BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesehatan masyarakat yang semakin baik harus didukung dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan baik tingkat pertama maupun tingkat lanjut. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berperan langsung dengan masyarakat melalui kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan perseorangan. Puskesmas memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Puskesmas melakukan kegiatan rujukan untuk pasien yang membutuhkan pelayanan lebih lanjut sesuai kebutuhan pasien yang tidak tersedia di puskesmas. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Kesehatan Perorangan, sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik vertikal maupun horizontal. Pasien kepesertaan jaminan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial juga mendapatkan pelayanan rujukan dengan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Rujukan dilakukan karena keterbatasan peralatan, tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan, atau pasien membutuhkan penanganan spesialistik dan subspesialistik. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pasal 21, program promotif preventif diharapkan dapat menekan angka rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ke rumah sakit. Berdasarkan data BPJS Kesehatan per triwulan tahun 2015, tercatat hanya 2.236.379 rujukan FKTP ke rumah sakit, dari total angka kunjungan pasien BPJS Kesehatan ke FKTP sebanyak 14.619.528 kunjungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter di Balai Pengobatan (BP) Umum di Puskesmas Depok 1 Sleman, formulir rujukan yang
digunakan memiliki perbedaan yaitu formulir rujukan pasien jaminan atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan formulir rujukan pasien umum karena perbedaan jenis pembayaran, pasien yang meminta rujukan ada yang menggunakan biaya pribadi maka pasien menggunakan formulir rujukan umum dan pasien yang meminta rujukan dengan jaminan BPJS maka menggunakan formulir rujukan BPJS. Dampak perbedaan tersebut diantaranya akan mempengaruhi pelayanan pasien di rumah sakit apabila informasi pada formulir tidak lengkap, lama pelayanan dalam membuat rujukan terkait premi dari kartu jaminan yang digunakan pasien dan jumlah pasien serta formuliryang digunakan. Formulir rujukan pasien rujukan dengan jaminan terdiri dari pasien dengan jaminan BPJS Mandiri, BPJS Perusahaan, BPJS PNS/TNI/POLRI, JAMKESDA, JAMKESMAS, ASKES pensiunan, dan ASKES perusahaan. Secara umum formulir rujukan di puskesmas Depok 1 Sleman dan puskesmas di daerah Sleman, menggunakan formulir rujukan yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Formulir rujukan pasien jaminan atau BPJS, data rujukan dimasukkan melalui sistem informsi P-care dari BPJS yang dilakukan oleh paramedis dari data yang ada di berkas rekam medis pasien apabila pasien rujukan tidak ikut pada saat meminta rujukan. Formulir rujukan pasien umum, data rujukan dimasukkan dengan ditulis manual oleh dokter. Puskesmas Depok 1 Sleman pernah melakukan kegiatan rujukan horizontal ke Puskesmas Mlati karena peralatan yang dibutuhkan oleh pasien tidak tersedia di Puskesmas Depok 1 Sleman. Hasil rekapitulasi kunjungan pasien rujukan BPJS lebih banyak dibandingkan pasien rujukan umum yaitu 184 pasien rujukan bayar/umum dan 4664 pasien rujukan BPJS. Presentase formulir rujukan dikembalikan ke pasien oleh rumah sakit sebanyak 1% karena poli tujuan pasien rujukan di rumah sakit tersebut, dokter spesialis tidak tersedia, dan pasien sendiri ingin mengganti rumah sakit dan kebanyakan dari formulir rujukan pasien BPJS. Komponen isian data pada formulir yang tersedia dalam formulir rujukan pasien umum dari Dinas Kesehatan Sleman berbeda dengan formulir rujukan pasien jaminan atau BPJS. Pada formulir rujukan pasien umum, dokter dapat menuliskan anamnesis dan hasil pemeriksaan
