BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang harus dikuasai karena dapat membantu menentukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai. dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kemampuan yang harus dikuasai untuk menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memajukan kesehatan didalam indonesia pemerintah membuat. program Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu badan hukum

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

II. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan batasan masalah di atas adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan secara optimal. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Standar Prosedur Operasional. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Rekam medis menurut Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008. tentang Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

secara jelas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. RASIDIN KOTA PADANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM (RSU) ANUTAPURA PALU

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR DAN FOTO...

BAB I PENDAHULUAN. pula. Setiap komunikasi memiliki tujuan masing-masing, baik dari yang

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. sakit adalah data atau informasi dari rekam medik yang baik dan lengkap. Indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti gugus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Tetapi, sekarang pandangan pasien BPJS terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan penyediaan sarana pelayanan kesehatan.di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat. Reformasi di bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan. pelanggan menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ajarmah dan Hashem (2015) mendefinisikan kepuasan pasien sebagai penilaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dalam bidang profesi kedokteran gigi merupakan suatu kemampuan yang harus dikuasai karena dapat membantu menentukan keberhasilan dalam penyelesaian masalah kesehatan gigi pasien dan sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama. Komunikasi membahas tata cara penyampaian dan penerimaan pikiran-pikiran, informasi, perasaan, dan emosi seseorang sampai ditemukannya persamaan antara penyampai pesan dan penerima pesan (Wasisto, 2009). Komunikasi belum bisa dikatakan benarbenar terjadi apabila masing-masing partisipan tidak terpengaruh dengan pikiran, perasaan atau tindakan yang telah dikeluarkan oleh partisipan lainnya (Arumsari.dkk, 2013). Komunikasi sosial berbeda dengan komunikasi terapeutik karena pada komunikasi terapeutik selalu terdapat tujuan dan arahan yang spesifik sehingga komunikasi tersebut merupakan komunikasi terencana (Kathleen, 2007). Komunikasi dokter dan skill interpersonal mencakup kemampuan mengumpulkan berbagai informasi sebagai salah satu cara penetapan diagnosis yang akurat, memberi penjelasan, memberikan instruksi terapeutik, dan membentuk hubungan dengan pasien (Ha dkk, 2010). Kemampuan komunikasi 1

2 yang baik penting bagi dokter untuk menentukan hubungan baik antara dokter dengan pasien. Hubungan yang baik antara dokter dengan pasien dapat memudahkan dokter dalam memberi pengarahan dan perawatan (Samuel.dkk, 2006). Komunikasi terapeutik dokter dengan pasien merupakan komunikasi dua arah dengan tujuan kesembuhan,dilandasi kesetaraan dan empati (Boediardja, 2009). Komunikasi dua arah tersebut dalam upaya penyembuhan bukan merupakan hal yang mudah untuk dilaksanakan (Arumsari.dkk, 2013). Komunikasi dokter gigi dan pasien yang baik akan dapat mengurangi kecemasan pasien, menaikkan kepuasan pasien, memotivasi, menjadikan pasien taat aturan dokter serta menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik (Rozier.dkk, 2011). Sebaliknya apabila komunikasi tidak terbentuk dengan baik maka dapat menyebabkan beberapa masalah antara lain miskomunikasi. Miskomunikasi dapat terjadi karena dokter tidak memberikan informasi lengkap tentang kondisi pasien atau salah dalam memberikan informasi (Nurliah, 2013). Berdasarkan majalah tempo tercatat terdapat 182 kasus malpraktik sejak 2006 hingga 2012 yang terbukti dilakukan dokter di seluruh Indonesia. Kasus malpraktik tersebut terbukti setelah dokter melalui sidang yang dilakukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Malpraktik medik dapat diartikan sebagai kelalaian atau kegagalan seorang dokter atau tenaga medis untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien (Hanafiah,

3 1999). Penyebab utama kelalaian medis biasanya karena adanya miskomunikasi antara dokter dengan pasien. (Nurliah, 2013) Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah perbandingan antara persepsi terhadap pelayanan yang di terima dengan har apannya sebelum mendapatkan pelayanan (Sembel, 2014). Pasien yang merasakan puas merupakan aset berharga karena mereka akan memakai terusmenerus jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas maka mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Oleh karena itu sebagai dokter hendaknya selalu berusaha memberikan yang terbaik (Wahyuni, 2013). Banyak ayat Al-Qur an yang berhubungan dengan memberi sesuatu yang terbaik dalam pelayanan antara lain : Sesungguhnya Allah SWT beserta orang- orang yang bertaqwa dan orang- orang yang berbuat kebaikan. (Q.S.16 : 129) Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sndiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua... (Q.S.17 : 7) Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh keterampilan komunikasi dokter (Anas, 2008) akan tetapi terkadang hal yang dilakukan oleh dokter membuat pasien tidak puas karena adanya kesalahan yang telah dilakukan dokter, sesuai dengan HR Tirmidzi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Setiap anak Adam adalah sering berbuat salah....sebagian pasien mengungkapkan kurangnya pelayanan dokter bukan karena

