PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERDASARKAN GENDER TERHADAP BERPIKIR RASIONAL SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130)

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA. (Artikel) Oleh KARTIKA AYU WULANDARI

I. PENDAHULUAN. Kemampuan memecahkan masalah merupakan satu aspek yang sangat. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130)

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

HUBUNGAN ANTARA GENDER DENGAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH. *Corresponding author, tel/fax: ,

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUSAAN KONSEP SISWA. (Artikel) Oleh MADE SETIA HARINI

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. *Corresponding author, telp: ,

PENGARUH PENGGUNAAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh Wana Ginandi Putra

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA SLIDE POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh MADE DEWI LESTARI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil di SMA Negeri 7 Bandar

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL INKUIRI TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI HAMA PENYAKIT TUMBUHAN

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh NI WAYAN NILA SRI LESTARI

PENGGUNAAN TEKNIK PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP ORGANISASI KEHIDUPAN. (Artikel) Oleh: Dian Yustie Anggraeni

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah pada bulan Mei semester genap Tahun Pelajaran

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA. (Artikel) Oleh IMRON ROSADI

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di MA Al-Hikmah Bandar Lampung pada 5-

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April di SMP Negeri 20 Bandar. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI. (Artikel) Oleh RAPENDA ESANTINO

I. METODE PENELITIAN. di SMPN 3 Tulang Bawang Tengah pada bulan Mei Bawang Tengah yang terdiri dari lima kelas. Sedangkan sampel dalam

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

Perbandingan Kemampuan Bernalar Fisika Siswa Laki-laki dan Perempuan SMA melalui Pendekatan Learning By Questioning

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Punggur Kabupaten Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Krui pada semester genap tahun

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

PENGARUH PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh IRA ROSITA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Tegineneng pada bulan Februari. semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di SMA Negeri 8 Bandar Lampung pada bulan. Oktober Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

PENGARUH PENERAPAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh RIA MUSTIKA

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI MODEL PBM TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (ARTIKEL) Oleh RAISA RAMADHANI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013

PENGARUH MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI POKOK JAMUR. (Artikel) Oleh Wulan Sari Irawati

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OBSERVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS OLEH SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester genap pada bulan

PENGARUH METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS. (Artikel) Oleh NURMALA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di SMA Negeri 1. Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD. Ikhwan Robi 1, Undang Rosidin 2, Viyanti 2,

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 tahun pelajaran

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2012 tahun pelajaran

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh WELLY MENTARI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung pada

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2011 di SMP Negeri 1

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada bulan Januari 2011

PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR. (Artikel) Oleh SARVIA TRISNIATI

PERBANDINGAN MODEL TWO STAY TWO STRAY DENGAN GALLERY WALK TERHADAP PENGUASAAN KONSEP

THE INFLUENCE OF THE INPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MAKE A MATCH TOWARD STUDENTS MATHEMATICAL COCEPTUAL UNDERSTANDING

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei di SMA Negeri 8 Bandar. Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

Ema Rochmaniar Suprayitno 1, Pramudiyanti 2, Rini Rita T. Marpaung 3 HP: ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh RENITA PRAHASTIANI

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS. (Artikel) Oleh SILFI AULIYANTI

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di SMP Negeri 2

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI MODEL KOOPERATIF TAI TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI SISWA

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh GADIS PRATIWI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 23 Bandar Lampung pada

PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA. (Artikel) Oleh DEWI CITRA HANDAYANI

Melina Oktaviani 1, Dwiyono Hari Utomo 2, J. P. Buranda 3, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODELS EFFECT TOWARD STUDENT S PROBLEM SOLVING SKILL

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap bulan Mei Tahun. Pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 1 Talang Padang.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERDASARKAN GENDER TERHADAP BERPIKIR RASIONAL SISWA Hotmauli Situmorang *, Tri Jalmo, Rini Rita T. Marpaung Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lampung *Corresponding author:hp: 085656960438, email: hotmaulisitumorang58gmail.com Abstract: The application of problem based learning model based on the gender of the student rational thinking. This research purpose was to know the influence of PBL based on the gender of the student rational thinking and the improvement. The quantitative data were rational thinking skills of students based on gender that were obtained from the score of pretest, posttest and N-gain. The qualitative data were students learning activity data. The results of study indicated that the application of PBL model could improve the skills of rational thinking female with N-gain of 54,29 and male students with N-gain of 41,37. The ability of female and male students from each indicators of rational thinking for problem-solving skills as an indicator of the highest but female had an average higher than male students. Average results of student learning activities showed that the percentage of student activity in females (76.62%) was higher than male students (52.26%). Thus, the application of PBL model based on gender have a significant effect in improving the rational thinking skills and students learning activities. Keyword: gender, problem based learning, rational thinking skills Abstrak: Penerapan model pembelajaran berbasis masalah berdasarkan gender terhadap berpikir rasional siswa. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh model PBM berdasarkan gender terhadap berpikir rasional siswa dan peningkatannya. Data kuantitatif berupa keterampilan berpikir rasional berdasarkan gender diperoleh dari nilai pretest, posttest dan N-gain. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar. Hasil penelitian penerapan PBM meningkatkan keterampilan berpikir rasional perempuan N-gain 54,29 dan lakilaki N-gain 41,37. Kemampuan perempuan dan laki-laki setiap indikator kemampuan berpikir rasional untuk kemampuan memecahkan masalah sebagai indikator yang paling tinggi namun siswa perempuan memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hasil rata-rata aktivitas belajar memperlihatkan persentase aktivitas siswa perempuan (76,62%) lebih tinggi daripada laki-laki (52,26%). Dengan demikian penerapan model PBM berdasarkan gender berpengaruh signifikan dalam meningkatkan keterampilan berpikir rasional dan aktivitas belajar siswa. Kata kunci : gender, keterampilan berpikir rasional, PBM 1

