1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Jawa mempunyai khasanah kebudayaan yang beraneka ragam. Mulai dari sastra, musik, teater, tari, seni rupa, dan sebagainya. Dilihat dari perkembangan zaman, tentu masyarakat Jawa mengalami perubahan-perubahan. Hal ini diakibatkan karena masyarakat yang awalnya masih mengalami buta aksara kini mulai mengenal aksara. Begitu pula dengan kesastraan Jawa. Khasanah karya sastra masyarakat Jawa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Sastra ialah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (KBBI, 1991:882). Novel merupakan salah satu hasil karya sastra yang berupa tulisan dengan media bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat tiap pelaku (1991:694). Novel yang merupakan genre sastra di negeri Barat mulai masuk ke Jawa sejalan dengan masuknya pengajaran Eropa ke dalam masyarakat Jawa (Ras, 1985:10). Lambat laun perkembangan novel mengalami kemajuan dengan munculnya pengarang-pengarang 1
2 novel berbahasa Jawa serta karya-karya yang dihasilkan, salah satunya yaitu novel berjudul Pusporini. Novel Pusporini tersebut merupakan novel karya saduran Any Asmara tahun 1956. Novel yang bertema percintaan ini memiliki keistimewaan, yaitu dalam penggunaan bahasa. Penggunaan bahasa dalam karya sastra berbeda dengan penggunaan bahasa dalam wacana lain, misalnya penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan pidato. Bahasa dalam novel bukan sekedar pemahaman tetapi lebih pada pemilihan kata. Hal ini dapat dilihat pada gaya bahasa yang terdapat dalam novel Pusporini yang termasuk dalam novel bertemakan percintaan. Novel Pusporini menarik untuk diteliti secara gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna sudah terlihat dari sub judul yang ditulis pada cover, yaitu djatining katresnan kenyataan cinta. Dari sub judul tersebut dapat diketahui bahwa novel Pusporini ini bertema percintaan. Novel bertema percintaan banyak menggunakan kata-kata yang mengandung ungkapan yang dapat diteliti dan dikelompokkan menurut gaya bahasa yang terungkap. Gaya bahasa yang terdapat dalam novel Pusporini ini menarik untuk diteliti, karena tema cerita berisi mengenai percintaan yang di dalamnya terdapat ungkapanungkapan cinta seperti yang diungkapkan berikut: Duh geganthilaning nyawaku dhewe Mirah. Wruhanamu, wiwit dina iki, aku wis ora duwe wong tuwa maneh (Asmara, 1956:35) Aduh tempat nyawaku bergantung Mirah. Ketahuilah, mulai hari ini, aku sudah tidak mempunyai orang tua lagi
3 Kalimat di atas terdapat salah satu gaya bahasa yang diungkapkan dengan menggunakan ungkapan cinta. Dalam kalimat tersebut Mirah disebut sebagai gaganthilaning nyawa tempat nyawaku bergantung oleh suaminya. Artinya sang suami tidak bisa terlepas dari Mirah karena dia merupakan tempat nyawanya bergantung yang juga bisa berarti kekuatan dalam hidupnya, mengingat sang suami sudah tidak memiliki orang tua lagi. Tidak hanya ungkapan-ungkapan percintaan yang ditemukan dalam novel Pusporini ini. Di dalam novel ini juga banyak ditemukan kalimat-kalimat yang mengandung gaya bahasa dengan menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-sehari untuk menerangkan sesuatu, yaitu sebagai berikut: Ing antaraning omah-omah loji mau, ana omah gedhong siji kang pasawangane luwih dening asri, sakiwa tengene omah tinanduran ing kekembangan maneka rupa, tinata peni, ngresepake gawe sengseming kang padha nyawang, (Asmara, 1956:5) Di antara rumah-rumah berpagar tersebut, ada satu rumah berpagar yang terlihat lebih asri, kanan-kiri rumah tersebut ditanam beberapa macam bunga, tertata rapi, membuat senang dan menarik bagi yang memandangnya, Kalimat di atas merupakan salah satu kalimat yang mengandung gaya bahasa. Dalam kalimat tersebut diterangkan adanya sebuah rumah yang terlihat asri di antara rumah-rumah yang lain yang berada di kanan-kirinya. Gaya bahasa pada kalimat di atas menggunakan pilihan kata sehari-hari yang mudah dipahami oleh para pembaca.
4 Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis sebagai pemakai bahasa (Keraf, 2009:113). Di dalam novel Pusporini ditemukan cukup banyak kalimat yang mengandung gaya bahasa. Penggunaan ungkapan ataupun kiasan pada novel karya saduran Any Asmara ini juga bervariasi sehingga cerita novel ini tidak berkesan monoton. 1.2 Rumusan masalah Dari uraian yang telah disampaikan di atas, maka masalah pokok yang hendak dijawab dalam penelitian yang berkaitan dengan gaya bahasa dalam novel Pusporini ini adalah: Gaya bahasa apa saja yang dipakai oleh Any Asmara dalam novel Pusporini ditinjau dari struktur kalimat dan langsung tidaknya makna? 1.3 Ruang lingkup penelitian 1.3.1 Ruang lingkup data Data penelitian ini diambil dari novel yang berjudul Pusporini, karya saduran Any Asmara yang diterbitkan oleh Panjebar Semangat (tanpa angka tahun). Data difokuskan pada gaya bahasa yang terdapat pada novel ini.
