BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN. Sastra ialah seni pertunjukan dalam kata-kata dan memiliki kekuatan untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya para sastrawan yang berupa fenomena yang ada dalam masyarakat dan dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulis. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan dan kemunculan sastra sering bermula dari permasalahan-permasalahan yang dialami manusia dan lingkungannya kemudian diimajinasikan oleh seorang pengarang untuk menuangkan masalah-masalah tersebut menjadi karya sastra. Salah satu genre sastra adalah prosa. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut dengan fiksi, teks naratif atau wacana naratif (Nurgiyantoro, 1998: 2). Karya fiksi menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, memberi hiburan dan tidak sungguh-sungguh terjadi pada dunia nyata. Karya sastra sangat erat hubungannya dengan pembelajaran bahasa. Sastra itu sendiri adalah suatu bentuk karya seni yang menggunakan media bahasa. Sastra ada untuk dibaca, dinikmati dan dipahami, serta dimanfaatkan, yang antara lain menambah wawasan kehidupan. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat dari Alwi dan Sugono (2002: 234), manusia bisa kreatif, bisa berwawasan luas, bahkan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila ia menimba nilai-nilai yang dituangkan oleh pengarang dalam karya sastra. Bahkan jika suatu karya sastra, contohnya novel dijadikan sebagai materi atau bahan ajar, tidak menutup kemungkinan cerita novel tersebut dimasukkan ke dalam kompetensi dasar yang telah ada. Misalnya kompetensi dasar membaca teks sastra, seorang tenaga pendidik dapat memakai karya sastra novel tersebut sebagai bahan ajar. Tidak hanya kompetensi membaca saja, bahkan kompetensi lainnya seperti kompetensi dasar menyimak pun bisa memakai bahan ajar novel atau karya sastra lainnya. Karya sastra akan menjadi sesuatu yang menarik dan dibutuhkan oleh siswa bahkan masyarakat, jika mengandung gagasan, nilai, norma dan peraturan yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Menurut Alwi dan Sugono (2002: 234), 1

2 salah satu dampak sastra adalah mengukuhkan nilai-nilai positif dalam pikiran dan perasaan manusia. Sastra memiliki fungsi utama sebagai penghalus budi, peningkatan kepekaan rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tertulis. Salah satu jenis karya sastra fiksi tertulis yang menceritakan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang didalamnya bertujuan memberi hiburan kepada pembaca adalah novel. Setiap pengarang dalam menulis suatu novel, dipengaruhi oleh dua unsur pembangun yang biasa kita kenal dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terkandung di dalam cerita dan secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur-unsur tersebut antara lain, tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa dan lain-lain. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra tersebut dan secara tidak langsung mempengaruhi bangunan karya sastra. Misalnya biografi pengarang, psikologi pengarang, dan keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial (Nurgiyantoro, 1998: 23-24). Novel sebagai salah satu jenis karya sastra merupakan wacana yang memuat banyak kata atau bahasa yang tentu beragam, diciptakan sesuai dengan gagasan dan imajinasi pengarangnya. Setiap pengarang tentu mempunyai harapan agar hasil karyanya menarik dan dapat diterima pembaca. Untuk mewujudkan hal itu keahlian pengarang dalam memilih dan menyusun kata atau unsur bahasa merupakan faktor yang sangat penting, sehingga karya yang dihasilkannya menjadi lebih baik. Selain unsur bahasa, faktor yang tak kalah pentingnya adalah unsur tema cerita serta tokoh yang mewakili suatu peristiwa atau fenomenafenomena yang khas. Biasanya menggambarkan kehidupan masa lalu dan mengunggulkan sosok tertentu yang mencerminkan atau bisa jadi bertolak belakang dengan kehidupan sekarang. Pembelajaran membaca teks sastra di Sekolah Menengah Atas saat ini kurang optimal. Siswa kurang mempunyai minat dan sikap antusias yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran sastra, dikarenakan proses pembelajaran yang berlangsung monoton dan cenderung membosankan. Bahan pembelajaran sastra