PENDAHULUAN Kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembelajaran dilihat dari implikasinya guna mencari solusi atas masalah dalam kehidupan sehari-hari (Behrman, Kliegman, dan Arvin, 2000: 130). Pembelajaran yang mengunggulkan kemampuan pemecahan masalah akan menciptakan generasi yang berdaya analitis tinggi sehingga mampu menempatkan diri dalam berbagai macam situasi (Widjajanti, 2009: 3). Oleh karena itu, penerapan pembelajaran berbasis pemecahan masalah dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran lulusan sarjana dan diploma yang tersurvey pada Mei 2014 sebanyak 4,31% (BPS, 2014: 3). Berpikir rasional erat kaitannya dengan pemecahan masalah. Menurut Syafruddin dan Anzizhan (dalam Fitriyanti, 2009: 41) berpikir rasional adalah seperangkat kemampuan yang digunakan untuk melihat apa yang kita peroleh untuk menemukan permasalahan dan tindakan yang akan mengarahkan kita pada pencapaian tujuan. Behrman (2000: 130) berpendapat bahwa bukan hanya perhitungan matematis saja yang membutuhkan pemecahan masalah, namun banyak subjek lain termasuk subjek sosial dan sains. Dalam penelitian White (2009 :17 37) menghasilkan bahwa siswa sukses dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang disajikan dengan bentuk yang unik seperti disajikan dalam cerita/novel di komputer (a novel computer-based learning environment) daripada yang hanya disajikan dengan bentuk yang sederhana. Prestasi belajar yang diukur melalui studi TIMSS tahun 2007 menunjukkan bahwa siswa Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 49 negara yang mengikuti studi tersebut. Selain itu, assessment PISA 2006 menampilkan sebanyak 41,3% siswa Indonesia menduduki level satu dalam memecahkan masalah. Berdasarkan kedua assessment internasional tersebut, dapat diartikan bahwa siswa Indonesia memiliki pengetahuan dasar matematika namun tidak cukup untuk digunakan dalam memecahkan masalah kehidupan rutin seperti memilih strategi dan memanipulasi bentuk dan ruang, serta memiliki pengetahuan dasar ilmiah namun hanya dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang familiar (Tjalla, 2009: 7-13). Masalah gender tidak dipungkiri pada kenyataannya bahwa secara umum terdapat sosial biologis antara perempuan dan laki-laki,dan perbedaan tersebut mempengaruhi pembelajaran (Rahmadhani, 2013:4). Hal tersebut dapat berpengaruh juga terhadap kemampuan berpikir rasional siswa yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang kebenaran yang meringankan suatu masalah siswa laki-laki dan perempuan. Bila dikaitkan denganperspektif gender, pemecahan masalah siswa laki-laki memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan yang lebih besar (Bestable 2002: 194). Siswa laki-laki memiliki skor tujuh poin lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan dalam pemecahan masalah. Bahkan dalam variasi pemecahan masalahnya pun siswa laki-laki memiliki poin yang lebih besar (OECD, 2014: 188). Dalam penelitiannya terhadap perbedaan umur dan gender, 2

