BAB I PENDAHULUAN. hanya buah masih diberi nama. Indonesia memiliki panjang garis pantai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

Daftar Hasil Wawancara. Adapun daftar pertanyaan dan jawaban ata pertanyaan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi

PELUANG BISNIS BUDIDAYA LELE SANGKURIANG. Bambang Sumarsono TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

[ GROUPER FAPERIK ] April 1, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Medan semakin marak terjadi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menyimpan sumber daya alam yang tinggi, yang dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdiri atas sejumlah besar tugas dan proses yang pada umumnya

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

DIES NATALIS XXXIII Universitas Islam Batik Surakarta ISBN :

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Lingkungan Eksternal Penggemukan Sapi. diprediksi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori. Prodviksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.6 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 13.466 buah namun hanya 5.707 buah masih diberi nama. Indonesia memiliki panjang garis pantai sepanjang 99.093 km dengan luas lautan mencapai 5,8 km 2, terdiri dari 0,3 juta km 2 perairan territorial, 2,8 juta km 2 perairan pedalaman dan kepulauan, dan Zona Ekonomi Eklusif sepanjang 2,7 juta km 2 (http://nationalgeographic.co.id). Hal ini membuat Indonesia memiliki kekayaaan keanekaragaman hayati dalam sektor perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menggolongkan sektor perikanan menjadi dua bagian yaitu sektor perikanan tangkap dan sektor perikanan budidaya. Sektor perikanan tangkap dapat dibagi menjadi dua wilayah menjadi perikanan tangkap di perairan umum dan perikanan tangkap di laut. Dan perikanan budidaya juga terbagi menjadi beberapa bagian antara lain budidaya sawah, budidaya jaring apung, budidaya keramba, budidaya kolam, budidaya tambak, dan budidaya laut. Tabel 1.1 Volume Perikanan Tangkap Periode Tahun 2009 2012 VOLUME TAHUN PERIKANAN PERAIRAN 2009 2010 2011 2012 % (TON) TANGKAP 5.107.9 5.384.41 5.714.271 5.811.510 2,85 71 8 LAUT 4.812.2 5.039.44 5.345.729 5.438.150 2,94 35 6 UMUM 295.73 6 344.972 368.542 373,360 1,79 Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2013

Tabel 1.2 Volume Perikanan Budidaya Periode Tahun 2009 2012 VOLUME TAHUN PERIKANAN PERAIRAN 2009 2010 2011 2012 % (TON) BUDIDAYA 4.708.563 6.277.924 6.976.750 9.451.700 26,64 LAUT 2.820.083 3.514.702 3.735.585 5.596.932 41,23 TAMBAK 907.123 1.416.038 1.734.260 1.790.602 17,53 KOLAM 554.067 121.271 120.654 1.343.304 22,00 KERAMBA 101.771 121.271 120.654 189.543 18,94 APUNG 328.606 309.499 331.936 446.839 29,96 SAWAH 86.913 96.605 98.804 80.685 1,59 Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2013 Dari kedua tabel diatas (tabel 1.1 dan tabel 1.2), potensi lestari sumber daya perikanan tangkap laut Indonesia sekitar 5,1 juta dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5.81 juta ton di tahun 2012 dan persentase peningkatan mencapai 2,85%. Sedangkan potensi lestari produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan dari 4,7 juta ton menjadi 9,4 juta ton dan persentase peningkatan 26,64%. Sektor perikanan Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang pesat. Namun potensi lestari sumber daya perikanan budidaya lebih signifikan mengalami peningkatan dibandingkan potensi sumber daya tangkap di laut. Pertumbuhan produksi budidaya yang lebih signifikan peningkatannya dibandingkan produksi perikanan tangkap membuktikan bahwa peluang perikanan budidaya lebih besar untuk dijadikan kesempatan dan pengembangan usaha dan sangat menjanjikan di masa akan datang. Di era globalisasi prospek pengembangan budidaya ikan khususnya ikan air tawar mempunyai peluang besar sebagai salah satu alternatif usaha yang prospektif bagi masyarakat yang memiliki jiwa berwiraswasta di sektor perikanan. Seperti kita ketahui bahwa proses budidaya terhadap beberapa jenis ikan sudah berkembang di Indonesia. Petani-petani ikan tertarik untuk melakukan usaha