3 yang digunakan oleh guru kurang menarik dan cenderung hanya diambilkan dari buku teks atau buku pegangan siswa saja. Hal tersebut menjadikan gairah dan motivasi siswa kurang tergugah. Keterbatasan materi pembelajaran dalam pembelajaran bahasa Jawa diduga disebabkan kurang kreatif dan inovatifnya para pendidik. Materi ajar yang baik dalam pembelajaran membaca teks sastra adalah yang dapat menarik apresiasi, minat dan antusias peserta didik. Realitas yang menyedihkan bahwa pengajaran sastra di sekolah pada beberapa dekade terakhir ini kurang membawa pencerahan bagi siswa. Kondisi pengajaran sastra yang terlunta-lunta tampaknya belum juga mengalami perubahan dan kemajuan yang signifikan. Tetap saja pengajaran sastra di sekolah mengalami peminggiran, bahkan seolah-olah tereliminasikan dari pembelajaran. Adapun alasan-alasan klasik, misalnya terbatasnya waktu yang tersedia, pengajaran bahasa dan sastra Jawa lebih terfokus pada bahasa (tepatnya tata bahasa), dan bahan ajar sastra yang terbatas. Bahan ajar merupakan salah satu komponen dalam pembelajaran yang harus dipenuhi. Semakin banyak referensi atau materi bahan ajar semakin memudahkan tenaga pendidik dan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Pada awalnya gurulah sumber belajar satu-satunya di kelas, namun pada saat ini guru mengarah sebagai fasilitator dan dituntut pengadaan bahan ajar atau buku pegangan agar menjembatani permasalahan keterbatasan kemampuan daya serap siswa dan keterbatasan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar di kelas. Selain itu, kehadiran bahan ajar dapat berguna untuk memahami dan memberikan perlakuan sesuai dengan karakteristik siswa secara individual, sehingga materi-materi yang kurang dipahami dapat dieksplorasi kembali melalui bahan ajar. Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang dapat diberikan kepada peserta didik. Sebuah karya sastra akan memberikan informasi yang berbeda-beda bagi para pembacanya yang berbeda-beda pula, sesuai dengan tingkat daya tangkap masing-masing peserta didik. Peserta didik perlu dibimbing hingga mampu menangkap makna dan nilai-nilai yang tersirat dalam karya sastra tersebut. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan

4 berbentuk cerita. Novel sebagai salah satu karya sastra sangat mungkin untuk dijadikan bahan pembelajaran sastra di sekolah. Untuk menjadikan novel sebagai bahan ajar, maka harus ada strategi untuk menjembatani yaitu mengembangkan materi ajar membaca teks sastra dengan mensimplifikasikan novel tersebut. Hasil simplifikasi novel inilah yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran bahasa dan sastra Jawa. Tujuan dari simplifikasi suatu novel yaitu memudahkan siswa dalam memahami isi novel tanpa harus membaca novel yang begitu tebalnya, sehingga waktu pembelajaran jadi lebih efektif, tanpa menghilangkan nilai-nilai moral yang terkandung di dalam novel. Bahan ajar tidak harus bersumber dari buku teks. Bahan ajar dapat diambil dari berbagai sumber selama sesuai dengan kurikulum. Salah satu contoh bahan ajar selain buku teks adalah novel. Salah satu novel yang bisa dijadikan sebagai bahan ajar sastra dalam pembelajaran bahasa Jawa adalah novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara. Any Asmara dilahirkan di Yogyakarta 21 Januari 1947 di tengah keluarga pengarang Jawa. Beliau sejak lahir memiliki nama Teguh Haryono. Pergantian nama jadi Teguh Ranusastra Asmara setelah ia menulis puisi di lembaran Persada, Koran Minggu Pelopor Jogja. Nama belakang itu diambil dari bagian nama ayahnya. Orang pertama yang mengajak Umbu Landu Paranggi untuk membentuk klub penulis kreatif Pelopor Jogja bernama Persada Studi Klub (PSK). Bersama Iman Budhi Santosa dan Suwarno Pragolapati akhirnya menggedor Umbu untuk membentuknya pada 5 Maret 1969. Menurut Hutomo (1975: 62), Any Asmara adalah pengarang cinta asmara. Tema cinta asmara ini juga meliputi novelnya yang berbentuk cerita detektif dan cerita perjuangan. Salah satu novel Any Asmara yang dapat mewakili tema cinta asmara ini adalah sebuah novel yang berjudul Kumandhanging Katresnan. Novel karangan Any Asmara tersebut mempunyai nilai pendidikan atau pesan moral yang baik bagi siswa, yaitu segala sesuatu membutuhkan pengorbanan. Kita sebagai manusia hanya bisa berencana, berharap dan berusaha semaksimal mungkin, tetapi semua kehendak bergantung pada sang khaliq. Salah satu keistimewaan novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara adalah alur ceritanya yang tidak biasa, yaitu menggunakan alur campuran