5 1.3.2 Ruang lingkup analisis Ruang lingkup pembahasan dibatasi hanya pada studi pemaknaan gaya bahasa, yang dianalisis berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna yang muncul dalam novel Pusporini. 1.4 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjelaskan gaya bahasa yang terdapat dalam novel Pusporini. 2. Mengelompokkan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna yang ditemukan dalam novel ini. 1.5 Tinjauan pustaka Beberapa penelitian tentang gaya bahasa sudah pernah dilakukan, di antaranya: Penelitian mengenai gaya bahasa dalam novel berbahasa Jawa yang pernah dilakukan, di antaranya oleh F.V Melani (2004) dalam bentuk skripsi dengan judul Gaya Bahasa dalam Novel Ngulandara. Dalam novel Ngulandara ditemukan 78 kalimat yang mengandung gaya bahasa dalam novel Ngulandara yang ditinjau dari bentuknya dalam struktur kalimat dan makna yang ingin disampaikan di dalamnya. Christine Permanasari (2008) dala m bentuk skripsi dengan judul Serat Panji Kuda Narawangsa karya R. Ng. Ranggawarsita: Transliterasi, Terjemahan,
6 dan Analisis Gaya Bahasa. Dalam skripsi ini dijelaskan gambaran tentang SPKN karya R. Ng. Ranggawarsita dengan metode transliterasi dan metode penerjemahan. Selain itu, di dalam skripsi ini juga juga mengkaji maksud dan makna gaya bahasa yang digunakan dalam SPKN karya R. Ng. Ranggawarsita, yaitu dengan mendiskripsikan dan menganalisis gaya bahasa yang terdapat dalam SPKN ditinjau dari struktur kalimat dan langsung tidaknya makna, serta bertujuan untuk mengetahui jenis gaya bahasa apa yang dominan digunakan dalam SPKN. Ditemukan 26 macam gaya bahasa, dengan total keseluruhan 586 kalimat. Gaya bahasa yang paling banyak ditemukan dalam SPKN karya R. Ng. Ranggawarsita ini adalah gaya bahasa simile. Alvitasari Puspaningtyas (2009) dalam skripsi yang berjudul Gaya Bahasa dalam serat Bambang Dwihastha Karya R.Ng. Ranggawarsita. Skripsi ini mengkaji gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna yang terdapat dalam Serat Bambang Dwihastha yang berupa tembang macapat. Di dalam skripsi Alvitasari Puspaningtyas ini menemukan 18 macam gaya bahasa, dengan total keseluruhan 89 kalimat. Gaya bahasa yang paling banyak ditemukan yaitu gaya bahasa simile. Nita Apriyani (2009) dala m skripsi yang berjudul Gaya Bahasa dalam Novel Kembang Kanthil Karya Senggono. Menjelaskan tentang gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Kembang Kanthil berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna. Dari hasil penelitian tersebut terdapat 149 kalimat yang mengandung gaya bahasa yang digunakan oleh Senggono dalam novel Kembang Kanthil.
7 Nur Fitawati (2011) dalam skripsi yang berjudul Gaya Bahasa dalam Novel Dokter Wulandari Karangan Yunani. Menjelaskan beberapa macam gaya bahasa yang ditemukan dalam novel Dokter Wulandari ditinjau dari segi struktur kalimat dan langsung tidaknya makna. Novel Pusporini sendiri juga pernah diteliti Lulus Novi Munawaroh (2012) yang dikaji secara sastra dengan judul Analisis Struktural dan Amanat Novel Pusparini (Jatining Katresnan) saduran Any Asmara. Dalam kajian ini dijelaskan tentang tema dan fakta cerita yaitu alur, tokoh, dan latar yang meliputi latar waktu, latar tempat, dan latar suasana juga amanat yang terkandung dalam novel tersebut. Dari penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini tidak memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya khususnya dalam hal objek kajiannya yaitu gaya bahasa dalam novel Pusporini berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna. Penulis memanfaatkan penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan novel dan gaya bahasa di atas untuk keperluan menganalisis dilihat dari kerangka berfikirnya. 1.6 Landasan teori Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1985:5). Keraf (2009:113) mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
8 bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis sebagai pemakai bahasa. Gaya bahasa dibagi menjadi empat macam yaitu: a) gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, b) gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana, c) gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, d) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna (Keraf, 2009:116). Namun, da lam penelitian ini gaya bahasa yang diteliti hanya berdasarkan struktur kalimat dan langsung tidaknya makna. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat adalah suatu gaya bahasa yang mementingkan tempat sebuah unsur kalimat dalam sebuah kalimat tertentu (Keraf, 2009:124-127). Berdasarkan struktur kalimat dalam penelitian ini ditemukan dua macam gaya bahasa, yaitu antitesis dan repetisi. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna bertujuan untuk melihat kembali acuan yang digunakan apakah masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan dari makna sesungguhnya (Keraf, 2009:130-145). Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna ini terbagi menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Dalam penelitian ini gaya bahasa retoris yang ditemukan, meliputi: a) aliterasi, b) asonansi, c) asindeton, d) polisindeton, e) elipsis, f) eufemismus, g) pleonasme, h) perifrasis, i) hiperbol. Sedangkan gaya bahasa kiasan yang ditemukan, meliputi: a) simile, b) metafora, c) metonomia, d) antonomasia. Pada penelitian ini, akan dianalisis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.