budidaya baik secara kecil-kecilan maupun dalam skala besar. Usaha budidaya ikan memberikan prospek yang baik ke depannya karena dinilai tidak sulit untuk dijalankan dan memberikan keuntungan yang menjanjikan. Pembudidayaan ikan semakin berkembang seiring bertambahnya ilmu pengetahuan mengenai teknik pembudidayaan dan perkembangan teknologi yang memudahkan petani dalam meningkatkan produksi ikan. Masyarakat juga semakin sadar akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang berprotein tinggi. Hal ini menjadi kabar baik kepada petani ikan untuk terus membudidayakan ikan. Usaha budidaya ikan telah memberikan dampak positif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat dalam bentuk penyerapan tenaga kerja atau mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani pembudidaya ikan maupun pelaku usaha yang terlibat secara tidak langsung seperti pedagang pengentas ikan, usaha pemancingan, rumah khas ikan, usaha pasokan pupuk kandang (peternak), dan pupuk buatan (penyedia sarana produksi perikanan), pengangkutan serta para penyedia jasa lainnya yang dengan adanya usaha budidaya ikan. Disamping itu, usaha budidaya ini juga berdampak positif terhadap kehidupan sosial masyarakat serta berkontribusi positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bagi pemerintah daerah setempat. Dampak positif inilah yang memacu produksi ikan di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Salah satu jenis ikan yang saat ini sangat digemari oleh para petani untuk dibudidayakan adalah ikan lele. Ikan lele pada awalnya kurang diminati karena bentuknya dan bertubuh licin. Namun seiring meningkatnya teknik olahan pangan lele dan sadar akan pentingnya kandungan protein yang terkandung di dalamnya membuat ikan lele digemari masyarakat. Kelebihan ikan lele dibandingkan dengan produk hewani lainnya adalah sehat untuk jantung karena rendah lemak

dan mengandung senyawa asam amino esensial Leusin ((C 6 H 13 NO 2 ) dan Lisin yang berfungsi untuk pertumbuhan anak-anak, keseimbangan nitrogen, dan pembentukan otot (http://www.dunialele.com). Hidangan lele dapat kita lihat dari rumah makan di pinggir jalan sampai restoran yang menyajikan olahan lele. Lele dengan nama ilmiah Clarias Sp. Memiliki pertumbuhan yang cepat berkisar 1,5 bulan, tidak sulit dipelihara karena dapat bertahan dalam kondisi tanah berlumpur, kuat terhadap serangan hama penyakit, dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi yang dapat menghemat lahan dan memanfaatkan lahan marginal dengan hemat air serta teknologi budidaya dan pembenihannya mudah dilakukan oleh masyarakat. Ikan lele terbagi atas beberapa jenis antara lain: lele Lokal (Clarias Batrachus), lele Dumbo (Clarias Gariepinus), lele Sangkuriang (Clarias Sp.), dan lele Phyton. Dari beberapa jenis ikan tersebut jenis ikan lele yang memiliki keunggulan lebih adalah ikan lele Sangkuriang. Ikan lele Sangkuriang adalah ikan hasil persilangan antara induk ikan lele dumbo betina generasi kedua (F2) yang diitroduksi ke Indonesia (1985) dengan induk ikan jantan generasi keenam (F6) sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi (Suyanto, S. Rachamatun, NY, 2008: 55). Ikan lele yang didapatkan lebih tahan terhadap berbagai penyakit, dapat dipelihara di air yang sedikit, kualitas daging yang jauh lebih baik, dan kemampuan bertelur lebih banyak daripada jenis ikan yang lain. Kolam ikan Usaha Perikanan Rakyat (UPR) merupakan usaha kolam ikan yang membudidayakan ikan lele. Kolam ikan Lele UPR memiliki peluang untuk dikembangkan karena memiliki lahan yang luas dengan kepemilikan sendiri dan tidak memiliki pesaing sejenis disekitarnya. Ikan lele yang dibudidayakan dalam kolam UPR ini adalah ikan lele jenis Sangkuriang yang dikawinsilangkan dengan

ikan lele lokal. Kegiatan pembudidayaan di Kolam ikan lele UPR mulai dari pembenihan, pemeliharaan, dan pembesaran. Kolam ikan UPR dikelola perorangan oleh Bapak Syahbuddin di Jalan Delitua No. 58, Pancur Batu. Kendala yang dihadapi oleh Kolam ikan lele UPR adalah keterbatasan modal usaha dalam mengembangkan usahanya untuk lebih besar dan dalam memeliharaannya masih menggunakan peralatan dan keterampilan sederhana yang didapatkan dari pengalaman. Pemijahan ikan lele dilakukan sendiri dan secara alami sehingga masih sedikit bibit ikan lele yang dapat dihasilkan untuk memenuhi permintaan pasar. Ditambah lagi, manajemen usaha yang masih kurang baik terlihat dari tidak adanya pencatatan laporan keuangan dan pencatatan tentang perkembangan ikan lele yang dibesarkan. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan yang sudah dilakukan antara lain: Yulie A.C. Hutagalung (2013) dengan judul Strategi Pengembangan Bisnis Studi Pada RM Minang Setia Jalan Djamin Ginting No. 326, Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang perlu diterapkan untuk strategi pengembangan bisnis RM Minang Setia Jalan Djamin Ginting No. 326, Medan adalah strategi agresif yaitu menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Selanjutnya Arbi, Purnomo (2009) dengan judul Analisa Kelayakan Dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus : Desa Jati Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan input (bibit, kandang, peralatan, modal, dan tenaga kerja) tersedia di daerah penelitian. Usaha ternak sapi potong di daerah