pasien pada item data yang tersedia. Dokter dapat menuliskan diagnosis pasien dengan lengkap tetapi tidak jarang dokter menulis diagnosis tidak lengkap dengan beberapa faktor yang mempengaruhi. Pada formulir pasien jaminan atau BPJS, dokter tidak bisa menuliskan anamnesis dan hasil pemeriksaan pasien karena hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis pada formulir rujukan BPJS diisi pada P-Care namun tidak ikut tercetak di formulir rujukan BPJS sehingga memaksa dokter untuk menggunakan diagnosis yang tersedia pada sistem P-Care BPJS yang dapat mengakibatkan pasien akan diperiksa kembali karena kemungkinan dokter di rumah sakit hanya melihat melalui surat rujukan yang dibawa oleh pasien saja. Formulir rujukan maupun rujukan balik yang tidak terisi lengkap akan menyebabkan terjadinya perbedaan pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga perawatan bagi pasien tidak berkesinambungan antara pemeriksaan di puskesmas dengan pemeriksaan di rumah sakit sehingga tidak jarang pasien harus meminta rujukan kembali. Pada formulir rujukan pasien BPJS, perawat di Puksemas Depok I Sleman melakukan input data sosial dan data medis pasien rujukan dengan lengkap sesuai pemeriksaan dari dokter diantaranya keluhan, pemeriksaan fisik, tekanan darah dan data medis yang tersedia di P-Care, tetapi informasi tersebut tidak tercantum pada formulir rujukan yang dicetak dan dibawa oleh pasien. Pada formulir rujukan pasien, baik rujukan pasien BPJS maupun rujukan pasien umum, terdapat formulir rujukan balik yang digunakan untuk merujuk kembali pasien setelah mendapatkan penanganan lebih lanjut dan berisi informasi kondisi pasien dan pelayanan kesehatan berkelanjutan yang dibutuhkan pasien. Rujukan balik ini sering tidak ada atau tidak dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan tujuan rujukan ke puskesmas yang seharusnya dibawa oleh pasien sehingga komunikasi antar pemberi pelayanan perujuk dengan tujuan rujukan kurang berjalan baik. Rujukan balik sangat penting untuk penanganan lebih lanjut dari kondisi kesehatan pasien terutama pasien dengan kasus penyakit tertentu seperti psikologi. Apabila tidak ada rujukan balik maka dokter di Pusat Pelayanan Kesehatan tingkat 1 harus memberikan pemeriksaan ulang dan mencari informasi diagnosis dari rekam medis pasien.
Berdasarkan masalah yang terjadi, peneliti bertujuan melakukan penelitian terkait dampak perbedaan formulir rujukan pasien jaminan atau BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman tahun 2017. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah peneliti ingin mengetahui Bagaimana dampak perbedaan formulir rujukan pasien BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman Tahun 2017? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi dampak perbedaan formulir rujukan antara rujukan pasien BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pelaksanaan sistem rujukan pasien BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman. b. Mengidentifikasi perbedaan formulir rujukan pasien BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman. c. Mengidentifikasi dampak perbedaan formulir rujukan BPJS dengan formulir rujukan umum untuk kepentingan pelayanan kesehatan pasien oleh tenaga kesehatan. D. Manfaat 1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan terkait alur dan formulir dari proses kegiatan rujukan pasien umum dan pasien BPJS di puskesmas b. Bagi puskesmas atau instansi terkait 1) Mendapatkan informasi baru dan menambah pengetahuan mengenai penggunaan dari perbedaan formulir rujukan pasien BPJS dengan pasien umum 2) Meningkatkan dan memperbaiki proses rujukan di puskesmas agar lebih baik 3) Meningkatkan proses pemberian informasi rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan lebih baik
c. Bagi masyarakat Memberikan pengetahuan mengenai informasi pada formulir rujukan d. Bagi peneliti Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Peneliti 1) Menambah pengetahuan tentang persyaratan dan dokumentasi dari kegiatan rujukan pasien jaminan dan rujukan pasien BPJS 2) Menambah pengetahuan pentingnya kelengkapan informasi di dalam formulir rujukan pasien jaminan atau BPJS dan rujukan pasien umum b. Bagi Puskesmas atau instansi terkait Menambah kelengkapan informasi untuk peningkatan fasilitas pelayanan pasien rujukan balik dan pelayanan lanjutan di puskesmas. E. Keaslian Penelitian dengan tema yang sama telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumya, namun terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya diantaranya 