BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara 2 Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi atau instansi memiliki tujuan apa yang akan mereka capai

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara maksimal. Untuk mewujudkan pelayanan yang maksimal,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS BAGI PASIEN TIDAK MAMPU PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2018 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. puskesmas. Menurut Permenkes RI Nomor 75 tahun 2014 tentang. Pusat Kesehatan Masyarakat, Pusat Kesehatan Masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. miskin (Pasal 28H UUD 1945). Kesadaran tentang pentingnya. jaminan perlindungan sosial terus berkembang hingga perubahan

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pusat pembangunan kesejahteraan, pusat pembinaan peran serta

- 1 - GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR DAN FOTO...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknik dinas

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.25 tahun 2009

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

PANDUAN RUJUKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi masyarakat. Menurut Kepmenkes No 128/Menkes/SK/II/2004, puskesmas

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN. Nomor Dokumen SOP-RM-001 Nomor Revisi 004 Halaman 1 s/d 2 PROSEDUR TETAP. Tanggal Terbit : 1 Desember 2012

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesehatan masyarakat yang semakin baik harus didukung dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan baik tingkat pertama maupun tingkat lanjut. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berperan langsung dengan masyarakat melalui kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan perseorangan. Puskesmas memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Puskesmas melakukan kegiatan rujukan untuk pasien yang membutuhkan pelayanan lebih lanjut sesuai kebutuhan pasien yang tidak tersedia di puskesmas. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Kesehatan Perorangan, sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik vertikal maupun horizontal. Pasien kepesertaan jaminan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial juga mendapatkan pelayanan rujukan dengan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Rujukan dilakukan karena keterbatasan peralatan, tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan, atau pasien membutuhkan penanganan spesialistik dan subspesialistik. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pasal 21, program promotif preventif diharapkan dapat menekan angka rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ke rumah sakit. Berdasarkan data BPJS Kesehatan per triwulan tahun 2015, tercatat hanya 2.236.379 rujukan FKTP ke rumah sakit, dari total angka kunjungan pasien BPJS Kesehatan ke FKTP sebanyak 14.619.528 kunjungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter di Balai Pengobatan (BP) Umum di Puskesmas Depok 1 Sleman, formulir rujukan yang

digunakan memiliki perbedaan yaitu formulir rujukan pasien jaminan atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan formulir rujukan pasien umum karena perbedaan jenis pembayaran, pasien yang meminta rujukan ada yang menggunakan biaya pribadi maka pasien menggunakan formulir rujukan umum dan pasien yang meminta rujukan dengan jaminan BPJS maka menggunakan formulir rujukan BPJS. Dampak perbedaan tersebut diantaranya akan mempengaruhi pelayanan pasien di rumah sakit apabila informasi pada formulir tidak lengkap, lama pelayanan dalam membuat rujukan terkait premi dari kartu jaminan yang digunakan pasien dan jumlah pasien serta formuliryang digunakan. Formulir rujukan pasien rujukan dengan jaminan terdiri dari pasien dengan jaminan BPJS Mandiri, BPJS Perusahaan, BPJS PNS/TNI/POLRI, JAMKESDA, JAMKESMAS, ASKES pensiunan, dan ASKES perusahaan. Secara umum formulir rujukan di puskesmas Depok 1 Sleman dan puskesmas di daerah Sleman, menggunakan formulir rujukan yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Formulir rujukan pasien jaminan atau BPJS, data rujukan dimasukkan melalui sistem informsi P-care dari BPJS yang dilakukan oleh paramedis dari data yang ada di berkas rekam medis pasien apabila pasien rujukan tidak ikut pada saat meminta rujukan. Formulir rujukan pasien umum, data rujukan dimasukkan dengan ditulis manual oleh dokter. Puskesmas Depok 1 Sleman pernah melakukan kegiatan rujukan horizontal ke Puskesmas Mlati karena peralatan yang dibutuhkan oleh pasien tidak tersedia di Puskesmas Depok 1 Sleman. Hasil rekapitulasi kunjungan pasien rujukan BPJS lebih banyak dibandingkan pasien rujukan umum yaitu 184 pasien rujukan bayar/umum dan 4664 pasien rujukan BPJS. Presentase formulir rujukan dikembalikan ke pasien oleh rumah sakit sebanyak 1% karena poli tujuan pasien rujukan di rumah sakit tersebut, dokter spesialis tidak tersedia, dan pasien sendiri ingin mengganti rumah sakit dan kebanyakan dari formulir rujukan pasien BPJS. Komponen isian data pada formulir yang tersedia dalam formulir rujukan pasien umum dari Dinas Kesehatan Sleman berbeda dengan formulir rujukan pasien jaminan atau BPJS. Pada formulir rujukan pasien umum, dokter dapat menuliskan anamnesis dan hasil pemeriksaan