5 yang mengisahkan masa lalu (back tracking) sang tokoh utama, yaitu Ranu Asmara yang mencintai seorang gadis namun tidak disetujui oleh orang tua pihak perempuan. Namun Ranu Asmara tidak patah arah dan berusaha bangkit meniti karir. Hal tersebut yang menjadikan novel ini menarik untuk dibaca dan digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa di sekolah tingkat SMA. Tingkat psikologi siswa SMA tentunya berbeda dengan siswa SMP maupun Sekolah Dasar. Siswa SMA sudah lebih dewasa dan lebih tertarik dengan cerita-cerita yang berbau roman atau percintaan, namun tetap dalam pengawasan dan batasan-batasan pembelajaran. Selain itu, novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara telah dicetak beberapa kali. Salah satu Universitas di Semarang juga mencetak kembali novel tersebut dan bahkan membuat softcopynya, yaitu oleh Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa. Penelitian ini mengkaji novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara untuk disimplifikasikan dengan menggunakan teori strukturalisme naratif model Seymour Chatman. Teori struktralisme naratif model Seymour Chatman digunakan karena objek yang diteliti berupa novel yang terdiri dari rangkaian cerita narasi. Teori strukturalisme naratif merupakan suatu alat dan cara untuk membedah suatu karya sastra lewat struktur cerita. Berdasarkan teori strukturalisme naratif Chatman, peristiwa-peristiwa dalam cerita yang terangkai dalam peristiwa-peristiwa naratif yang terbagi dalam unit-unit naratif dan di dalam unit-unit cerita, antara unit cerita yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa naratif tersebut yang dijadikan pedoman untuk menyederhanakan novel tersebut. Hasil simplifikasi novel Kumandhanging Katresnan diduga dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang lebih efektif dan relevan dengan pembelajaran bahasa Jawa. Simplifikasi sendiri bertujuan mempermudah pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang atau penulis terhadap pembaca. Menurut Csaba Pleh (2003: 188), para teori klinis Prancis, Pierre Janet (1928) mengklaim bahwa teks disusun secara logis adalah kunci untuk rasionalitas, karena asal rasionalitas harus to dicari user dalam koordinasi interpersonal.

6 Artinya dalam menyusun sebuah teks, harus mempertimbangkan aspek-aspek personal atau subjek yang dituju (siswa). Simplifikasi tentunya beda dengan membuat sinopsis suatu karangan. Sinopsis cerita cenderung langsung mengarah ke inti cerita dan terkadang menghilangkan salah satu unsur cerita yang terdapat di dalamnya. Sementara, simplifikasi merupakan proses penyederhanaan novel dari halaman yang panjang, kemasan dan bentuknya yang tebal menjadi teks sastra yang lebih singkat tetapi tanpa mengubah struktur naratif yang ada di dalamnya. Hasil simplifikasi novel tersebut, dapat mempermudah siswa dalam memahami isi cerita tanpa harus membaca novel yang begitu tebal dan membutuhkan waktu lama. Hasil simplifikasi novel ini diharapkan dapat membantu pembelajaran bahasa Jawa yang bergenre sastra. Penelitian yang mengkaji karya sastra novel sebagai bahan kajian sudah banyak dilakukan, namun novel Kumandhanging Katresnan beserta struktur naratifnya diduga belum pernah diteliti. Setiap penelitian biasanya mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan tolak ukur untuk melakukan penelitian selanjutnya. Hal ini digunakan untuk mengetahui relevansi penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian mengenai objek kajian berupa novel sudah banyak dilakukan, namun pendekatan yang digunakan tidak sama. Penelitian yang mempunyai objek kajian novel diantaranya yang dilakukan oleh Mursyidah (2013: 1) dalam jurnalnya yang berjudul Ma s Anxiety in Emma Donoghue s Room. Novel yang berjudul Room tersebut, memunculkan tokoh Ma yang mengalami depresi kehidupan. Penelitian Mursyidah ini hanyalah meneliti unsur intrinsik serta gejolak jiwa yang dialami Ma. Nyoni (2011: 83-84) pernah melakukan penelitian terhadap tiga novel sekaligus, yaitu Marachera s House of Hanger, The Black Insider, and Mindblast yang berisi tentang konflik-konflik batin yang berkecamuk akibat keadaan sosial yang tidak stabil seperti masalah kelaparan, kesehatan dan kemiskinan. Penelitian tersebut berjudul A Psychoanalityc Reading of Marachera s House of Hanger, The Black Insider, and Mindblast. Sementara penelitian yang mengkaji tentang struktur naratif sebuah karya sastra adalah penelitian yang dilakukan oleh Aylett dan Louchart yang berjudul