D Zurilla (1998:250-251) mengemukakan bahwa perbedaan yang menonjol antara laki-laki dan perempuan terletak pada arah pengenalan masalahnya. Laki-laki lebih positif dan dikenal lebih cepat dan tanggap dalam mengenali masalah ketika mulai memasuki masa dewasa dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan penelitiannya, sejak masa kanak-kanak laki-laki memang lebih mudah dalam mengenali masalah, hanya saja kepedulian laki-laki dalam menyelesaikan masalah tersebut ketika masa kanakkanak lebih rendah dibandingkan dengan perempuan. Oleh sebab itu, sering ditemukan kurangnya antusiasme siswa laki-laki dalam belajar di kelas sehingga ia terlihat bermalas-malasan dan kurang berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan. Sedangkan pada siswa perempuan, antusiasme dalam belajar dan usaha menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru terlihat lebih tinggi meskipun kurang tanggap dalam mengenali masalah tersebut. Bassey, Joshua dan Alice (2008:56-60) menemukan bahwa dalam mata pelajaran matematika, lakilaki lebih unggul jika dibandingkan dengan perempuan. Selain fakta tersebut juga ada penelitian yang menyebutkan bahwa jenis kelamin ternyata memiliki keterkaitan dengan prestasi belajar. Wanita cenderung lebih berprestasi daripada laki-laki dalam nilai mata pelajaran (Bassey, Joshua dan Alice 2008: 56-60). Hasil kajiannya menunjukkan bahwa terdapat konsistensi yang lebih tinggi antara umur dan tingkat pendidikan bagi wanita dibanding dengan lakilaki. Secara implisit dapat diartikan bahwa wanita lebih berhasil di sekolah daripada laki-laki. Namun penelitian Fraine, Damme dan Onghena (2007 :132-150) menunjukkan korelasi yang lemah antara jenis kelamin dan prestasi akademik. Sehingga faktor jenis kelamin ini tidak dapat secara utuh atau menjadi satu-satunya aspek pembandingan prestasi belajar siswa. Perbedaan fungsi dan peran laki-laki dan perempuan ditentukan karena antara keduanya terdapat perbedaan kedudukan, fungsi, dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan pendidikan. Perbedaan jenis kelamin dalam pendidikan dapat terjadi dalam perolehan prestasi belajar. Perempuan dalam proses pembelajaran di kelas, pada dasarnya memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk aktif dalam proses pembelajarannya (Santrock 2009 : 217 ). Hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1 Belalau menunjukan bahwa masih rendahnya pencapaian penguasaan materi biologi, diketahui bahwa pada tahun ajaran 2013/2014 nilai rata-rata hasil ulangan harian pada materi keterkaitan kegiatan manusia dengan masalah perusakan dan pelestarian lingkungan yang diperoleh siswa laki-laki yaitu 60 dan siswa perempuan yaitu 65 masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berdasarkan gender terhadap kemampuan berpikir Rasional. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015 di SMP Negeri 1 Belalau semester genap tahun pelajaran 2014/2015 dengan populasi 3

seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Belalau dan sampel sebanyak 36 orang siswa laki-laki dan 36 orang siswa perempuan yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Desain penelitian ini pretespostes non-equivalen (Riyanto, 2001:43) adalah kelompok laki-laki dan kelompok perempuan diberi perlakuan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dan dikelompokkan sesuai dengan gender. Kelompok laki-laki dan kelompok perempuan mendapat tes awal dan tes akhir struktur desainnya sebagai berikut. Kelompok tes awal perlakuan tes akhir I O 1 X 1 O 2 II O 1 X 2 O 2 Keterangan: I = Kelompok Laki-laki; II =Kelompok Perempuan; O 1 = Pretest; O 2 = Posttest; X 1,X 2 =Perlakuan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Gambar 1. Desain pretes-postes nonequivalen. Data kuantitatif, yaitu kemampuan berpikir rasional siswa yang diperoleh dari nilai pretest dan postes berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-Gain), antara kelas eksperimen, yang dihitung menggunakan formula Hake (Loranz, 2008: 2). N gain = X Y Z Y 100 Keterangan : X= nilai postes, Y= nilai pretes, Z= skor maksimum Selanjutnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Jika data normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis menggunakan uji t dan jika data tidak normal dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U. Data kualitatif berupa data mengenai aktivitas berpikir rasional siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi selama kegiatan pembelajaran. Kemudian menghitung rata rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus: Xi X n x100 Keterangan X = Rata-rata skor aktivitas siswa Xi= Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002 : 67) Tabel 1. Kriteria persentase aktivitas Kemampuan Berpikir Rasional siswa Interval (%) Kategori 0 20 Sangat Rendah 21 40 Rendah 41 60 Sedang 61 80 Tinggi 81 100 Tinggi Sekali (Arikunto, 2007:214) HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang diperoleh berupa data kemampuan berpikir rasionaldan lembar aktivitas belajar siswa berdasarkan gender yang menggunakan model PBM. Kemampuan Berpikir Rasional oleh Siswa. Data diperoleh dari 4