4 ketidakmampuannya dalam mengobati penyakit pasien tetapi karena kurang perhatian, sehingga tidak ada kesempatan untuk mengungkap apa yang dirasakan sehingga menimbulkan ketidakpuasan pasien (Ellis, 1999). Pemerintah pada tahun 2004 mengeluarkan UU No 40 yang menyatakan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai salah satu solusi mengatasi kurangnya pemerataan kesehatan. Jaminan Kesehatan Nasional merupakan salah satu program dari SJSN (Sistem Jaminan Sosial Naional) melalui suatu Badan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS terdiri dari BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan (Anonim). BPJS kesehatan adalah badan hukum publik yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk warga asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia (Herliana.dkk, 2013). Peserta BPJS terdiri dari peserta bantuan iuran (PBI) yang terdiri dari fakir miskin serta orang tidak mampu, dan golongan non PBI (Penerima Bantuan Iuran) atau peserta dari peralihan ASKES. Peserta berhak memperoleh kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Peraturan pemerintah untuk mewajibkan BPJS bagi seluruh warganya ternyata masih belum menghasilkan hasil yang baik hal ini terlihat dari masih adanya pasien BPJS yang belum puas terhadap pelayanan kesehatan. Hal tersebut terbukti dari tesis Sumarta (2015) yang dilakukan di Puskesmas Panggang menyatakan pasien Non BPJS 67,15% merasa puas terhadap

5 pelayanan puskesmas, sedangkan pasien BPJS 57,89% yang merasa puas terhadap pelayanan puskesmas. Artinya masih terdapat perbedaan kepuasan antara pasien BPJS dan pasien Non BPJS. Puskesmas merupakan suatu organisasi kesehatan yang menjadi pusat pembangunan kesehatan masyarakat, membina masyarakat, serta pemberian pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan wilayah kerja (Depkes RI, 2004). Puskesmas berfungsi sebagai pelaksana pengembangan di bidang kesehatan sehingga diharapkan mampu melaksanakan manajemen yang baik dan mampu mewujudkan pelayanan yang bermutu. Jumlah seluruh Puskesmas di Provinsi D.I. Yogyakarta adalah 117 puskesmas yang tersebar di lima kabupaten. Puskesmas Mantrijeron merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kota Yogyakarta. Berdasarkan portal pemerintah Kota Yogyakarta, Puskesmas Mantrijeron adalah puskesmas yang berhasil menjadi wakil Kota Yogyakarta dalam lomba Pukesmas Berprestasi Tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2015. Prestasi lain yang dimiliki oleh Puskesmas Mantrijeron adalah menjadi puskesmas terbaik di Yogyakarta serta satu- satunya puskesmas di Indonesia yang telah memperoleh penilaian paripurna. Penilaian paripurna merupakan penilaian tertinggi dalam akreditasi puskesmas. Prestasi yang telah diperoleh menunjukkan adanya faktor yang mempengaruhi kemungkinan dapat dipengaruhi oleh kepuasan pasien terhadap komunikasi dokter.

6 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran tingkat kepuasan pasien BPJS dan pasien Non BPJS terhadap komunikasi dokter gigi di Puskesmas Mantrijeron. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan bahwa bagaimana gambaran kepuasan pasien BPJS dan pasien Non BPJS terhadap komunikasi terapeutik dokter gigi di Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien BPJS dan pasien Non BPJS terhadap komunikasi terapeutik dokter gigi di Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi dokter gigi Dokter gigi lebih memahami tentang pentingnya komunikasi yang baik terhadap pasien sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien. 2. Bagi instansi pelayanan kesehatan Sebagai evaluasi untuk meningkatkan kepuasan mutu pelayanan, terutama dalam hal keterampilan komunikasi dokter gigi dengan pasien. 3. Bagi peneliti Menambah pengetahuan tentang keterampilan berkomunikasi yang baik.

7 E. Keaslian Penelitian 1. Wahyuni (2013) dengan judul Hubungan Komunikasi Dokter Pasien Terhadap Kepuasan Pasien Berobat Di Poliklinik RSUP DR. M. Djamil Padang. Persamaan dengan penelitian ini adalah variable independent yaitu komunikasi dokter-pasien. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variable dependent yaitu kepuasan pasien berobat sedangkan penelitian peneliti yaitu kepuasan pasien BPJS dan pasien non BPJS, teknik pengambilan sampel yaitu proportionate stratified random sampling sedangkan penelitian penulis menggunakan cara accidental sampling, jumlah responden 107 responden sedangkan penelitian penulis menggunakan 220 responden dan analisis data menggunakan analisis statistik sedangkan penelitian penulis menggunakan analisis deskriptif. 2. Firdaus (2015) dengan judul Evaluasi Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS Di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Persamaan dengan penelitian ini adalah kepuasan peserta BPJS sebagai variable dependent dan menggunakan desain kualitatif. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variable independent yaitu kualitas pelayanan sedangkan penelitian penulis yaitu komunikasi terapeutik dokter gigi, teknik pengambilan data dengan kuesioner dan wawancara sedangkan penelitian penulis hanya menggunakan kuesioner dan jumlah sampel 12 responden sedangkan penelitian penulis menggunakan 220 responden. 3. Izzah (2013) dengan judul Analisis Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Umum dan Pasien Jamkesmas terhadap Pelayanan Dokter Pada Unit Rawat

8 Inap di Puskesmas Mlonggo Kabupaten Jepara. Persamaan dengan penelitian ini adalah kepuasan pasien umum dan pasien Jamkesmas sebagai variable dependent. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variable independent yaitu pelayanan dokter pada unit rawat inap sedangkan penelitian penulis yaitu komunikasi dokter gigi, sampel yang digunakan sebanyak 96 responden sedangkan pada penelitian penulis sebanyak 220 responden dan analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat sedangkan penelitian penulis menggunakan analisis deskriptif.

9