BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan plastik karena dinilai lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makanan dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Plastik sebagai kemasan produk menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN GULA JAGUNG TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN BIODEGRADABILITAS PLASTIK CAMPURAN POLYPROPYLENE BEKAS DAN PATI SAGU

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

PEMANFAATAN SINGKONG KARET UNTUK PEMBUATAN BIOPLASTIK DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL DAN KITOSAN YANG BERBEDA

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

mempengaruhi atribut kualitas dari produk tersebut (Potter, 1986). Selama proses

SINTESA PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI SAGU DENGAN GLISEROL DAN SORBITOL SEBAGAI PLASTICIZER

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

I. PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri yang. agar produk akhir yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi oleh

Pembuatan Film Bioplastik Dari Biji Nangka Dan Kulit Kacang Tanah Dengan Penambahan Gliserol

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima,pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

EFEK KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BIOPLASTIK SORGUM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak pada lingkungan ketika sudah tidak terpakai.

KULIAH KE VIII EDIBLE FILM. mampu membuat kemasan edible yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GELATIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN BIODEGRADABILITAS PLASTIK CAMPURAN POLIETILEN TEREFTALAT BEKAS DAN PATI SAGU

PENGARUH PENAMBAHAN PATI TALAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT BIODEGRADABEL PLASTIK CAMPURAN POLIPROPILENA DAN GULA JAGUNG

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia sehari-hari. Plastik umumnya berasal dari minyak bumi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH WAKTU SIMPAN FILM PLASTIK BIODEGRADASI DARI PATI KULIT SINGKONG TERHADAP SIFAT MEKANIKALNYA

SEBAGAI BAHAN GLISEROL

I. PENDAHULUAN. tahun. Menurut data FAO (2008), pada tahun konsumsi kentang. di Indonesia adalah 1,92 kg/kapita/tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2)

KUALITAS NATA DE CASSAVA LIMBAH CAIR TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN GULA PASIR DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah padi dan singkong. Indonesia dengan luas area panen ha

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

NURUL FATIMAH A

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negeri yang sangat dikagumi akan kekayaan alamnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang dibuat melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. (APTINDO, 2013) konsumsi tepung terigu nasional meningkat 7% dari tahun

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

KADAR GLUKOSA DAN KADAR BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissima pohl) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

1. PENDAHULUAN. Perkembangan komposit berlangsung dengan sangat pesat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Ketela pohon banyak dikenal masyarakat sebagai bahan pangan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemanfaatan polimer telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh yang sering kita jumpai sehari-hari adalah plastik (Lindeman, 1971). Plastik telah banyak digunakan secara besar-besaran untuk berbagai keperluan, seperti alat rumah tangga, alat-alat listrik, komponen kendaraan bermotor, mainan anak-anak dan masih banyak lagi. Penggunaan plastik ini akan terus meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kemajuan teknologi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya keunggulan plastik, diantaranya jauh lebih ringan dibandingkan gelas atau logam, transparan, tidak korosif, dan juga tidak mudah pecah. Dengan semakin meningkatnya penggunaan bahan plastik maka akan semakin besar sampah yang dihasilkan dan akan menimbulkan masalah untuk lingkungan sekitar tempat pembuangan sampah. Masalah yang ditimbulkan oleh sampah plastik adalah karena tidak hancurnya sampah plastik oleh mikroorganisme atau sifat non-biodegradasi plastik. Plastik yang umumnya digunakan adalah hasil sintesis polimer hidrokarbon dari minyak bumi, seperti polietilena (PE), polipropilena (PP), polisterena (PS), polivinil klorida (PVC) dan sebagainya yang bersifat termoplastik, bila dibakar tidak terdegradasi, melainkan hanya meleleh, tetapi setelah dingin akan kembali memadat. Berbagai cara telah banyak ditempuh dalam penanggulangan limbah plastik seperti daur ulang dan pembakaran limbah plastik. Akan tetapi penggunaan plastik daur ulang dinilai tidak efisien karena prosesnya lebih sulit dan pengolahannya lebih mahal dibandingkan membeli bahan baku plastik yang baru. Sedangkan pengolahan limbah plastik dengan cara pembakaran menghasilkan gas beracun bagi manusia dan meningkatkan pemanasan global. Sampah plastik bekas pakai tidak akan hancur meskipun telah ditimbun dalam waktu lama, sehingga mengakibatkan penumpukan sampah plastik dapat menyebabkan pencemaran 1

