KEWENANGAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BADUNG Oleh : I Kadek Dwi Septiawan NPM : 1310121050 Pembimbing I : I Nyoman Sumardika, SH.,M.Kn Pembimbing II : Ni Made Puspasutari Ujianti, SH.,MH. ABSTRACT Perseroan terbatas merupakan wadah untuk melakukan kegiatan usaha yang membatasi tanggung jawab pemilik modal, yaitu sebesar jumlah saham yang dimiliki. Direksi dan Dewan Komisaris tersebut menjadi landasan untuk mengambil keputusan bagi langkah strategi untuk perseroan, ada pun beberapa kasus-kasus yang menjadi perhatian masyarakat yang sampai di pengadilan, umumnya melibatkan sengketa tentang penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pihak direksi dalam perusahaan maupun badan hukum privat yang aktif menjalankan kegiatan di tengah-tengah masyarakat, maka perlu dilakukan kajian hukum untuk memperjelas batas-batas wewenang yang diberikan pada direksi perseroan. Untuk itu maka lingkup pembahasan melingkupi pemahaman doktrin terkait yaitu ultra vires. Maka beberapa permasalahan yang akan dibahas yakni sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk tindakan direksi yang di kualifikasikan melakukan tindakan diluar kewenangan? 2. Bagaimana tanggung jawab direksi yang melakukan tindakan diluar kewenangannya (ultra vires)?. Permasalahan yang dibahas nantinya menggunakan metode Normatif, penelitian ini hanya di tujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan peraturan perundang-undangan sehingga peraturan ini sangat erat hubungannya karena penulisan ini membutuhkan data-data yang bersifat skunder pada perpustakaan. Direksi yang tidak sejalan dengan maksud dan tujuan dikategorisasikan telah melampaui tindakan kewenangan yang termasuk dokrin ultra vires, menurut doktrin ini tindakan direksi yang berada diluar maksud dan tujuan perseroan. Doktrin ultra vires pada prinsipnya merupakan tindakan hukum direksi yang tidak mengikat perseroan, dikarenakan yaitu tindakan yang dilakukan berada di luar maksud dan tujuan perseroan dan di luar kewenangan yang diberikan kepadanya berdasarkan undang-undang yang berlaku Tanggung jawab direksi melekad penuh secara pribadi atas kerugian perseroan, apabila anggota direksi lalai dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian yang diderita perseroan dan tidak mengikat badan hukum. Direksi terbukti telah melakukan kesalahan dengan melakukan tindakan ultra vires, maka terhadap dirinya dapat dikenakan sanksi yang bukan merupakan tanggung jawab terbatas melainkan adalah tanggung jawab tidak terbatas. Namun doktrin ini tidak merumuskan sanksi terhadap direksi yang melakukan ultra vires. Kata Kunci : Tanggung Jawab Direksi, Ultra Vires 1
PENDAHULUAN Badan usaha merupakan kesatuan badan organisasi ekonomi yang berbentuk suatu badan hukum serta bertujuan untuk mencari laba. Ditinjau dari kepemilikan modal, badan usaha di klalifikasikan menjadi tiga jenis yaitu, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Badan Usaha Campuran. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya di miliki oleh Negara melalui pernyataan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang di pisahkan. Badan Usaha Milik Swasta adalah badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki oleh swasta, dapat berbentuk perserangan atau persekutuan. Badan Usaha Campuran adalah badan usaha yang modalnya sebagian milik pemerintah dan sebagian milik swasta. Keberadaan badan usaha merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah perekonomian. Perekonomian akan membaik jika kondisi badan usaha juga baik. Apabila semua badan usaha dikelola dengan baik dan tepat maka taraf hidup masyarakat akan meningkat. Secara garis besar, peranan badan usaha dalam perekonomian Indonesia adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Karena badan usaha dapat mengurangi pengangguran dan mempeluas kesempatan kerja. Perseroan Terbatas (selanjutnya di sebut PT) merupakan badan hukum perusahaan yang banyak diminati pengusaha. Karena badan hukum ini mempunyai kelebihan di bandingkan yang lainnya seperti luasnya badan usaha yang bisa dimiliki, bebas dalam pergerakan bidang usaha dan tanggung jawab yang dimiliki terbatas hanya pada modal yang disetorkan. Perseroan Terbatas (PT) di sebut juga naamloze vennootschaap (NV) adalah suatu persekutuan unutuk menjalankan usaha yang memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang di milikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjual- belikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahan. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham yang memenuhi syarat yang tepat dalam undangundang ini serta peraturan pelaksanaannya. 2