nilai dari pretest, posttest, dan N- gain untuk siswa laki-laki dan perempuan selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut. 80 60 40 20 0 59.0767.41 54.29 41.37 30.46 29,91 Pretest Posttest N-Gain Laki-laki Perempuan Gambar 2. Grafik hasil uji statistik pretest, posttest, dan N-Gain kelompok laki-laki dan perempuan Gambar 2 menunjukkan hasil uji normalitas data pretes kemampuan berpikir rasional kelompok siswa laki-laki L hit (0,145) < L tab (0,148) dan kelompok siswa perempuan L hit (0,112) < L tab (0,148) karena kedua sampel berdistribusi normal sehingga dilakukan uji homogenitas didapat hasil F hit (0,000) < F tab (3,128) dan uji t 1 diperoleh t hit (0,336) < t tab (1,667). Hasil uji kesamaan rata-rata (t 1 ) nilai pretes kemampuan berpikir rasional siswa laki-laki dan perempuan berbeda tidak signifikan. Adapun data posttest KBR kelompok siswa laki-laki L hit (0,208) > L tab (0,148) dan kelompok siswa perempuan L hit (0,213) > L tab (0,148) dan N-Gain KBR kelompok siswa Laki-laki L hit (0,121) < L tab (0,148) dan kelompok siswa perempuan L hit (0,176) > L tab (0,148) tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji Mann-Whitney U terhadap kedua sampel. Hasil analisis posttest menunjukkan bahwa probabilitas p (0,003 < 0,05) dan hasil analisis N-Gain menunjukan probabilitas p (0,000 < 0,05) sehingga H 0 ditolak artinya nilai rata-rata posttest dan N-Gain kedua kelompok siswa laki-laki dan perempuan berbeda signifikan, diketahui juga bahwa nilai rata-rata posttest dan N-Gain kelompok perempuan lebih tinggi dibandingkan kelompok laki-laki. Selanjutnya hasil analisis ratarata N- gain untuk setiap indikator KBR siswa dapat dilihat pada Gambar 3. Memecahkan Masalah Mengambil Keputusan Mengolah Informasi Menggali Informasi 62.82 48.15 54.58 38.61 52.55 42.9 49.68 37.51 0 20 40 60 80 Perempuan Laki-laki Gambar 3. Grafik hasil Uji statistik terhadap N- gain Indikator KBR Siswa Laki-laki dan Siswa Perempuan Gambar 3 menunjukkan hasil uji normalitas N-Gain indikator KBR menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah secara rasional diketahui bahwa nilai probabilitas pada indikator mengambil keputusan dan memecahkan masalahkelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan berbeda signifikan. Sedangkan untuk indikator menggali informasi dan mengolah informasi kelompok siswa laki-laki dan siswa perempuan berbeda tidak signifikan. Hasil observasi KBR kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan dapat dilihat pada Gambar berikut. Kualitas hasil pemecahan masalah Mengkomunikasikan informasi Menentukan alternatif solusi Menemukan alternatif solusi Menemukan masalah Perempuan 78,47% 60,42% 65,28% 51,39% 86,11% 70,14% 75,93% 57,87% 77.31% 56.48% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90100 Laki-laki Gambar 4. Persentase aktivitas belajar 36 siswa laki-laki dan 36 siswa perempuan 5

PEMBAHASAN Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa PBM dapat meningkatkan KBR siswa perempuan sesuai dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir rasonal siswa perempuan (54,29) lebih besar dari siswa laki-laki (41,37) dalam hal kemampuan berpikir rasional yang lebih baik dibandingkan siswa lakilaki dari segi menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah secara rasional. Ketika siswa menghadapi konflik kognitif berupa masalah dibutuhkan usaha untuk memperluas pengetahuan yang telah mereka miliki menggunakan berbagai cara dan sumber-sumber yang melibatkan situasi masalah, salah satu usaha memperluas pengetahuan siswa adalah melakukan aktivitas menemukan masalah. Menemukan masalah yang dilakukan dapat berdiskusi dengan teman atau mencari dari sumber lainnya. Hal ini juga terjadi pada saat pembelajaran PBM yaitu semua siswa mencari solusi lain dari suatu permasalahan. Faktor lain yang menyebabkan PBM dapat meningkatkan KBR adalah adanya aktivitas kualitas hasil pemecahan masalah yang dilakukan siswa (Gambar3) membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan serta berpikir rasional. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim dan Nur (2005:13) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan yang cukup jelas, selain mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan memecahkan masalah, siswa juga belajar peranan orang dewasa, yaitu belajar untuk mengambil keputusan sendiri dan belajar menghargai pendapat orang lain. Sependapat dengan Saprudin (2010: 415) berpendapat bahwa berpikir rasional merupakan jenis berpikir yang mampu memahami dan membentuk pendapat, mengambil keputusan sesuai dengan fakta dan premis, serta memecahkan masalah secara logis. Aktivitas kualitas hasil pemecahan masalah sangat penting untuk meningkatkan KBR karena perwujudan perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsipprinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan menurut Syah (2008: 8). Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pemikiran yang rasional. PBM membantu siswa untuk mengembangkan berpikir kritis dan keterampilan menyelsaikan masalah. Menurut Made (2008:76), penerapan model pembelajaran berbasis masalah dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar peserta didik karena melalui pembelajaran ini peserta didik belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi. Peningkatan yang terjadi karena model pembelajaran PBM yang digunakan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir rasional di dalam semua kelompok. Hasil analisis nilai pretes, postes, dan N-Gain kemampuan berpikir rasional (Gambar 2) bahwa data hasilpretes siswa laki-laki berbeda tidak signifikan dengan siswa perempuan. Sedangkan data hasil postes siswa laki-laki berbeda signifikan dengan siswa perempuan dan data hasil N-gain siswa laki-laki dan perempuan berbeda signifikan. Rata-rata pretest siswa laki-laki 6