2 dan kerusakan bagi lingkungan hidup. Untuk mengurangi terjadinya penimbunan sampah plastik maka dilakukan penelitian pembuatan plastik ramah lingkungan (biodegradable). Plastik ramah lingkungan merupakan plastik yang dapat terurai oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Plastik ramah lingkungan memiliki kegunaan yang sama seperti plastik sintetis atau plastik konvensional. Plastik ramah lingkungan biasanya disebut dengan bioplastik, yaitu plastik yang seluruh atau hampir seluruh komponennya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Penelitian tentang pembuatan plastik ramah lingkungan (biodegradable) sudah pernah dilakukan. Diantaranya pembuatan plastik berbahan dasar polypropylene bekas dan pati sagu yang diteliti oleh Maria (2011), dengan meneliti pengaruh penambahan gula jagung pada plastik biodegradabilitas campuran polypropylene bekas dan pati sagu. Nilai mekanik terbaik dimiliki oleh sampel yang mengandung 10 g gula jagung dengan nilai kuat lentur 96,9 kg/cm 2 dan nilai kuat tekan 87,04 kg/cm 2. Pada penelitian Mia (2012), mensintesis struktur permukaan terhadap daya degradasi plastik biodegradable nata de manihot. Struktur permukaan yang baik terdapat pada penambahan gliserol. Menurut penelitian Richana (2004) kandungan pati dalam gembili dapat menjadi alternatif bahan dasar pembuatan film plastik biodegradable karena diantara umbi-umbian seperti ganyong, ubi kelapa (uwi) dan suweg, gembili memiliki rendemen pati tertinggi. Firdaus, dkk (2008) dalam penelitiannya menggabungkan antara kitosan dengan pati untuk membuat plastik. Bahan yang digunakan yaitu pati kitosan serta gliserol sebagai plasticizer. Dengan menggunakan gliserol sebagai plasticizer menghasilkan plastik yang berbeda dari keadaan awalnya. Menurut Yoshida, dkk (2009), plastik yang dibentuk dari polimer murni bersifat rapuh sehingga digunakan plasticizer untuk meningkatkan fleksibilitasnya. Plastik kitosan dengan penambahan plasticizer mempunyai sifat lebih fleksibel dari pada plastik tanpa plasticizer. Menurut penelitian Rahardiyanto (2013) plastik biodegradable terdiri dari bahan pati ubi kayu

3 dan serat batang ubi kayu dengan penambahan gliserol. Dalam penelitianya parameter yang diukur hanya uji titik leleh dari plastik biodegradable. Kulit singkong pada umumnya digunakan untuk pupuk kompos dan makanan ternak oleh masyarakat. Kandungan pati yang berasal dari kulit singkong yang cukup tinggi dapat digunakan sebagai plastik ramah lingkungan (biodegradable). Potensi tersebut dapat digunakan sebagai peluang untuk memberikan nilai tambah pada kulit singkong sebagai bahan dasar dalam pembuatan kemasan plastik yang ramah lingkungan. Kulit umbi ubi kayu yang diperoleh dari produk tanaman ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan limbah utama pangan di negara-negara berkembang. Semakin luas areal tanaman ubi kayu diharapkan produksi umbi yang dihasilkan semakin tinggi yang pada gilirannya semakin tinggi pula limbah kulit yang dihasilkan. Setiap kilogram ubi kayu biasanya dapat menghasilkan 15 20 % kulit umbi. Kandungan pati kulit ubi kayu yang cukup tinggi, memungkinkan digunakan sebagai pembuatan film plastik biodegradasi. Komponen kimia kulit singkong adalah sebagai berikut: protein 8,11 %, serat kasar 15,20 %, pektin 0,22 %, lemak kasar 1,44 %, karbohidrat 16,72 %, kalsium 0,63 %, air 67,74 % dan abu 1,86%. Sedangkan komponen kimia dan gizi daging singkong dalam 100 g adalah protein 1 g, kalori 154 g, karbohidrat 36,8 g dan lemak 0,1 g. Selain itu kulit singkong juga mengandung tannin, enzim peroksida, glukosa, kalsium oksalat, serat dan HCN (Rukmana, 1986). Ban (2006) menyatakan bahwa plastik berbahan baku pati memiliki beberapa kelemahan. Bioplastik ini kurang tahan terhadap air (kurang hidrofobik/bersifat hidrofilik) dan sifat mekaniknya masih rendah (kekuatan tarik dan modulus Young). Salah satu cara untuk mengurangi sifat hidrofilik adalah dengan mencampur pati dengan biopolimer lain yang bersifat hidrofobik, seperti selulosa, kitosan, dan protein. Sedangkan untuk memperbaiki sifat mekaniknya (terutama sifat elastisitasnya), dapat dilakukan dengan mencampur pati dengan plasticizer. Pada proses pembuatan plastik ramah lingkungan (biodegradable) perlu ditambahkan plasticizer agar

