BAB I PENDAHULUAN. sedangkan di Indonesia tepatnya Jakarta pusat didapatkan 25.5% anak yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Reaksi alergi dapat menyerang beberapa organ dan pada setiap kelompok usia.

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.

BAB I PENDAHULUAN. maupun negara berkembang. Dewasa ini para sarjana kedokteran telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika tubuh terpajan oleh suatu antigen atau benda asing,

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi alergi terus meningkat mencapai 30-40% populasi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit alergi sebagai reaksi hipersensitivitas tipe I klasik dapat terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi adalah penyakit kardiovaskuler degeneratif kronis. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. hidung akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai IgE yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1. manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pengobatan tradisional sebagai alternatif lain pengobatan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena berperan terhadap timbulnya reaksi alergi seperti asma, dermatitis kontak,

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tradisional Bagian Daun dan Buah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. timbul yang disertai rasa gatal pada kulit. Kelainan ini terutama terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rinitis alergi adalah gangguan fungsi hidung akibat inflamasi mukosa hidung yang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dari orang normal. The Expert Comitte on the Diagnosis andclassification

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. immunoglobulin E sebagai respon terhadap alergen. Manifestasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

PENDAHULUAN. semua orang menginginkan hal yang serba instan, termasuk makanan yang cepat

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol, dan disertai proliferasi miosit. Hal tersebut dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hipotesis higiene merupakan penjelasan terhadap peningkatan kejadian atopi

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, teh berasal dari tanaman teh (Camellia sinensis). Teh Camellia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diabetes melitus (DM) tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rinitis alergi merupakan penyakit imunologi yang sering ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Permasalahan. Alergen adalah zat yang biasanya tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi merupakan penyakit peradangan pada. sistem pernapasan yang disebabkan oleh reaksi alergi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. (Cyclea barbata Meer), cincau hitam (Mesona palustris), cincau minyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi masyarakat yang menderita alergi. Suatu survei yang dilakukan oleh World

2007, prevalensi minum alkohol di Indonesia pada laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Teh adalah jenis minuman non alkohol yang terbuat dari daun teh

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Molekul ini sangat reaktif sehingga dapat menyerang makromolekul sel seperti lipid,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alergi adalah salah satu penyakit yang penyebarannya sudah meluas di dunia.tidak heran jika saat ini alergi menjadi permasalahan global bagi anak dan orang tua.berdasarkan data Center for Disease Control and Prevention (CDC), angka kejadian alergi meningkat 3 kali lipat sejak 1993 hingga 2006. Sementara itu, data World Allergy Organization (WAO) 2011 menunjukkan prevalensi alergi terus meningkat dengan angka 30-40% populasi dunia (Wahyuningsih, 2012), sedangkan di Indonesia tepatnya Jakarta pusat didapatkan 25.5% anak yang menderita alergi dengan perincian rinitis alergika 9,0%, asma 6,9%, dermatitis atopik 4,9% dan urtikaria 4,5% (Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2009). Dengan demikian bahwa angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih dari 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai asma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih dari 9 juta orang (clinic for children (CFC), 2009). Alergi adalah reaksi yang dilakukan tubuh terhadap masuknya benda asing. Ketika substansi yang tidak dikenal masuk ke dalam tubuh akan meningkatkan daya imunitas untuk bekerja lebih giat. Normalnya sistem imunitas akan memproteksi tubuh tetapi jika tubuh melakukan reaksi berlebihan atas substansi tersebut maka terjadi hipersensitivitas (Anneahira, 2011). Misalnya kita melakukan kontak dengan zat-zat penimbul alergi (alergen) baik melalui kulit, 1

2 saluran nafas, makanan, maupun suntikan tubuh kita akan melawan zat yang dianggap berbahaya tersebut dengan histamin dan antibodi lainnya. Hal ini membuat tubuh kita kehilangan keseimbangan dan menimbulkan gejala seperti kulit gatal (biduran), mencret, bersin-bersin, hidung meler, batuk, dan lainnya.alergi terjadi hanya bila kontak terhadap alergen tersebut sudah melewati ambang batas toleransi tubuh, yang tingkatnya berbeda-beda pada setiap orang.makanan dan obat-obatan tertentu, serangga, bulu binatang, ngengat, debu, jamur mikro dan serbuk sari bunga dapat menjadi penimbul alergi (Mustafa, 2008). Dampak buruk alergi adalah menurunnya kualitas hidup, besarnya biaya pengobatan dan terjadinya komorbiditas seperti asma, sinusitis dan otitis media.pada anak, pengaruhnya bahkan sampai pada terganggunya kemampuan belajar dan penurunan kualitas hidup orang tuanya.pencegahan efektif sangat diperlukan. Pencegahan primer sangat efektif namun masih sulit dilaksanakan, karena berkaitan dengan rekayasa in-utero, sedangkan pencegahan sekunder, misalnya diet eliminasi, tidak mudah diterapkan di masyarakat luas, karena setiap masyarakat atau bangsa telah mempunyai kepercayaan kuat mengenai apa yang wajar tentang jenis makanan. Perkembangan ilmu dan teknologi memungkinkan perubahan paradigma pencegahan alergi dari paradigma penghindaran faktor resiko menjadi paradigma induksi aktif toleransi imunologik (Endaryanto dan Harsono, 2011). Di Asia khususnya Indonesia, beberapa ekstrak herbal telah digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit.senyawa aktif dan