7 Towards a narrative theory of virtual reality. Jurnal tersebut membahas relevansi teori naratif Plato, termasuk kajian dan teori-teori kritik sastra yang diantaranya kritik film dan drama teatrikal serta analisis karakter dari Virtual Reality dengan teori naratif. Didalamnya juga menggunakan acuan tentang struktur naratif model Seymour Chatman. Berbeda dengan Aylett dan Louchart, Françoise dan Antonio Rizzo (2007) dengan jurnalnya yang berjudul New Active Tools for Supporting Narrative Structures memberi gambaran lain mengenai unsur-unsur naratif yang terbentuk oleh imajinasi pengarang, logika dan alur. Jurnal-jurnal dan penelitian-penelitian tersebut menggunakan teori dan pendekatan yang berbeda dengan penelitian mengenai novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara. Penelitian ini akan menggunakan teori strukturalisme naratif Chatman untuk membongkar struktur naratif yang kemudian akan disimplifikasi menjadi bahan pembelajaran novel yang lebih sederhana tanpa menghilangkan unsur-unsur cerita yang terdapat dalam novel tersebut. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar membaca teks sastra, tidak hanya pada aspek membaca, tetapi pada semua aspek yang sesuai kebutuhan dengan pembelajaran bahasa Jawa yang mudah dimengerti tanpa meninggalkan nilai-nilai dan makna yang terdapat dalam cerita yang digunakan sebagai bahan ajar membaca pemahaman teks sastra (novel). Mengenai beberapa alasan yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini akan diungkap struktur naratif yang terdapat pada novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara yang akan dijadikan sebagai acuan untuk menyimplifikasi novel tersebut, serta relevansinya dengan pembelajaran bahasa Jawa di SMA. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah Simplifikasi Struktur Naratif dalam Novel Kumandhanging Katresnan Karya Any Asmara serta Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas.

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah pola struktur naratif novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara model Seymour Chatman? 2. Bagaimanakah bentuk simplifikasi struktur naratif dalam novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara? 3. Bagaimanakah relevansi hasil simplifikasi struktur naratif dalam novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara dengan pembelajaran bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah. 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pola struktur naratif novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara model Seymour Chatman. 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk simplifikasi struktur naratif dalam novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara. 3. Mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi hasil simplifikasi struktur naratif dalam novel Kumandhanging Katresnan karya Any Asmara dengan pembelajaran bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa teori strukturalisme naratif model Seymour Chatman dapat digunakan untuk mensimplifikasikan cerita novel Kumadhanging Katresnan karya Any Asmara sebagai bahan ajar sastra menjadi teks baru yang lebih sederhana tanpa begitu mengubah struktur di dalamnya.

9 2. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa Diharapkan dapat membantu dalam berapresiasi sastra novel dan menemukan nilai-nilai pendidikan atau pesan moral yang terkandung dalam novel Kumadhanging Katresnan Karya Any Asmara. b) Bagi Guru Memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam membuat bahan ajar pembelajaran bahasa Jawa. Sehingga pembelajaran sastra di dalam kelas tidak lagi membosankan dan lebih variatif. c) Bagi Penulis Buku Memotivasi dan membantu penulis membuat simplifikasi karyanya dengan berpedoman pada teori simplifikasi dan analisis struktur naratif Seymour Chatman sebagai alternatif bagi masyarakat atau bagi para pendidik dalam pembelajaran sastra.