4 plastik yang dihasilkan lebih elastis, fleksibel dan tahan terhadap air (Darni, dkk. 2008). Penambahan ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, sifat mekanik dan melindungi plastik dari mikroorganisme yang dapat merusak plastik. Salah satu plasticizer yang banyak digunakan dalam pembuatan plastik ramah lingkungan (biodegradable) adalah gliserol. Hal ini dikarenakan gliserol sebagai plasticizer dapat memberikan sifat yang lebih elastis terhadap plastik jika dibandingkan plasticizer lain, seperti sorbitol (Paramawati, 2001). Gliserol termasuk senyawa yang banyak ditemui di alam dan harganya relatif murah. Selain itu, gliserol bersifat ramah lingkungan, karena senyawa ini dengan mudah dapat terdegradasi oleh mikroorganisme (Marhanah, 2008). Pada penelitian Poernomo, (2013) memanfaatkan minyak jelantah untuk bahan dasar pembuatan bioedisel. Hasil olahan minyak jelantah tersebut tidak hanya menghasilkan bioedisel melainkan juga menghasilkan gliserol yang dapat dimanfaatkan untuk membuat plastik ramah lingkungan. Pembuatan gliserol dari minyak jelantah dilakukan melalui dua tahap reaksi, yaitu reaksi esterifikasi asam lemak bebas dalam minyak minyak kelapa bekas (jelantah) dengan metanol menggunakan katalisator H 2 SO 4, kemudian dilanjutkan dengan reaksi transesterifikasi minyak kelapa bekas (jelantah) hasil reaksi tahap pertama dan metanol menggunakan katalisator NaOH. Penggunaan katalis asam disamping itu katalis basa berguna menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa bekas (jelantah). Karena minyak kelapa bekas (jelantah) yang digunakan berasal dari minyak kelapa yang didalamnya mengandung asam lemak seperti asam kaprilat 8%, asam kaprat 7%, asam laurat 48%, asam miristat 17,5%, asam palmitat 8,8%, asam stearat 2%, asam oleat 6% dan asam linoleat 2,5%.(Kirk Othmer, 1951) Dari latar belakang persoalan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PEMANFAATAN TEPUNG KULIT SINGKONG (Manihot utilissima) UNTUK PEMBUATAN PLASTIK RAMAH LINGKUNGAN (BIODEGRADABLE) DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL DARI MINYAK JELANTAH

5 B. Pembatasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan maka dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Subjek penelitian adalah kulit singkong (Manihot utilissima), gliserol dari minyak jelantah, dan maizena 2. Obyek penelitian adalah plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima) 3. Parameter yang diukur adalah uji sifat mekanik plastik ramah lingkungan (perpanjangan putus dan ketahanan tarik) dan uji organoleptik plastik ramah lingkungan (tekstur) C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana ketahanan tarik dan perpanjangan putus plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima) dengan penambahan gliserol dari minyak jelantah? 2. Bagaimana sifat organoleptik (tekstur) plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima) dengan penambahan gliserol dari minyak jelantah? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah 1. Untuk mengetahui ketahanan tarik dan perpanjangan putus plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima) dengan penambahan gliserol dari minyak jelantah 2. Untuk mengetahui sifat organoleptik (tekstur) plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima) dengan penambahan gliserol dari minyak jelantah

6 E. Manfaat Peneletian 1. IPTEK a. penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk sosialisasi ke masyarakat bahwa kulit singkong (Manihot utilissima) dapat diolah menjadi barang yang dapat dimanfaatkan selain sebagai pakan ternak dan berbagai olahan makanan. b. penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan untuk mengetahui ketahanan tarik dan perpanjangan putus plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima) dengan ditambah konsetrasi gliserol dari minyak jelantah yang berbeda. c. penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. 2. Bagi masyarakat a. hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai sentra usaha kecil yang dapat menambah pendapatan masyarakat. b. meningkatkan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat dalam pengaplikasian kulit singkong (Manihot utilissima). 3. Bagi peneliti a. dapat memperoleh pengalaman langsung cara membuat plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima) dengan penambahan konsentrasi gliserol dari minyak jelantah. b. dapat menambah wawasan, pengetahuan, maupun ketrampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian karakteristik plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima). c. dapat mengetahui ketahanan tarik dan perpanjangan putus plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima) dengan penambahan gliserol dari minyak jelantah. d. dapat mengetahui hasil uji organoleptik terhadap plastik ramah lingkungan dari kulit singkong (Manihot utilissima) dengan penambahan gliserol dari minyak jelantah.