1. Ali, Kandaou, Umboh (2015) dengan jurnal yang berjudul Analisis Pelaksananaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Siko Dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014. Persamaan antara penelitian ini dengan jurnal Ali, Kandaou, Umboh (2015) adalah samasama membahas tentang rujukan dan menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian ini dengan jurnal Ali, Kandaou, Umboh (2015) adalah tujuan penelitian. Pada penelitian Ali, Kandou, Umboh (2015) bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang bagaimana pelaksanaan rujukan rawat jalan tingkat pertama program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Ternate, sedangkan
sedangkan tujuan pada penelitian ini yaitu mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar rujukan balik di puskesmas. 2. Putri N (2016) dengan penelitian berjudul Tinjauan Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien BPJS Di Puskesmas Walantaka Kota Serang Banten. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Putri N (2016) adalah sama-sama membahas tentang rujukan dan menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Putri N(2016) terletak pada tujuan penelitian. Penelitian Putri N(2016) bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem rujukan pasien BPJS, mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan alternatif solusi, sedangkan tujuan pada penelitian ini yaitu mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar rujukan balik di puskesmas. 3. Ningsih (2008) dengan penelitian berjudul Data Sistem Rujukan Sebagai Informasi Pelayanan Dan Komunikasi Tertulis Pada Pasien Rujukan Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Ningsih (2008) adalah membahas tentang sistem rujukan dan sama-sama menggunakan penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ningsih (2008) terletak pada tujuan penelitian, lokasi penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Ningsih (2008) bertujuan mengetahui peraturan yang mengatur alur informasi serta sistem dokumentasi surat rujukan dan jawaban rujukan rujukan, menganalisis surat rujukan dan jawaban rujukan dengan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional dan lokasi penelitian di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, sedangkan pada penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar
rujukan balik di puskesmas, lokasi penelitian di puskesmas dengan rancangan penelitian fenomenologi. 4. Ardyanti (2016) dengan penelitian berjudul Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Ardyanti (2016) adalah membahas tentang sistem rujukan dan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Ardyanti (2016) adalah tujuan penelitian, lokasi penelitian dan rancangan penelitian. Penelitian Ardyanti (2016) bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan alur rujukan pasien rawat inap dan persentase kelengkapan dokumen rujukan dengan rancangan penelitian studi kasus. Pada penelitian bertujuan mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar rujukan balik di puskesmas, lokasi penelitian di puskesmas dengan rancangan penelitian fenomenologi. 5. Utami (2011) dengan penelitian yang berjudul Pelaksanaan Surat Balasan Rujukan Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Utami (2011) adalah sama-sama membahas tentang pelaksanaan pembuatan surat balasan rujukan dan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Utami (2011) adalah tujuan penelitian, lokasi penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Utami (2011) bertujuan mengetahui faktor pnyebab surat balasan rujukan tidak dibuat serta upaya untuk menyelesaikan masalah pembuatan surat balasan rujukan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul menggunakan metode penelitian deskripsi dengan penelitian kualitatif serta rancangan penelitian cross-sectional, sedangkan tujuan penelitian ini mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar rujukan balik di puskesmas, lokasi penelitian di puskesmas dengan rancangan penelitian fenomenologi. Sehingga yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi perbedaan
formulir rujukan pasien BPJS dengan pasien umum terkait informasi diagnosis dan rujukan balik dengan rancangan fenomenologi.