30,46 dengan kriteria sedang, postest 59,07 dengan kriteria sedang dan N- Gain 41,37 dengan kriteria sedang. Untuk siswa perempuan rata-rata pretest 29,91 dengan kriteria rendah, postest 67,41 dengan kriteria sedang dan N-Gain 54,29 dengan kriteria sedang. Nilai persen peningkatan siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Dalam nilai disekolah, perempuan lebih unggul daripada laki-laki dan mempertahankan keunggulan ini hingga sekolah menengah. Bahkan dalam matematika dan ilmu pengetahuan alam, dimana perempuan memperoleh nilai yang agak lebih rendah dalam ujian, perempuan masih memperoleh nilai yang lebih baik dikelas (Maher dan Ward dalam Slavin, 2008:159), hal ini juga didukung oleh Bestable (2002:193) prestasi di sekolah: tanpa pengecualian, anak perempuan memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari anak laki-laki. Indikator KBR mengalami peningkatan (Tabel 3), karena dalam proses pembelajaran siswa dilatih dalam berpikir lancar dan luwesnya. KBR yang memiliki peningkatan yang lebih tinggi adalah indikator memecahkan masalah secara rasional.siswa laki-laki dan perempuan dilatih untuk menggali informasi serta mengolah informasi yang diperolehnya, selain itu juga dilatih untuk mengambil keputusan serta memecahkan masalah yang ada secara rasional. Berikut ini adalah contoh hasil diskusi siswa berdasarkan gender pada indikator memecahkan masalah. Gambar 5. Hasil diskusi siswa perempuan untuk indikator memecahkan masalah Gambar 6. Hasil diskusi siswa laki-laki untuk indikator memecahkan masalah Komentar: jawaban siswa perempuan di atas memperoleh skor 4, karena jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa perempuan telah mampu memecahkan masalah yang ada secara rasional yakni dengan menjelaskan dua kegiatan manusia yang mendukung upaya pelestarian lingkungan sedangkan siswa laki-laki di atas memperoleh skor 2, karena jawaban tersebut menunjukan siswa laki-laki belum tepat memecahkan masalah yang ada. Siswa perempuan telah mampu memberikan jawabanjawaban yang ada secara rasional. Hasil jawaban dari siswa laki-laki (Gambar 5) dapat dilihat bahwa siswa belum tepat dalam memberikan jawaban yang diminta dan kurang mengembangkan jawabanya yaitu hanya memberikan satu macam jawaban. Peningkatan indikator memecahkan masalah pada siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa lakilaki dikarenakan pada saat awal pretest siswa perempuan dan lakilaki kurang dapat menjawab soal yang berindikator memecahkan masalah tetapi ketika postest siswa perempuan telah memahami pelajaran dan dapat menjawab soal berindikator memecahkan masalah 7