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana bentuk tindakan direksi yang dikualifikasikan melakukan tindakan diluar kewenangan? Bagaimana tanggung jawab direksi yang melakukan tindakan diluar kewenangannya (ultra vires)? METODE PENELITIAN Tujuan penelitian dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah: a) Untuk melatih mahasiswa dalam menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis, b) Untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum, c) Usaha melaksanakan tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa, d) Untuk mengembangkan diri pribadi mahasiswa dalam bidang ilmu hukum. Sementara tujuan khusus adalah a) Untuk mengetahui pertanggungjawaban direksi terhadap perseroan terbatas (PT); dan b) Untuk mengetahui mengetahui sangsi apa yang akan diterima direksi jika melakukan ultra vires. Tipe penelitian yang digunakan untuk penyusunan skripsi ini adalah tipe penelitian hukum normatif penelitian ini hanya di tujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan peraturan perundang-undangan sehingga peraturan ini sangat erat hubungannya karena penulisan ini membutuhkan data-data yang bersifat sekunder pada perpustakaan. Bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat berupa peraturan perundang-undangan. Dalam penulisan ini adalah Undang- Udang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang,Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, sedangkan bahan hukum sekunder adalah Data di peroleh dari penelitian dan penelitian kepustakaan dan dokumen yang merupakan hasil penelitian dari orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku atau dokumen yang disediakan di perpustakaan atau milik pribadi. Teknik pengumpulan bahan hukum, dalam penulisan ini digunakan bahan-bahan yang relevan dengan pembahasan yang diteliti, dikatakan dengan jenis penelitian normatif, maka teknik pengumpulan bahan dimulai dengan menginventarisasi peraturan perundang-undangan, pencatatan reverensi buku dan didokumentasikan. 3
Setelah data diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan terkumpul, kemudian dalam pembahasan selanjutnya bahan hukum tersebut akan diolah serta dianalisis dengan interpretatif dan argumentatif, sehingga dari bahan hukum diperoleh suatu kebenaran dan berusaha memahami suatu kebenaran tersebut. Kemudian bahan hukum akan dikaji dan dirangkai secara sistematis, digunakan penafsiran dan diberikan argumentasi untuk mendapatkan suatu simpulan dengan hasil akhir penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Direksi wajib meminta persetujan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan. Perbuatan hukum tersebut tidak boleh merugikan pihak ketiga yang beritikad baik. Keputusan RUPS untuk mengalihkan atau menjadikan jaminan hutang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan sah apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ (tigaperempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari jumlah suara tersebut. Perbuatan hukum pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan itu diumumkan dalam 2 (dua) surat kabar harian paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak perbuatan hukum tersebut dilakukan. Demikian juga mengenai kepemilikan saham anggota keluarga beserta perubahannya wajib dilaporkan. Yang dimaksud keluarga adalah suami/istri dan anak-anaknya. Syarat memperoleh persetujuan RUPS dalam hal pengalihan atau penjaminan seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan, kemungkinan sulit dipenuhi oleh perseroan go public yang menerbitkan obligasi atau obligasi konversi. Alasannya ialah kemungkinan sebagian atau seluruh kekayaannya dijadikan jaminan. Hal ini wajar, karena perseroan go public menghimpun dana dari masyarakat pemegang obligasi mengenai kepailitan perseroan, Direksi hanya dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri agar perseroan dinyatakan pailit berdasarkan keputusan RUPS. Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi, dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka setiap anggota Direksi secara bertanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu. Namun anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut. 4
Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya. Keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi hanya dapat diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Apabila yang bersangkutan tidak hadir, maka RUPS dapat memberhentikan tanpa kehadirannya. Dengan keputusan pemberhentian itu, maka kedudukan sebagai anggota Direksi berakhir. Disamping itu, anggota Direksi dapat diberhentikan untuk sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya. Pemberhentian sementara tersebut diberitahukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang melakukan tugasnya. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakan RUPS. Dalam RUPS tersebut. Adapun tanggung jawab direksi menurut pasal 97 ayat (1, 2, dan 3) Undang- Undang Negara Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah sebagai berikut: 1. Bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. 2. Setiap anggota direksi wajib beritikad baikdan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. 3. Setiap anggota direksi bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan sesuai dengan ketentuan dalam ayat (2). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan sebelumnya pada pembahasan dari permasalahan yang diajukan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) Direksi yang tidak sejalan dengan maksud dan tujuan dikategorisasikan telah melampaui tindakan kewenangan yang termasuk dokrin ultra vires, menurut doktrin ini tindakan direksi yang termasuk melanggar adalah ketika direksi yang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga yang tidak di dalam kerangka maksud dan tujuan perseroan maka kontrak tersebut dianggap tidak sah atau batal demi hukum, tindakan itu menurut perundang-undangan dan anggaran dasar adalah tindakan yang berada diluar maksud 5
dan tujuan perseroan. Tindakan direksi perseroan itu telah berada diluar kewenangan yang diberikan kepadanya dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku, termasuk anggaran dasar perseroan. Hal ini mengundang arti bahwa direksi memiliki limitasi bertindak untuk dan atas nama perseroan. Hanya saja sampai seberapa jauhnya perbuatan dari direksi dapat dikatakan telah terjadi penyimpangan dari maksud dan tujuan perseroan. 2) Doktrin ultra vires pada prinsipnya merupakan tindakan hukum direksi yang tidak mengikat perseroan, dikarenakan yaitu tindakan yang dilakukan berada di luar maksud dan tujuan perseroan dan di luar kewenangan yang diberikan kepadanya berdasarkan undang-undang yang berlaku dan anggaran dasar perseroan Direksi bertanggung jawab atas pengurusan perseroan dengan itikad baik. Tanggung jawab direksi melekat penuh secara pribadi atas kerugian perseroan, apabila anggota direksi lalai dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian yang diderita perseroan dan tidak mengikat badan hukum. Direksi terbukti telah melakukan kesalahan dengan melakukan tindakan ultra vires, maka terhadap dirinya dapat dikenakan sanksi yang bukan merupakan tanggung jawab terbatas melainkan adalah tanggung jawab tidak terbatas. Namun dokrin ini tidak merumuskan sanksi terhadap direksi yang melakukan ultra vires. Saran Dari hasil penelitian dalam skiripsi ini diajukan saran sebagai berikut: Dalam melaksanakan tugas, Direksi dan seluruh jajaran harus sesuai dengan yang telah di rumuskan dalam AB/ART perusahaan. DAFTAR BACAAN Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, 2000, Seri Hukum Bisnis, Bandung : PT. Rineka Cipta A.P. Pohan, 2003, Menyibak Tirai Perseroan Terbatas, Diss, Universitas Airlangga Gunawan Widjaya, 2003, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan. Jakarta : Rajawali Press. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang 6
Denpasar, Mei 2017 Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II (I Nyoman Sumardika, SH.,M.Kn) (Ni Made Puspasutari Ujianti, SH.,MH) NIK. 230330072 NIP. 19770220 200501 2 001 7