LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS IV - SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini dunia khususnya olaharaga di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk stimulasi potensi-potensi anak, sehingga secara nature dan nurture anak

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS V - SEMESTER 1

PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG

I. PENDAHULUAN. kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga

Dasar Melatih. Indah prasetyawati tri purnama sari Fik uny Materi 4

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS IV - SEMESTER 2

Oleh: Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

1. PENDAHULUAN. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang. dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregu.

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lufty Bella Dina Hakiky, 2014

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aditia Bahrul Ilmy, 2014

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena mencakup dimensi bio-sosio-kultural. Ditinjau dari aspek

Penyusun: Dr. Danu Hoedaya & Dr. Nitya Wismaningsih [ Tim Psikologi Pelatda PON XVI Jawa Barat ]

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya :

KONSEP BELAJAR GERAK. Oleh: Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia untuk pembangunan. Olahraga merupakan kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Permainan sepakbola yang searah dengan filosofi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

BAB I PENDAHULUAN. digemari oleh kalangan remaja pada saat ini. Dalam permainan sepakbola

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS II - SEMESTER 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, dari anak-anak, dewasa, dan orang tua, pria, maupun wanita. Hakekat sepakbola menurut Sucipto (1999:7) bahwa.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

Materi: Konsep Dasar Pendekatan Taktik dalam Permainan Sepakbola. Pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah masih cenderung dilaksanakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. PENDAHULUAN. Permainan adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

Analisis SKKD Gerak. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

I. PENDAHULUAN. teratur. Senam biasa digunakan orang untuk rekreasi, relaksasi atau

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENGERTIAN Cara yg digunakan untuk mempelajari suatu keterampilan motorik sangat berpengaruh terhadap kualitas keterampilan yg dipelajari. Meskipun se

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Baley (2001:13) mengatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan. adalah pendidikan kebudayaan, yang didapat secara perorangan,

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Potter dan Perry (2005) Pertumbuhan dan perkembangan manusia

PROGRAM SEMESTER TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

PROGRAM TAHUNAN ( PROTAH )

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permainan sepakbola saat ini sangat pesat sekali, hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. maanfaat yang diperoleh langsung dari aktivitas olahraga tersebut baik untuk

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

9. Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi pada jaman modern sekarang ini membuat

Perbedaan pengaruh latihan lemparan atas bola softball dengan jarak tetap dan jarak bertahap terhadap ketepatan lemparan atas bola softball

Transkripsi:

LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT SEBAGAI PEMATERI PADA KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA OLAHRAGA PENDIDIKAN DI BANDAR LAMPUNG PADA TANGGAL 20-23 MEI 2013 OLEH : WIDIYANTO FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

METODE KREATIVITAS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN OLAHRAGA PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL Oleh: Widiyanto Latar Belakang Anak merupakan investasi dan sumber dari masa depan perkembangan sebuah bangsa. Pengelolaan dan perlakuan yang benar terhadap anak akan mempertinggi peluang tercapainya kemajuan masa depan sebuah bangsa dan negara. Aspek perkembangan jasmani merupakan sebuah faktor dominan yang tidak dapat dikesampingkan, bahkan merupakan prioritas untuk dikelola dengan benar dan optimal. Marilah kita berdoa: semoga di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula; yang merupakan terjemahan dari sebuah motto seorang filsuf yang hidup di masa Yunani Kuno, Orandum est ut sit: Mens sana in corpore sano. Melalui sekolah maupun luar sekolah, kegiatan jasmani merupakan sebuah kegiatan yang perlu diprogramkan, dengan pengelolaan yang benar melalui pendekatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Untuk itu setiap anak memiliki ciri dan sifat khas yang harus diberikan perlakuan yang khas pula. Bila orang dewasa memiliki kegiatan jasmani dalam bentuk olahraga dengan fasilitas yang standar, maka anak-anak memerlukan implementasi kegiatan jasmani dengan segala peralatannya yang khas sesuai dengan ciri dan sifat anak tersebut. Kondisi ini sangat diperlukan agar anak dapat melakukan berbagai kegiatan jasmani dan olahraga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Tujuan Berolahraga bagi Anak The ACC/NCAS (1990: 87) mengemukakan bahwa anak bermain olahraga untuk (1) memperoleh kesenangan; (2) persahabatan atau memperoleh teman baru; (3) merasa enak; (4) 2