secara rasional. Jadi peningkatan indikator memecahkan masalah siswa perempuan lebih terlihat dibandingkan dengan siswa laki-laki. Peningkatan yang terjadi didukung aktivitas siswa yaitu mengkomunikasikan informasi dan kualitas hasil pemecahan masalah. Dengan seringnya siswa mengkomunikasikan informasi dan kualitas hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa dapat melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Berdasarkan uraian di atas, skor kemampuan berpikir rasional siswa perempuan dalam memecahkan masalah lebih besar dibandingkan siswa laki-laki. Hal ini didukung penelitian Hensley (2009:14) bahwa hal ini dikarenakan neuron yang menyusun otak perempuan berkomunikasi lebih baik antara satu dengan yang lainnya, daripada neuron yang ditemukan di dalam otak laki-laki atau dapat dikatakan bahwa otak perempuan memiliki dendrit atau penghubung sel otak yang lebih banyak. Para ahli menyelidiki dan menjelaskan bahwa menurut penemuan mereka, hal ini dikarenakan neuron yang menyusun otak perempuan berkomunikasi lebih baik antara satu dengan yang lainnya. Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan perempuan lebih unggul dalam kemampuan berpikir. Peningkatan keterampilan berpikir rasional siswa laki-laki dan siswa perempuan juga dilihat berdasarkan peningkatan pola pikir siswa dalam menjawab soal yang dikerjakan secara mandiri. Berikut ini merupakan contoh dari jawaban pertanyaan pada lembar soal pretes dan postes yang memuat masingmasing indikator. Gambar 7.Contoh jawaban siswa perempuan Indikator menggali informasi Gambar 8. Contoh Jawaban siswa laki-laki Indikator menggali informasi Komentar: jawaban siswa perempuan dan laki-laki di atas memperoleh skor 4, karena jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa telah mampu menggali informasi dari gambar yang disajikan serta mampu menjawab permasalahan dengan benar disertai dengan dua alasan yang tepat. Gambar 9. Contoh jawaban siswa perempuan Indikator mengolah informasi Gambar 10. Contoh jawaban siswa laki-laki Indikator mengolah informasi Komentar: jawaban siswa perempuan di atas memperoleh skor 4, karena jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa telah mampu mengolah informasi dari gambar yang disajikan yakni dengan menjelaskan tiga masalah yang dapat ditimbulkan dari gambar tersebut dan siswa laki-laki memperoleh skor 3. Karena jawaban tersebut kurang tepat akibat siswa laki-laki malas mengolah informasi 8

Gambar 11. Contoh siswa perempuan indikator kecakapan mengambil keputusan Gambar 12. Jawaban siswa laki-laki Indikator mengambil keputusan Komentar: jawaban siswa perempuan di atas memperoleh skor 4, karena jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa telah mampu mengambil keputusan dengan benar berdasarkan gambar yang disajikan serta menjelaskan dua alasan yang relevan sedangkan siswa laki-laki memperoleh skor 2, karena jawaban tersebut menunjukan bahwa siswa belum mampu mengambil keputusan dengan benar. Gambar 13.Contoh jawaban siswa perempuan Indikator memecahkan masalah secara rasional Gambar 14. Contoh jawaban siswa laki-laki Indikator memecahkan masalah secara rasional Komentar: jawaban siswa perempuan diatas memperoleh skor 2, karena jawaban tersebut menunjukkan bahwa siswa telah mampu memecahkan masalah yang ada secara rasional yakni dengan menjelaskan dua kegiatan manusia yang mendukung upaya pelestarian lingkungan sedangkan siswa laki-laki mendapat skor 1, karena jawaban tersebut kurang tepat. Kemampuan siswa laki-laki dan siswa perempuan dari tiap indikator kemampuan berpikir rasional yang diamati mengalami peningkatan (Gambar 3). Jika dilihat dari rata-rata N-Gain kemampuan berpikir rasional siswa laki-laki dan siswa perempuan dari tiap indikator kemampuan berpikir rasional yang diamati bahwa kemampuan menggali informasi sebagai indikator yang paling rendah diantara indikator KBR lain yang diukur. Nilai siswa perempuan untuk indikator menggali informasi lebih tinggi dari siswa laki-laki hal ini didukung oleh aktivitas siswa perempuan dalam menemukan masalah. Sasser (2010:5) mengungkapkan bahwa otak perempuan menerima sekitar 20% lebih banyak aliran darah dan memiliki koneksi saraf yang lebih banyak. Menurut Witelson dkk. (1995: 3418-3428) hal tersebut memungkinkan perempuan dapat memproses dan menanggapi informasi yang lebih cepat. Selain itu Muhammad (2011: 100) menyatakan bahwa Pada wanita, korpus kalosum lebih besar dan berkembang daripada pria. Perbedaan ini mengakibatkan perempuan dapat menggunakan kedua belah otaknya secara seimbang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Nilai siswa perempuan untuk indikator kemampuan mengolah informasi juga menunjukkan adanya peningkatan pada siswa laki-laki dan perempuan didukung oleh aktivitas siswa laki-laki dan perempuan dalam menemukan dan menentukan alternatif solusi yang terbaik dikarenakan siswa sudah mampu untuk menggali informasi dengan baik. Sejalan dengan hal tersebut Saprudin (2010: 22) menyatakan bahwa kemampuan mengolah informasi dilakukan se- 9

