BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Baitul Maal wa Tamwil (BMT) selalu berupaya untuk. sehingga tercipta pemerataan ekonomi untuk semua kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sinyal positif, termasuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

Bab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah bank yang beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan, yaitu lembaga keuangan bank dan non bank. Lembaga keuangan bank

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin maju,

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV. A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan Mud{a<rabah di Koperasi. Penerapan referensi yang dilakukan di Koperasi BMT Nurul Jannah

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan kuantitas barang / jasa yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. bank sebagai tambahan dana untuk modal usaha dengan pinjaman dana tersebut, maka

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan syariah non bank pun mempunyai perkembangan dan prospek yang sangat bagus. Selain itu juga sejak diberlakukannya sistem perbankan dan keuangan syariah, banyak lembaga keuangan yang beralih dari sistem konvensional ke sistem syariah karena ada fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1 Sudah lama muslim menginginkan adanya lembaga keuangan yang terbebas dari bunga dan riba>. Selain itu juga masyarakat pada umumnya ada yang kurang puas dengan layanan yang disediakan oleh lembaga keuangan konvensional. Sebagian besar lembaga keuangan konvensional justru menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat akibat dari penambahan yang berkali lipat dari peminjaman uang yang dilakukan. Berbeda dengan sistem lembaga keuangan yang berlandaskan prinsip dan nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi. Dengan alasan itulah, maka kalangan pemerhati ekonomi Islam memberdayakan ekonomi umat dengan mendirikan Baitul Ma>l wa Tamwil (BMT). 1 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 45. 1

2 Baitul Ma>l wa Tamwil (BMT) berintikan dua kegiatan usaha, yaitu baitul ma>l adalah lembaga yang kegiatannya menerima dan mendistribusikan dana zakat, infaq, sadaqah, sedangkan baitul tamwil adalah lembaga yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan untuk mengembangkan usaha ekonomi pengusaha kecil dan mikro. 2 Pada tataran hukum di Indonesia, badan hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah koperasi, baik serba usaha (KSU) maupun simpan pinjam (KSP). 3 Maka dari itu pada awal perkembangannya sebagian besar BMT memilih untuk berbadan hukum koperasi. Diharapkan setelah berbadan hukum koperasi BMT dapat menjawab semua keinginan anggota selama ini. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam. 4 Pada dasarnya antara BMT dan bank, operasional usahanya hampir mirip yaitu menerima dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dengan syarat tertentu. Akan tetapi untuk mengakses sumber pendanaan dari bank, bagi masyarakat menengah ke bawah dan pengusaha mikro mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena terbentur pada sistem dan prosedur perbankan yang sangat rumit sehingga mereka tidak dapat memenuhi prosedur dari perbankan tersebut. Sedangkan pembiayaan BMT lebih kepada pengusaha mikro, kecil, dan 2 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 21. 3 Ibid.,127. 4 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (Yogyakarta: UII Press, 2004),126.

3 menengah yang tidak dijangkau oleh bank. BMT lebih membantu meningkatkan usaha para pengusaha kecil dan mikro yang ingin mengembangkan usahanya. 5 Salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang membantu masyarakat kalangan menengah ke bawah adalah KJKS BMT Bina Umat Sejahtera Cabang Rengel Tuban, yang pada dasarnya didirikan dengan tujuan menjadi lembaga keuangan yang memberikan layanan berdasarkan prinsip-prinsip syariah kepada masyarakat dan dapat memberikan solusi permodalan bagi pengusaha mikro, kecil, menengah seperti pedagang, petani, nelayan, pegawai dan lain-lain. Terdapat beberapa pembiayaan yang ditawarkan oleh KJKS BMT Bina Umat Sejahtera yaitu Mud}a>rabah, Ba i bithaman a>jil, Mura>bah}ah, Qard}ul hasan. Pembiayaan atau yang sering disebut dengan lending merupakan aktivitas yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen dana KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban. Pembiayaan sering digunakan untuk menunjukkan aktivitas utama BMT, karena berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan. Berdasarkan UU no 7 tahun 1992, yang dimaksud pembiayaan adalah: penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya 5 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta : Ekonomi, 2005), 96.

