kertas kedap air. metode ini bertujuan untukmemberikan kelembaban pada beton selama proses hidarsi berlangsung. Umumnya jenis ini berlangsung dilapangan.

2. Perawatan kering metode ini bertujuan untuk membentuk selaput tipis pada permukaan beton sehingga dapat mencegah hilangnya air. Selaput yang terbentuk diperoleh dari campuran bahan kimia. perbedaan metode kering dengan metode basah adalah pada metode kering tidak menggunakan air. 3. Metode dengan memberikan panas dan kelembaban didalam beton (steam) Metode ini diberikan dengan memberikan uap panas ( steam) atau mengguanakan bekisting yang dipanaskan. tujuan utama dari metode ini adalah memperoleh kuat tekan yang tinggi pada usia awal agar beton dapat segera digunakan, terutama untuk beton prategang, juga biasa digunakan di pabrik pembuat elemen pracetak, panel beton dan tiang pancang. Pada saat ini sudah banyak pmbuatan beto dengan menambahkan zat aditif pada campuran beton agar cepat kering dan mengeras zat tersebut biasa disebut calbound. 2.5 Metode perhitungan dan langkah Mix design Pada penelitian ini metode perhitungan yang digunakan (SK SNI 15 1990 30) 1. Ambil kuat tekan beton yang disyaratkan fe pada umur tertentu 2. Hitung deviasi standar 3. Hitung nilai tambah 4. Hitung kuat tekan beton rata-rata yang ditagetkan fe 5. Tetapkan jenis semen 6. Tentukan jenis agregat kasar dan agregat halus

7. Tentukan faktor air semen 8. Tentukan faktor air semen maksimum 9. Tetapkan slump 10. Tentukan ukuran agregat maksimum 11. Tentukan kadar air bebas 12. Hitung besarnya air semen yang besarnya adalah kadar air bebas dibagi faktor air seman 13. Jumlah semen maksimum jika tidak ditetapkan bisa diabaikan 14. Tentukan jumlah semen minimum 15. Tentukan faktor air semen yang disesuaikan 16. Tentukan susunan besar agregat halus 17. Tentuakan persentase pasir 18. Hitunglah berat jenis agregat maksimun 19. Tentukan berat jenis beton 20. Hitung kadar agregat gabungan 21. Hitung kadar agregat halus 22. Hitung kadar agregat kasar 23. Koreksi proporsi campuran 24. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan yang sesungguhnya Langkah-langkah dalam pembuatan mix design 1. Analis ayak agragat halus

2. Analisa agregat kasar 3. Penentuan bobot isi gembur agregat halus 4. Penentuan bobot isi padat agregat halus 5. Penentuan bobot isi gembur agregat kasar 6. Penentuan bobot isi padat agregat kasar 7. Penentuan berat jenis dan penyerapan air agregat halus 8. Penentuan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar 9. Penentuan kadar lumpur agregat kasar dan agregat halus 10. Penentuan kadar zat organic agregat halus 11. Pengujian daya aus gesek 12. Rancangan campuran beton 13. Pengujian kuat tekan Pengerjaan campuran beton sendiri meliputi: 1. Persiapan alat dan bahan 2. Membuat adukan kering yang terdiri atas campuran semen, pasir dan kerikil sesuan perbandingan berat dan volume yang dibutuhkan untuk mendisain beton. 3. Masukan adukan kering tersebut kedalam mesin pengaduk (mixer), kemudia tambahkan air dengan volume yang sesuai dengan hasil perhitungan mix desain, aduk hingga tercampur rata. 4. Kemudian menentukan slump untuk melihat kehomogenan dari agregat yang telah diaduk.

5. Jika slump test sesuai dengan yang disayaratkan dalam perencanaan. Maka masukan adukan pada cetakan benda uji sedikit demi sedikit, untuk mendapatkan hasil yang baik. 6. Kemudian angkat cetakan tersebut keatas meja penggetar agar mendapat hasil cetakan yang baik. 7. Setelah sampel tersebut selesai dibuat, langkah selanjutnya melakukan pengujian terhadap sampel sesuai dengan perencanaan yaitu uji tekan yang dilakukan pada hari ke-3, 7, 14, 28 sehingga diperoleh data-data hasil pengujian kuat tekan.