belajar keterampilan baru. Tujuan seperti ini dapat dicapai, jika aktivitas olahraga sesuai dengan anak dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya. Anak harus tidak dipaksa untuk bermain olahraga. Olahraga harus dikemas menjadi aktivitas yang menyenangkan yang dapat membangun keterampilan, pengetahuan tentang permainan, persahabatn dan hiburan. Anak bukan orang dewasa kecil, tetapi anak adalah anak, yaitu anak harus dipandang sebagai anak yang memiliki dunianya sendiri yang disesuaikan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu tidaklah tepat mengharapkan anak melakukan kegiatan seperti yang dilakukan orang dewasa, dan tidak juga mengharapkan anak melakukan kondisi yang sama sebagaimana yang dilakukan orang dewasa. Prinsip-Prinsip Latihan Fisik Usia Dini Meningkatnya kemampuan fisik anak berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya meningkatnya tinggi badan berhubungan dengan bertambahnya panjang tulang dan panjang tubuh. Tulang yang panjang akan membentuk lengan pengungkit yang panjang pula dan menghasilkan kelebihan mekanik dalam berbagai keterampilan olahraga. Berat tubuh meningkat, demikian juga masa ototnya meningkat. Karena kekuatan otot seimbang dengan daerah persilangan otot, maka kekuatan dan penampilan olahraga tergantung pada kekuatan yang cenderung meningkat secara progresif sesuai dengan proses pertumbuhan. Kinerja latihan daya tahan meningkat sebagai hasil perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Bertambahnya masa otot dan bertambahnya ukuran organ kardiovaskuler dan pernafasan meningkatkan kapasitas anak dalam menggunakan oksigen. Peningkatan konsentrasi haemoglobin darah juga menyebabkan peningkatan power aerobik maksimal Pada sebagian besar olahraga, spesialisasi awal (terlalu dini) dan latihan yang berat tidak memberi manfaat yang nyata. Spesialisasi yang terlalu awal dapat berpengaruh negatif pada perkembangan umum pola gerak dasar. Pengalaman menunjukkan bahwa tingkat pertandingan tertinggi paling sering dicapai olah atlet yang memulai latihan fisik secara sistematis pada usia remaja atau awal usia dewasa (Pate, Rotella dan McClenaghan, 1984: 325). Chu (1990: 10) mengemukakan bahwa anak-anak sekolah dasar dapat melakukan plaiometrik dengan baik sepanjang pelatih tidak menyebutnya plaiometrik. Anak pada usia ini 3

memerlukan imajinasi, seperti binatang di hutan yang melompati/meloncati sungai dan gelondong kayu, dan sejenisnya. Anak dapat memvisualisasikan dan secara kognitif mudah memahami dan menyenangkan serta keterampilan dengan lompatan kijang melewati kayu. Jika pola gerakan ditempatkan dalam konteks yang tepat, anak dapat berupaya memperlihatkan pola gerak tersebut di dalam suatu mode atau cara plaiometrik. Kenyataannya, hop-scotch merupakan suatu latihan plaiometrik awal yang penting. latihan plaiometrik merupakan bentuk latihan fisik yang bertujuan untuk meningkatkan power. latihan ini biasa dilakukan untuk orang dewasa. Oleh karena itu, latihan bagi anak harus dimodifikasi sehingga sesuai dan menyenangkan. PROSES BELAJAR GERAK KETERAMPILAN Meningkatkan keterampilan gerak merupakan tujuan utama dalam melatih anak berolaharaga untuk menjadi atlet. Agar pelatih dapat mengembangkan keterampilan atlet dengan baik, pelatih perlu memahami tipe-tipe keterampilan dan karakteristiknya, sehingga dapat memberikan pembelajaran, kesempatan praktik, membantu, memberikan umpanbalik, dan memotivasi secara baik atau benar. Tipe Keterampilan Keterampilan gerak dapat diklasifikasi berdasarkan beberapa sudut pandang. Salah satu sudut pandang yang sangat erat kaitannya dengan teknik-teknik pembelajaran dan pelatihan adalah klasifikasi berdasarkan sudut pandang kebisaan kondisi lingkungan untuk diprediksi, dan klasifikasi berdasarkan banyaknya elemen gerak. Berdasarkan kondisi lingkungan, keterampilan gerak dapat diklasifikasi menjadi 2 yaitu: (1) keterampilan tertutup, dan (2) keterampilan terbuka. Berdasarkan banyaknya elemen gerak, keterampilan gerak dapat diklasifikasi menjadi 2, yaitu: (1) keterampilan sederhana, dan (2) keterampilan kompleks. 1. Keterampilan Tertutup Keterampilan tertutup adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi. Contoh: berlari, berenang, gimnastik, bowling. 4