telah aspek menggali informasi yang bertujuan untuk melatih siswa mencari informasi dengan membaca, menghitung, dan observasi. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan berpikir rasional pada aspek mengolah informasi akan tercapai jika siswa telah membaca dan mengobservasi informasi yang diberikan. Nilai siswa laki-laki dan perempuan indikator mengambil keputusan juga mengalami peningkatan didukung oleh aktivitas siswa laki-laki dan perempuan dalam mengkomunikasikan informasi karena siswa terbantu dengan adanya penerapan model PBM. Melalui penerapan model PBMsiswa terlatih untuk memahami permasalahan yang ada kemudian mengambil keputusan. Kemampuan memecahkan masalah sebagai indikator yang paling tinggi peningkatannya diantara indikator KBR lain yang diukur dan siswa perempuan memiliki rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki, yang didukung oleh aktivitas kualitas hasil pemecahan masalah (Gambar 3). Oleh sebab itu, sering ditemukan kurangnya antusiasme siswa laki-laki dalam belajar di kelas sehingga ia terlihat bermalas-malasan dan kurang berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan. Hal ini diduga bahwa dalam hal hubungan antar manusia, perempuan lebih sensitif dan lebih baik di dalam menyelesaikan suatu masalah dibandingkan dengan lakilaki, apalagi jika itu dilakukan secara berkelompok Glasbergen (2010: 1). Hal ini didukung oleh pendapat Sasser (2010: 5) yang menyatakan daerah sistem limbik pada laki-laki dan perempuan memiliki struktur yang berbeda. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perempuan umumnya memiliki hippocampus lebih besar daripada laki-laki, sehingga berpotensi meningkatkan memori penyimpanan jangka panjang yang lebih baik. Namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Duff et al. (dalam Zhu, 2007: 198) yang menyatakan bahwa perbedaan dalam struktur otak laki-laki dan perempuan tidak dapat menjelaskan perbedaan gender dalam pemecahan masalah. Peningkatan ini tentunya terjadi karena dengan menerapkan model PBM yang membantu siswa laki-laki dan siswa perempuan untuk melatih kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dikarenakan siswa laki-laki masih kurang mampu menjawab soal secara maksimal, dan cenderung bermalas-malasan dalam hal ini siswa laki-laki masih sangat perlu dilatih untuk mengasah kemampuan berpikir secara nalar dan logika untuk dapat memecahkan masalah secara rasional. Berdasarkan hasil analisis terhadap aktivitas siswa pada (Gambar 4), nilai persentase pada setiap aspek mengalami peningkatan. Aspek paling tinggi yang dicapai siswa laki-laki dan perempuan adalah menentukan alternatif solusi hal ini dikarnakan aspek menemukan masalah dan menentukan alternatif solusi, siswa terbantu dengan adanya model PBM. Siswa dirangsang untuk aktif menggali informasi dan berusaha menemukan masalah secara mandiri dari persoalan yang telah diberikan dan mengolah informasi akan tercapai jika siswa telah membaca dan mengobservasi informasi yang diberikan setelah itu siswa dapat mengambil keputusan untuk menentukan alternatif solusi dari permasalahan. Sedangkan aspek paling rendah yang dicapai siswa laki-laki dan perempuan adalah 10

aspek mengkomunikasikan informasi, hal ini dikarenakan siswa belum mampu mengkomunikasikan informasi secara maksimal yakni secara rasional. Sehingga siswa masih perlu untuk membiasakan diri menyampaikan ide dan gagasanya, sehingga mereka dapat dengan mudah menuliskan dan mengkomunikasikan jawaban dari soal yang diberikan yang dilihat dari aktivitas siswa untuk mendapatkan hasil mengkomunikasikan informasi secara rasional dengan kualitas yang baik. Berdasarkan hasil secara keseluruhan ini menunjukkan bahwa penerapan model PBM berpengaruh secara signifikan terhadap berpikir rasional siswa. Berdasarkan uraian pembahasan di atas, sintak model pembelajaran berbasis masalah (PBM) dalam LKS yang meliputi: mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Arends dalam Dasna dan Sutrisna, 2010 : 5-8). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah berdasarkan gender dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa pada materi pokok keterkaitan kegiatan manusia dengan masalah perusakan dan pelestarian lingkungan, dan penerapan model pembelajaran berbasis masalah berdasarkan gender dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok keterkaitan kegiatan manusia dengan masalah perusakan dan pelestarian. Demi kepentingan penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berdasarkan gender dapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif pendekatan yang dapat meningkatkan KBR oleh siswa pada materi pokok keterkaitan kegiatan manusia dengan masalah perusakan dan pelestarian lingkungan, guru hendaknya memberikan penghargaan berupa hadiah kepada kelompok yang dapat menyelesaikan LKK tepat waktu, sehingga siswa akan termotivasi untuk mengerjakan LKK dengan serius dan bekerja sama dengan baik, dan dalam menentukan waktu pengerjaan soal hendaknya mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal tersebut, sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak melebihi waktu yang dari rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang. DAFTAR RUJUKAN BPS. 2014. Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2014. (Online). (http://www.bps.go.id/brs_file/ naker_05mei14.pdf, diakses pada 19 Desember 2014; 21.59 WIB). Bassey, S.W., Joshua, M. T., dan E. A Alice. 2008. Gender differences and mathematics achievement of rural senior secondary students in cross river state, Nigeria. Proceedings of Episteme. Vol. 3, Nomor56-60. (Online), http: 11