pasien pada item data yang tersedia. Dokter dapat menuliskan diagnosis pasien dengan lengkap tetapi tidak jarang dokter menulis diagnosis tidak lengkap dengan beberapa faktor yang mempengaruhi. Pada formulir pasien jaminan atau BPJS, dokter tidak bisa menuliskan anamnesis dan hasil pemeriksaan pasien karena hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis pada formulir rujukan BPJS diisi pada P-Care namun tidak ikut tercetak di formulir rujukan BPJS sehingga memaksa dokter untuk menggunakan diagnosis yang tersedia pada sistem P-Care BPJS yang dapat mengakibatkan pasien akan diperiksa kembali karena kemungkinan dokter di rumah sakit hanya melihat melalui surat rujukan yang dibawa oleh pasien saja. Formulir rujukan maupun rujukan balik yang tidak terisi lengkap akan menyebabkan terjadinya perbedaan pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga perawatan bagi pasien tidak berkesinambungan antara pemeriksaan di puskesmas dengan pemeriksaan di rumah sakit sehingga tidak jarang pasien harus meminta rujukan kembali. Pada formulir rujukan pasien BPJS, perawat di Puksemas Depok I Sleman melakukan input data sosial dan data medis pasien rujukan dengan lengkap sesuai pemeriksaan dari dokter diantaranya keluhan, pemeriksaan fisik, tekanan darah dan data medis yang tersedia di P-Care, tetapi informasi tersebut tidak tercantum pada formulir rujukan yang dicetak dan dibawa oleh pasien. Pada formulir rujukan pasien, baik rujukan pasien BPJS maupun rujukan pasien umum, terdapat formulir rujukan balik yang digunakan untuk merujuk kembali pasien setelah mendapatkan penanganan lebih lanjut dan berisi informasi kondisi pasien dan pelayanan kesehatan berkelanjutan yang dibutuhkan pasien. Rujukan balik ini sering tidak ada atau tidak dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan tujuan rujukan ke puskesmas yang seharusnya dibawa oleh pasien sehingga komunikasi antar pemberi pelayanan perujuk dengan tujuan rujukan kurang berjalan baik. Rujukan balik sangat penting untuk penanganan lebih lanjut dari kondisi kesehatan pasien terutama pasien dengan kasus penyakit tertentu seperti psikologi. Apabila tidak ada rujukan balik maka dokter di Pusat Pelayanan Kesehatan tingkat 1 harus memberikan pemeriksaan ulang dan mencari informasi diagnosis dari rekam medis pasien.

Berdasarkan masalah yang terjadi, peneliti bertujuan melakukan penelitian terkait dampak perbedaan formulir rujukan pasien jaminan atau BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman tahun 2017. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah peneliti ingin mengetahui Bagaimana dampak perbedaan formulir rujukan pasien BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman Tahun 2017? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi dampak perbedaan formulir rujukan antara rujukan pasien BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pelaksanaan sistem rujukan pasien BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman. b. Mengidentifikasi perbedaan formulir rujukan pasien BPJS dengan rujukan pasien umum di Puskesmas Depok I Sleman. c. Mengidentifikasi dampak perbedaan formulir rujukan BPJS dengan formulir rujukan umum untuk kepentingan pelayanan kesehatan pasien oleh tenaga kesehatan. D. Manfaat 1. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan terkait alur dan formulir dari proses kegiatan rujukan pasien umum dan pasien BPJS di puskesmas b. Bagi puskesmas atau instansi terkait 1) Mendapatkan informasi baru dan menambah pengetahuan mengenai penggunaan dari perbedaan formulir rujukan pasien BPJS dengan pasien umum 2) Meningkatkan dan memperbaiki proses rujukan di puskesmas agar lebih baik 3) Meningkatkan proses pemberian informasi rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan lebih baik