2. Keterampilan Terbuka Keterampilan terbuka adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam kondisi lingkungan yang terus berubah-ubah. Contoh: memukul bola, menggiring bola, bertinju. 3. Keterampilan Sederhana Keterampilan sederhana adalah keterampilan gerak yang hanya terdiri atas 1 atau 2 elemen gerak saja. Contoh: memegang bola, melemparkan bola, meloncat, berlari. 4. Keterampilan Kompleks Keterampilan kompleks adalah keterampilan gerak yang terdiri atas beberapa elemen gerak yang harus dikoordinasikan menjadi satu rangkaian. Contoh: meloncat dan menyemes bolavoli, mendribel dan menembak ke ring bolabasket, rangkaian gerak dalam senam lantai, loncat indah. Kondisi Belajar Gerak Kondisi belajar gerak adalah suatu persyaratan agar terjadi proses belajar gerak. Kondisi belajar yang perlu diciptakan oleh pelatih meliputi 4 kondisi, yaitu: 1. Pemberian instruksi verbal (penjelasan). 2. Pemberian instruksi visual (demonstrasi gerakan). 3. Pemberian kesempatan praktik gerak keterampilan. 4. Pemberian umpanbalik. 1. Instruksi verbal (penjelasan) Ketika mengajarkan gerak keterampilan baru, pelatih perlu memberikan instruksi verbal atau menjelaskan gerakan. Penjelasan diberikan secara singkat dan jelas. 2. Instruksi visual (demonstrasi gerakan) Demonstrasi gerakan diberikan untuk memperjelas penjelasan tentang gerakan yang dipelajari. Setelah atlet mendengarkan dan melihat demonstrasi gerakan, atlet mengembangkan rencana mental dan mengorganisasi urutan gerak yang akan dilakukan. 5

Ketika seorang atlet akan melakukan gerakan keterampilan, difikirannya terjadi proses mental yaitu berfikir tentang gerakan yang akan dilakukan dan bagaimana melakukan. Fikiran itu disebut rencana mental atau skema gerak. Rencana mental berkembang sejalan dengan fase-fase belajar yang dilewati. Rencana gerak keterampilan terus mengalami peningkatan. Setiap kali melakukan gerakan keterampilan, atlet merasakan gerakan yang makin baik. Pengetahuan mengenai pilihan keterampilan dalam menyelesaikan tugas gerak juga meningkat. Semakin berpengalaman seorang atlet, makin besar pula perkembangan rencana geraknya. Hal ini berarti atlet menjadi makin baik kemampuannya membuat keputusan tentang gerakan yang benar yang harus dilakukan pada kondisi tertentu, dan lebih baik pula dalam melaksanakan gerakan sesuai dengan kondisinya. Untuk itu penting bagi pelatih untuk menempatkan atlet pada keadaan dimana atlet harus mengembangkan pemecahan berbagai masalah yang harus dihadapi. 3. Praktik Keterampilan Setelah mendengarkan penjelasan dan melihat demonstrasi gerakan, atlet diberi kesempatan yang cukup untuk praktik. Hanya praktik yang baik yang dapat membuat atlet baik. Lamanya waktu praktik atau ulangan praktik jangan terlalu lama, tetapi juga jangan terlalu singkat. Bila terlalu singkat tidak menimbulkan perbaikan, sebaliknya terlalu lama akan menimbulkan kelelahan yang mengakibatkan penampilannya merosot turun. Pelatih memonitor lamanya waktu praktik optimum yang diperlukan oleh atlet, dengan mempertimbangkan tingkat keterampilan dan usia para atlet. Dalam hal pengaturan waktu praktik, ada bukti yang menunjukkan bahwa secara umum praktik singkat tetapi sering (praktik terdistribusi) akan menghasilkan peningkatan lebih baik daripada praktik lama tetapi tidak sering (praktik padat). 4. Umpanbalik Ketika atlet melakukan gerak keterampilan, ada umpanbalik mengenai gerakan yang telah dilakukan yang terjadi melalui mata dan telinga, dan melalui indera kinestetik atau rasa gerak yang ada pada otot, tendon, dan sendi. Pelatih dapat memberi tambahan umpanbalik dengan cara memberi informasi atau komentar tentang penampilan gerak yang telah dilakukan atlet. 6