//cvs.gnowledge.org/episteme3 /pro_pdfs/09-bassyjoshuaasim. pdf) Behrman,.R.E., R. E. Kliegman., dan A. M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 1 Edisi 15. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC. Bestable, S. 2002. Perawat sebagai Pendidik. Jakarta: EGC. Dasna, I.W. dan Sutrisna. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning). Malang: Universitas Negeri Malang D Zurilla, J., A. Maydeu-Olivares, dan G. L. Kant. 1998. Age and Gender Differences In Social Problem-Solving Ability.Journal Personality and Individual Differences.(Online),(www. ub.edu/gdne/age_and_gender.p df, diakses pada 12 November 2014; 01.30 WIB). Fitriyanti. 2009.Pengaruh Penggunaan Metode Example Non Example Terhadap Kemampuan Berpikir Rasional Siswa. Palembang: Jurnal Pendidikan, Volume 10, Nomor 1, Maret 2009, 38-47, FKIP Universitas Sriwijaya, Fitriyanti_ fkipunsri @yahoo.com. Fraine, B. D., J. V. Damme, dan P. Onghena. 2007. A longitudinal analysis of gender differences in academic self concept and language achievement: A multi variate multilevel latent growth approach. Contemporary Educational Psychology, Vol.32, 132-150. Glasbergen, R. 2010. Close The Gender Gap! Problem Solving Improves When More Women Are On The Team. Artikel. (Online), (http: //www. hbdi. com/, diakses pada 21 Desember 2014; 13.50 WIB). Hensley, Amber. 2009.10 Big Differences Between Men s and Women s Brain. (Online), Tersedia: http://www.mastersofhealthcare.com/blog/2009/ 10-big-differences-betweenmens-and-womensbrains/,diakses pada 7 Maret 2013 Ibrahim dan Nur. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Universitas press. Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.http://www.tmcc. Edu/vp/acstu/assessment/dow nloads/documents/reports/arc hives/discipline/0708/sloap HYSDisciplineRep0708.pdf. Muhammad, As adi. 2011. Rahasia Perbedaan Otak Pria dan Wanita. Yogyakarta: Flash Book. OECD. 2014. Results: Creative Problem Solving: Students Skills in Tackling Real-Life Problems. (Online), (http:// dx.doi.org/10.1787/97892642 12

08070-en, diakses pada 18 November 2014; 19.36 WIB). Rahmadhani, Y. 2013. Analisis Pertanyaan Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektual dan Gender pada Konsep Sistem Reproduksi. Jurnal Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Santrock, W. 2009. Psikologi Pendidikan (Education Psychology). Jakarta : Penerbit Salemba Humanika. Saprudin. 2010. Pengembangan Model Pemecahan Masalah Untuk Mengembangkan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Siswa di SMP.Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010.Tidak diterbitkan. Sasser, L. 2010. Brain Differences between Genders.Gender Differences in Learning, Genesis 5:1 2, (Online), (http: //www. faccs.org/assets/conventions/c onvention10/workshops/sasser -Gender-Dif-ferences-in-Learning.pdf),diakses tanggal 27 April 2013. Slavin, R.E. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung. Made, S. N. 2008. Penerapan Model Problem Base Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Laporan Penelitian. Sudjana. 2002. Metode Penelitian. Tarsito: Bandung. Syah, M. 2008. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tjalla, A. 2009. Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-Hasil Studi Internasional. Artikel. (Online), (http: //pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/t IG601.pdf, diakses pada 06 Januari 2015; 22.01 WIB). White, T. 2009. Encrypted Objects and Decryption Processes: Problem-Solving with Functions in A Learning Environment Based on Cryptography. Educ Stud Math. Vol. 72. Number 1.Pages 17 37. Widjajanti, D. B. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana Mengembangkannya. Artikel Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika. (Online), (http://eprints. uny.ac.id/7042/1/p25djamila h_bondan_widjajanti.pdf, diakses pada 19 Desember 2014; 21.32 WIB). Witelson, S. F., Glezer, I.I., & Kigar, D.L. 1995. Women Have 13

Greater Density of Neurons in Posterior Temporal Cortex. The Journal of Neuroscience. Vol. 15, No.5: 3418-3428, (Online), (www.jneurosci. Org/content/15/5/3418.full.pd f),diakses 20 April 2013. Zhu, Z. 2007. Gender Differences in Mathematical Problem Solving Patterns: A Review of Literature.International Education Journal. (Online), (http://files.eric.ed.gov/fulltext/ej834219.pdf,diakses pada 02 April 2015; 10.50 WIB). 14