c. Bagi masyarakat Memberikan pengetahuan mengenai informasi pada formulir rujukan d. Bagi peneliti Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang sama 2. Manfaat Teoritis a. Bagi Peneliti 1) Menambah pengetahuan tentang persyaratan dan dokumentasi dari kegiatan rujukan pasien jaminan dan rujukan pasien BPJS 2) Menambah pengetahuan pentingnya kelengkapan informasi di dalam formulir rujukan pasien jaminan atau BPJS dan rujukan pasien umum b. Bagi Puskesmas atau instansi terkait Menambah kelengkapan informasi untuk peningkatan fasilitas pelayanan pasien rujukan balik dan pelayanan lanjutan di puskesmas. E. Keaslian Penelitian dengan tema yang sama telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumya, namun terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya diantaranya 1. Ali, Kandaou, Umboh (2015) dengan jurnal yang berjudul Analisis Pelaksananaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Siko Dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate Tahun 2014. Persamaan antara penelitian ini dengan jurnal Ali, Kandaou, Umboh (2015) adalah samasama membahas tentang rujukan dan menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Perbedaan penelitian ini dengan jurnal Ali, Kandaou, Umboh (2015) adalah tujuan penelitian. Pada penelitian Ali, Kandou, Umboh (2015) bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang bagaimana pelaksanaan rujukan rawat jalan tingkat pertama program Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Ternate, sedangkan

sedangkan tujuan pada penelitian ini yaitu mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar rujukan balik di puskesmas. 2. Putri N (2016) dengan penelitian berjudul Tinjauan Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien BPJS Di Puskesmas Walantaka Kota Serang Banten. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Putri N (2016) adalah sama-sama membahas tentang rujukan dan menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Putri N(2016) terletak pada tujuan penelitian. Penelitian Putri N(2016) bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem rujukan pasien BPJS, mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan alternatif solusi, sedangkan tujuan pada penelitian ini yaitu mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar rujukan balik di puskesmas. 3. Ningsih (2008) dengan penelitian berjudul Data Sistem Rujukan Sebagai Informasi Pelayanan Dan Komunikasi Tertulis Pada Pasien Rujukan Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Ningsih (2008) adalah membahas tentang sistem rujukan dan sama-sama menggunakan penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Ningsih (2008) terletak pada tujuan penelitian, lokasi penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Ningsih (2008) bertujuan mengetahui peraturan yang mengatur alur informasi serta sistem dokumentasi surat rujukan dan jawaban rujukan rujukan, menganalisis surat rujukan dan jawaban rujukan dengan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional dan lokasi penelitian di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, sedangkan pada penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar

rujukan balik di puskesmas, lokasi penelitian di puskesmas dengan rancangan penelitian fenomenologi. 4. Ardyanti (2016) dengan penelitian berjudul Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Ardyanti (2016) adalah membahas tentang sistem rujukan dan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Ardyanti (2016) adalah tujuan penelitian, lokasi penelitian dan rancangan penelitian. Penelitian Ardyanti (2016) bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan alur rujukan pasien rawat inap dan persentase kelengkapan dokumen rujukan dengan rancangan penelitian studi kasus. Pada penelitian bertujuan mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar rujukan balik di puskesmas, lokasi penelitian di puskesmas dengan rancangan penelitian fenomenologi. 5. Utami (2011) dengan penelitian yang berjudul Pelaksanaan Surat Balasan Rujukan Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Utami (2011) adalah sama-sama membahas tentang pelaksanaan pembuatan surat balasan rujukan dan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Utami (2011) adalah tujuan penelitian, lokasi penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Utami (2011) bertujuan mengetahui faktor pnyebab surat balasan rujukan tidak dibuat serta upaya untuk menyelesaikan masalah pembuatan surat balasan rujukan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul menggunakan metode penelitian deskripsi dengan penelitian kualitatif serta rancangan penelitian cross-sectional, sedangkan tujuan penelitian ini mengetahui pelaksanaan rujukan pasien dengan perbedaan formulir rujukan antara pasien jaminan atau BPJS dengan pasien umum terkait kelengkapan informasi pada lembar rujukan balik di puskesmas, lokasi penelitian di puskesmas dengan rancangan penelitian fenomenologi. Sehingga yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi perbedaan

formulir rujukan pasien BPJS dengan pasien umum terkait informasi diagnosis dan rujukan balik dengan rancangan fenomenologi.