3 mekanisme aksi ekstrak herbal tersebut sebagian besar belum diketahui, dan hanya sedikit ekstrak herbal yang telah diskrining aktivitas fakmakologinya secara in vivo dan in vitro.akhir-akhir ini berbagai tanaman obat telah dilaporkan memiliki aktivitas anti alergi secara in vivo dan in vitro, oleh karena itu kajian sistemik tanaman obat sangat diperlukan (Lee et al., 2007). Adapun dalam ayat Al-quran telah dijelaskan bahwa : Artinya :Dan Kami turunkan dari Al quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian (QS. 17:82) Uwi (Dioscorea alata) merupakan salah satu varietas umbiumbian potensial sebagai sumber bahan pangan karbohidrat non beras.selain sebagai sumber pangan non beras, Diosorea alata bermanfaat untuk kesehatan. Varietas lokal yang berwarna ungu mengandung zat-zat yang bermanfaat untuk kesehatan dan manfaat lain yang belum banyak diketahui oleh masyarakat. Uwi ungu (Dioscorea alata L.) merupakan sumber hayati umbi-umbian yang telah banyak digunakan untuk komsumsi sehari-hari dan dimanfaatkan secara optimal untuk membuat aneka pangan olahan enak, bergizi dan menyehatkan. Potensi Dioscorea alata L. adalah sumber karbohidrat dan banyak mengandung senyawa fenol, antosianin yang tinggi antioksidannya (Budiharjo, 2009). Konsumsi makanan yang kaya antioksidan dapat mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh stres oktidatif dan inflamasi.antioksidan berperan penting dalam menghambat dan menetralkan radikal bebas (Rajikapoor et al.,

4 2008). Antioksidan adalah bahan yang dapat menangkap elektron bebas yang dilepaskan oleh radikal bebas tanpa menyebabkan instabilitas pada molekul itu sendiri, sehingga dapat mengurangi alergi (Sumardika et al.,2010). Dengan demikian diasumsikan bahwa alergi dapat dicegah dengan pemberian antioksidan.flavonoid merupakan salah satu bentuk antioksidan. Salah satu flavonoid yang penting adalah antosianin yang mempunyai banyak manfaat sebagai agen antialergi. Kebanyakan Dioscorea alata L. di Indonesia masih tumbuh liar di kebunkebun yang tidak dirawat atau di hutan-hutan.biasanya Dioscorea alata L tumbuh di bawah tegakan tanaman keras.di mata masyarakat, Dioscorea alata L masih dipandang rendah, oleh karena itu umbi tersebut tidak bisa dijumpai di pasar tradisonal, lebih-lebih di pasar swalayan.secara empiris, umbi Dioscorea alata L. di desa-desa hanya dianggap sebagai teman minum the dan dipercaya memiliki khasiat untuk menyembuhkan gatal- B. Rumusan Masalah etanol umbi Dioscorea alata L terhadap kadar Ig E pada serum darah mencit C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji efek antialergi ekstrak etanol umbi Dioscorea alata L. melalui model alergi.

5 Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk membandingkan kadar serum darah Ig E yang diberi ekstrak etanol umbi Dioscorea alata L. pada mencit model alergi dengan kontrol. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum bahwa umbi Dioscorea alata L. terbukti mempunyai efek anti alergi, maka diharapkan dapat memberikan gambaran molekuler farmakodinamik ekstrak umbi Dioscorea alata L. pada model alergi. Apabila terbukti dapat dipakai sebagai senyawa anti alergi yang rasional, aman dan selektif, maka hal ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan. 2. Memperkaya khasanah tanaman herbal di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Sebatas pengetahuan peneliti belum ada penelitian mengenai umbi Dioscorea alata L. terbukti mempunyai efek anti alergi tetapi peneliti menemukan Phyllanthus acidus[l.]skeels oleh Subijanto dan Prasetyo pada tahun 2006. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dan bertujuan untuk mengetahui efek dari ekstrak daun Phyllanthus acidus[l.] Skeels terhadap kadar Ig E pada mencit model alergi asma. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada penelitian ini menggunakan ekstrak umbi Dioscorea alata L.