4 setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil. 6 Pemberian pembiayaan berdasarkan syariah menurut UU no. 10 tahun 1998 pasal 8 dilakukan berdasarkan analisis dengan menetapkan prinsip kehati-hatian agar nasabah mampu melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan sesuai dengan perjanjian sehingga resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya dapat dihindari. 7 Berdasarkan workbook level 1 Global Association of Risk Professionals Badan Sertifikat Manajemen Resiko mendefinisikan resiko sebagai Chance of a bad outcome. Maksudnya adalah suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak diantisipasi serta tidak dikelola semestinya. 8 Resiko pembiayaan muncul apabila pihak BMT tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok beserta bagi hasil dari pembiayaan yang diberikan kepada anggota maupun calon anggota. Penyebab resiko terjadinya pembiayaan adalah pihak BMT kurang cermat dalam menilai karakter nasabah yang mengajukan pembiayaan. Juga mungkin disebabkan karena terlalu mudahnya pihak BMT dalam memberikan pembiayaan kepada calon anggota pembiayaan. Secara umum dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah pihak bank maupun lembaga keuangan non bank perlu memperhatikan prinsipprinsip penilaian dalam pemberian pembiayaan diantaranya karakter 6 Ibid.,126. 7 Ibid., 98. 8 Ferry N. Idroes et al, Manajemen Risiko Perbankan (Graha Ilmu: Yogyakarta, 2006),7.

5 (caracter), kemampuan (capacity), modal (capital), agunan (collateral), prospek usaha (condition of economic). 9 Prosedur penyaluran kredit merupakan salah satu fungsi strategis yang dimiliki BMT dan fungsi ini pula yang sering kali menimbulkan risiko. Meskipun pihak BMT sebelum menyetujui pembiayaan sudah melakukan survey terhadap anggota akan tetapi tidak menutup kemungkinan waktu di tengah-tengah pengangsuran terjadi keterlambatan nasabah untuk melakukan angsuran, penunggakan pengangsuran selama beberapa bulan, merubah syarat perjanjian yang telah ditentukan sebelumnya, bahkan nasabah sama sekali tidak mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan pembiayaan yang akhirnya dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah (non perfoming financings) dan mempengaruhi terhadap kinerja keuangan BMT. Pembiayaan bermasalah (non perfoming financings) merupakan kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok pembiayaan beserta bagi hasil yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan, atau dapat diartikan sebagai pembiayaan non lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet. 10 Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor-faktor internal dan faktor eksternal. 11 Untuk faktor manajerial dari BMT BUS Cabang Rengel Tuban sudah dilakukan beberapa upaya untuk mencegah 9 Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (Malang: UIN Malang Press, 2009), 124. 10 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 64. 11 Ibid.,72.

6 pembiayaan bermasalah pada pembiayaan Mud}a>rabah, Ba i bithaman a>jil, Mura>bah}ah, Qard}ul hasan akan tetapi dari segi anggota BMT BUS belum melakukan upaya untuk mencegah resiko terjadinya pembiayaan bermasalah. Diantara faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah dari sisi anggota yaitu karakter dan kondisi ekonomi anggota, Secara teori Firdaus dan Arianti dalam bukunya yang berjudul manajemen perkreditan bank umum tahun 2009 menjelaskan bahwa karakter atau watak merupakan salah satu pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan pemberian pembiayaan. Selain itu juga, Firdaus dan Arianti juga menyebutkan bahwa kondisi ekonomi merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pembiayaan. 12 Karakter anggota merupakan hal yang sulit diidentifikasi dan karakter setiap masing-masing anggota berbeda. Terkadang penampilan, pendidikan, jabatan tidak bisa menunjukkan karakter yang sesungguhnya. KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban sebagai pemberi kredit harus yakin bahwa calon peminjam harus bertingkah laku baik, dalam arti luas berpegang teguh atas janjinya, selalu berusaha dan bersedia untuk melunasi hutang-hutangnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, 13 sehingga apabila calon peminjam merupakan pribadi yang berkarakter baik, maka kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pemberian pembiayaan atau pembiayaan bermasalah kemungkinan tidak terjadi atau resikonya kecil sebaliknya 12 Ibid., 91. 13 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum (Bandung: Alfabeta, 2008), 83.

7 apabila calon peminjam tersebut merupakan pribadi yang berkarakter kurang baik maka kemungkinan untuk mengembalikan pembiayaan akan terjadi. Akan tetapi walaupun pihak KJKS BMT BUS sudah melakukan survey sebelum memberikan pembiayaan tidak menutup kemungkinan ditengah pengangsuran mereka mempunyai itikad tidak baik untuk tidak melunasi angsuran. Terdapat sekitar 70 anggota KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban yang melakukan pembiayaan bermasalah disebabkan karena karakter mereka yang kurang baik, kebanyakan anggota pergi meninggalkan rumah dan bekerja di luar kota tanpa melunasi pembiayaan terlebih dahulu. 14 Selain karakter, kondisi ekonomi juga merupakan penyebab terhadap pembiayaan bermasalah. Anggota yang melakukan pembiayaan Di KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban ini kebanyakan bekerja sebagai wiraswasta, pedagang, pengusaha mikro dan petani. Para pengusaha kecil dan mikro mempunyai tantangan dalam menjalankan usaha bisnisnya, selain disebabkan karena kurangnya modal juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang menajerial serta mempunyai kendala dalam sistem pemasarannya. Apalagi ditambah dengan adanya pesaing bukan hanya dari dalam negeri tapi juga karena datangnya barang-barang yang berasal dari luar negeri yang lebih murah. Para petani di pedesaan juga memiliki kondisi ekonomi yang selalu berubah-ubah tergantung dengan tingkat pendapatan mereka. Perubahan kondisi ini juga bisa dilihat dengan menurunnya pendapatan, dan biaya konsumsi. Untuk para petani, perubahan kondisi 14 Pihak KJKS BMT, wawancara, Tuban, 4 November 2014

8 ekonomi dapat dilihat dari menurunnya hasil produktivitas lahan yang dibuktikan dengan menurunnya produktivitas setiap tahunnya. Untuk BMT yang berada di daerah industri kota mungkin kondisi ekonomi meminimalisir pembiayaan bermasalah, akan tetapi KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban ini berada di daerah pedesaaan sehingga kondisi ekonomi anggota sangat berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah. Dari latar belakang diatas maka penulis ingin meneliti skripsi yang berjudul Pengaruh Karakter dan Kondisi Ekonomi Anggota Terhadap Pembiayaan Bermasalah Pada KJKS BMT Bus Cabang Rengel Tuban. B. Rumusan Masalah Dalam pembahasan skripsi ini untuk lebih terarah dan signifikan, maka perlu adanya masalah yang akan dibahas, antara lain: 1. Bagaimana pengaruh karakter anggota terhadap pembiayaan bermasalah pada KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban. 2. Bagaimana pengaruh kondisi ekonomi anggota terhadap pembiayaan bermasalah pada KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban. 3. Bagaimana pengaruh kedua variabel terhadap pembiayaan bermasalah di KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban. C. Tujuan Penelitian Dengan adanya rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

9 1. Untuk mengetahui pengaruh karakter anggota terhadap pembiayaan bermasalah pada KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban. 2. Untuk mengetahui pengaruh kondisi ekonomi anggota terhadap pembiayaan bermasalah pada KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban. 3. Untuk mengetahui pengaruh kedua variabel terhadap pembiayaan bermasalah pada KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban. D. Kegunaan Hasil Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna untuk: 1. Dari segi teoritis dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan study dan diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan tentang faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah terutama bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam jurusan Ekonomi Syariah. 2. Dari segi praktis dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi pelaku di KJKS BMT BUS cabang Rengel Tuban, untuk memberikan solusi terhadap permasalahan pembiayaan bermasalah sehingga dapat meningkatkan kinerja lembaga keuangan non bank tersebut.