9 Makna adalah segi bahasa yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk. Pada waktu orang berteriak, Maling! timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa ada seseorang berusaha untuk mencuri barang orang lain. Reaksi yang timbul pada orang yang mendengar itulah yang disebut makna (Keraf, 2009:25). Pada umumnya makna kata pertama-tama dibedakan atas makna yang bersifat denotatif dan makna yang bersifat konotatif. Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut kata denotatif, atau maknanya disebut makna denotatif, sedangkan makna yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, dan nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum dinamakan makna konotatif atau konotasi (Keraf, 2009:27-28). Penelitian gaya bahasa pada novel Pusporini ini menggunakan teori Keraf terbitan tahun 2009. Teori tersebut digunakan dalam menganalisis makna gaya bahasa yang terdapat dalam novel tersebut baik dalam bentuk frase, klausa, ataupun kalimat. Frase merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Dari batasan tersebut dapat ditemukan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu: a) Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih, b) frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi untuk unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau KET (Ramlan, 2005:138-139). Klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari S dan P baik disertai O, PEL, dan KET ataupun tidak. Secara ringkas klausa berisi S P (O) (PEL) (KET).
10 Tanda kurung tersebut menandakan bahwa apa yang terletak di dalam kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada dan boleh juga tidak ada (Ramlan, 2005:79). Dalam penerjemahan digunakan metode penerjemahan bebas. Penerjemahan bebas (free translation) ini sering tidak terikat pada pencarian padanan kata atau kalimat, tetapi pencarian padanan itu cenderung terjadi pada tataran paragraf atau wacana (Nababan, 2008:31). 1.7 Metode penelitian Metode adalah suatu cara mendekati, mengamati, menganalisis dan menjelaskan suatu fenomena (Kridalaks ana, 1983:106). Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. 1.7.1 Metode pengumpulan data Langkah pertama adalah melakukan studi katalog di beberapa perpustakaan, yang pada akhirnya ditentukan di perpustakaan Balai Bahasa karena koleksi novel berbahasa Jawa di perpustakaan Balai Bahasa lebih bervariasi dibandingkan perpustakaan lainnya. Kemudian memilih dan menentukan novel yang akan dijadikan objek penelitian, yaitu Novel Pusporini. Setelah data diperoleh, selanjutnya dilakukan pencarian kalimat yang mengandung gaya bahasa dengan cara membaca seluruh data yang telah dijadikan sebagai objek penelitian.
11 1.7.2 Metode analisis data Selanjutnya kalimat-kalimat yang mengandung gaya bahasa yang telah ditemukan dalam novel Pusporini tersebut dikelompokkan menurut teori gaya bahasa Gorys Keraf yang kemudian diterjemahkan dengan menggunakan penerjemahan bebas. Setelah diterjemahkan, maka diambil beberapa contoh kalimat di dalam masing-masing kelompok gaya bahasa tersebut untuk dianalisis guna menjelaskan makna yang dimaksud di dalamnya. 1.7.3 Metode penyajian Langkah terakhir dalam penelitian ini, yaitu menulis hasil analisis yang berupa laporan dengan sistematika penyajian yang akan diuraikan pada sub sistematika penyajian. Metode penyajian yang digunakan yaitu metode penyajian informal dengan menguraikan data yang ada tanpa disertai tabel. 1.8 Sistematika penyajian Sistematika penyajian ini terdiri dari empat bab. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi deskripsi dan ringkasan cerita novel Pusporini. Bab III berisi pembahasan tentang gaya bahasa yang ditemukan dalam novel Pusporini ditinjau dari struktur kalimat dan langsung tidaknya makna.
12 Bab IV Penutup. Berisi kesimpulan dari penelitian. Halaman berikutnya merupakan daftar pustaka, kemudian yang terakhir adalah lampiran. Lampiran ini berisi tentang keseluruhan kalimat-kalimat dalam novel Pusporini yang mengandung gaya bahasa.