Umpanbalik sangat bermanfaat untuk memperbaiki keterampilan. Umpanbalik tidak hanya sekedar pemberian informasi tentang keterampilan, tetapi juga dapat menjadi pendorong semangat dan motivasi untuk memperbaiki keterampilan. Pada fase awal belajar gerak, pelatih sebaiknya memberi umpanbalik hanya pada saat atlet selesai melakukan gerakan, dan hanya sebatas mengenai urutan gerakan. Setelah atlet menjadi lebih terampil, umpanbalik diberikan lebih terinci, dan juga dapat diberikan ketika atlet sedang melakukan gerakan keterampilan. Umpanbalik dapat diberikan dalam bentuk positif atau negatif. Yang bersifat negatif adalah yang dalam penyampaiannya bernada mencela atau menonjolkan keburukannya, sedangkan yang bersifat positif adalah yang cenderung menonjolkan bagaimana yang sebaiknya. Pada umumnya, ketika melatih atlet usia dini cenderung lebih efektif menggunakan umpanbalik yang bersifat positif. FASE BELAJAR GERAK KETERAMPILAN Ketika seorang atlet mempelajari keterampilan gerak baru, ia akan melalui proses belajar yang meliputi 3 fase belajar, yaitu : 1. Fase awal (Fase kognitif) 2. Fase menengah (Fase asosiatif) 3. Fase akhir (Fase otonom). Ketiga fase tersebut tidak saling terpisah, tetapi merupakan tahapan yang bersinambung. Fase-fase tersebut dialami oleh semua atlet berusia berapapun, dan untuk jenis keterampilan apapun. Hanya saja lamanya waktu yang diperlukan untuk melewati ketiga fase tersebut dapat berbeda-beda. 1. Fase Awal (Fase Kognitif) Pada fase ini, pelajar berusaha mengetahui dan memahami ide atau konsep gerakan keterampilan yang dipelajari. Mereka berusaha mengerti gerakan yang akan dilakukan, dan bagaimana dilakukan. Berdasarkan pengertian yang diperoleh, difikirannya membentuk rencana gerak dan urutan rangkaian gerakan yang akan dilakukan. Untuk membentuk pengertian yang benar, 7

diperlukan model atau contoh gerakan dari pelatih atau orang lain yang dapat mendemonstrasikan. Sebaiknya contoh gerakannya yang benar. Contoh yang salah akan membentuk pengertian yang salah pula. Guna membantu atlet pemula agar mudah memahami gerakan, sebaiknya pelatih lebih dahulu menekankan pada keseluruhan gerakan daripada detailnya. Ketika memperkenalkan suatu keterampilan baru, prosedur berikut dapat digunakan langkah-langkah berikut: 1. Sebutkan nama keterampilan yang dipelajari. 2. Demonstrasikan gerakan keterampilan 2 atau 3 kali agar atlet dapat menangkap ide atau konsep gerakan. 3.Tunjukkan 2 atau 3 bagian kunci dari gerakan untuk menjadi fokus perhatian atlet, karena atlet belum tentu dapat memperhatikan semua detail gerakan yang didemonstrasikan tanpa arahan dari pelatih. Harus diupayakan agar fokus perhatian atlet tidak terarah pada bagian keterampilan yang kurang penting. 4. Demonstrasikan lagi gerakan beberapa kali agar atlet dapat melihat kembali dan dapat mencari bagian kunci yang telah ditunjukkan. 5. Sesegera mungkin setelah memperhatikan demonstrasi gerakan, atlet diberi kesempatan mempraktikkan gerakan. Makin pendek waktu antara mengamati demonstrasi dengan waktu praktik, akan lebih besar peluang bahwa imaji atau bayangan gambaran keterampilan masih tersimpan dalam memori atlet. Dalam beberapa kali usaha awal melakukan keterampilan, sering kali pelaksanaan gerakan belum lancar dan masih banyak kesalahan. 2. Fase Menengah (Fase Asosiatif) Pada fase ini, atlet mulai mendapatkan rasa gerakan, keterampilan gerak menjadi lebih lancar dan timing atau pengaturan tempo gerakan menjadi lebih baik. Atlet dapat menghubungkan bagian-bagian keterampilan dan mengembangkan ritme atau irama gerakan keterampilan yang lebih sesuai. Melalui praktik berulang-ulang, atlet dapat melakukan gerakan dengan makin sedikit perhatian terhadap gerakannya itu sendiri. Misalnya dalam bermain sepakbola, 8

sambil menyepak bola atlet mulai dapat mengurangi perhatiannya terhadap gerakan menyepak yang dilakukan, dan membagi perhatiannya pada posisi teman yang akan diberi operan bola. Gerakan keterampilan tidak lagi dikontrol secara visual semata, tetapi menggunakan mekanisme kontrol internal persepsi kinestetik atau rasa gerak bersamaan dengan proses visual. Pelatih dapat mulai mengarahkan perhatian atlet pada aspek-aspek peningkatan kualitas penampilan, dengan cara memberikan umpanbalik pada saat atlet melakukan praktik berulang-ulang. Tetapi harus diingat bahwa pemberian umpanbalik jangan sampai mengganggu perhatian atlet ketika sedang melakukan gerakan. Pada awalnya, atlet mengalami kesulitan untuk menguasai gerakan sambil menerima informasi umpanbalik dari pelatih. 3. Fase Akhir (Fase Otonom) Pada fase ini, gerakan keterampilan menjadi otomatis. Atlet menjadi mampu menyelesaikan gerakan keterampilan tanpa terpaku pada kontrol perhatian langsung pada gerakannya. Gerakan dapat diselesaikan tanpa kontrol secara sadar, tetapi tetap dapat melakukan perubahan gerakan kalau memang diperlukan. Gerakan keterampilan dapat dilakukan lebih cepat atau lebih lambat sesuai dengan kebutuhan dan situasi. Atlet dapat memproses isyarat-isyarat dari pelatih sambil menyelesaikan gerakan keterampilan, oleh karena itu pelatih dimungkinkan memberitahu atlet mengenai aspekaspek keterampilan yang perlu diperbaiki pada saat berlatih atau bermain. Menyusun atau mengemas dalam bentuk program game atau sirkuit Langkah terakhir dalam menyusun program pelajaran adalah menyusun program pelajaran yang berisi beberapa komponen kemampuan gerak yang dikemas dalam bentuk permainan (game) atau dalam bentuk sirkuit. 9

Secara diagramtis dapat dilihat gambar di bawah ini Tujuan Kemampuan Gerak PROGRAM LATIHAN FISIK Metode: Permainan (Game) Sirkuit Komponen Fisik Gambar. Skema Proses Penyusunan Program Latihan Metode Mengajar/Melatih 1. Metode dengan Permainan (Game) Anak usia 6-12 tahun merupakan masa atau usia bermain. Oleh karena itu, penyajiannya harus disesuaikan dengan dunia anak, yaitu dalam suasana bermain. Pendekatan dengan metode game akan dapat mendorong anak untuk bergerak dan terlibat aktif dalam kondisi tersebut. Salah satu cara yang dapat dipakai dengan metode sirkuit. 2. Metode Sirkuit Menantang anak melalui aktivitas sirkuit keterampilan merupakan cara yang sangat baik untuk mendorong dan meningkatkan keterlibatan di dalam rentang keterampilan dan aktivitas yang luas. Sirkuit keterampilan dikarakteristikkan dengan (1) berbagai pos yang terpisah; (2) tiap pos memerlukan keterampilan yang berbeda untuk anak; dan (3) menyiapkan sebuah tempat, 10

tempat bermain atau di dalam ruangan atau gedung. Pos-pos tersebut dirancang untuk mendorong partisipasi maksimum dan peningkatan individu. Sebanyak pos yang diperlukan dapat disiapkan, dengan 12 pos sebagai jumlah maksimum yang disarankan. Anak harus bekerja di dalam kelompok yang berisi 2 atau 3 anak agar supaya tiap anak memperoleh tingkat keterlibatan yang tinggi dalam keterampilan tertentu. Dalam aktivitas-aktivitas tertentu memerlukan pasangan, agar kelompok yang berisi 3 anak, memastikan bahwa tiap anak memiliki giliran dengan pasangannya. Rentang waktu yang disarankan untuk tiap pos 50 detik, diikuti dengan istirahat atau interval 10 detik. Salah satu cara yang efektif untuk mengatur pelaksanaan sirkuit ini adalah dengan menyusun, misalnya sebuah tape musik, yaitu 50 detik dengan musik..., 10 detik tanpa musik..., 50 detik dengan musik..., 10 detik tanpa musik..., dan seterusnya. Dengan cara ini anak akan mengetahui kapan bergerak dan kapan bersiap-siap untuk melakukan pada pos selanjutnya. Anak harus diberi penjelasan secukupnya mengenai cara pelaksanaan. 11