penelitian secara ekonomi layak dikembangkan, karena dari hasil penelitian yang dilakukan usah ternak sapu potong diperoleh rataan penerimaan perpeternak sapi potong selama satu tahun sebesar Rp 42. 177, 866.66 dan rataan pendapatan per peternak selama satu tahun sebesar Rp 10.622.123,33 dan rataan nilai ROI yang diperoleh lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku yakni 36,77% dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 8,25%. Masalah- masalah yang dihadapi oleh perternak sapi potong di daerah penelitian adalah musim hujan, saprodi masih tradisional, kurangnya perawatan terhadap ternak, tidak adanya penyuluhan, dan adanya persaingan. Adapun strategi yang dibutuhkan adalah meningkatkan produksi dan mutu ternak untuk menjaga harga dan permintaan tetap tinggi dan menjalin kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam mengaktifkan PPL agar peternak dapat lebih mengetahui tata cara peraawatan dan pemeliharaan ternak sapi potong dengan baik. Kemudian Jaya Sriyana (2010) dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa masalah yang dihadapi oleh UKM di Kabupaten bantul antara lain: (1) pemasaran, (2) modal dan pendanaan, (3) inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi, (4) pemakaian bahan baku, (5) peralatan produksi, (6) penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja, (7) rencana pengembangan usaha, dan (8) kesigapan menghadapi tantangan lingkungan eksternal. Berkaitan masalah tersebut diperlukan strategi dalam mengembangan dengan dukungan seluruh stakeholders dan kebijakan pemerintah untuk percepatan transformasi UKM dari fase formasi menuju fase stabilisasi.

Alfi Amalia dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada UKM Batik Semarang di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis SWOT maka dihasilkan 13 alternatif yaitu: (1) menggunakan teknologi modern untuk meningkatkan produksi, (2) mempertahankan kualitas prosuk, (3) mengembangkan usaha dengan memanfaatkan bantuan modal dari pemerintah, (4) mengadakan pelatihan terhadap pegawai (5) merekrut tenaga ahli (6) pembukuan terhadap administrasi dan keuangan, (7) bekerjasama dengan pedagang besar batik (8) meningkatkan promosi melalui internet terutama pada saat diadakan SEMAGREs (9) menawarkan produk ke organisasi atau kelompok kerja (10) meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan (11) meningkatkan desain motif yang kreatif dan menarik, (12) menambah modal dengan melakukan pinjaman ke pemerintah melalui BUMN (13) menambah saluran distribusi. Joko Wibowo (2011) dengan judul Analisis Usaha dan Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi alternatif yang dilakukan adalah mempertahankan kualitas produk benih, meningkatkan kerjasama dengan stake holder dan mempererat kemitraan untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan dapat bertahan di pasaran, melakukan pengawasan terhadap resiko usaha pembenihan ikan lele dumbo dengan pemerintah, peningkatan pengelolan usaha pembenihan melalui kerjasama dengan instansi yang terkait dalam rangka menambah daya saing produk benih, memanfaatkan teknologi, pengaksesan pasar dan pengelolaan keuangan yang baik, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk benih dan menciptakan

alternatif sarana produksi yang murah dan ramah lingkungan,pengelolaan SDA dan limbah secara maksimal dengan pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik meneliti tentang Strategi Pengembangan Bisnis Budidaya Ikan Lele di Usaha Perikanan Rakyat 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain: 1. Faktor lingkungan internal apa saja yang mempengaruhi pengembangan bisnis Kolam Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat? 2. Faktor lingkungan eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan bisnis Kolam Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat? 3. Strategi seperti apa yang dapat diterapkan bagi Kolam Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat untuk pengembangan bisnis di masa akan datang? 1.3. Batasan Masalah Peneliti menyadari bahwa masalah- masalah penelitian sangat luas dan lebar. Sehingga peneliti memberikan batasan masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai tanggal 01 Maret 2014 sampai dengan 01 April 2014. 2. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian adalah analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, dan Threat) dan Matriks SWOT(Strenght, Weakness, Opportunities, dan Threat).

1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, adapun tujuan penelitian antara lain: 1. Untuk mengetahui faktor lingkungan internal yang memperngaruhi pengembangan bisnis Budidaya Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat. 2. Untuk mengetahui faktor lingkungan eksternal yang memperngaruhi pengembangan bisnis budidaya Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat. 3. Untuk mengetahui strategi yang dapat diterapkan pada Budidaya Ikan Lele Usaha Perikanan Rakyat untuk pengembangan bisnis di masa datang. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan masukan dalam pengembangan bisnis budidaya kolam ikan lele Usaha Perikanan Rakyat. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada masyarakat umum tentang strategi pengembangan bisnis atau usaha. 2. Manfaat Akademis Penelitian ini dapat memberikan masukan dan menjadi referensi untuk pembaca dalam menambah wawasan yang memberikan alternatif strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha.