LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 2

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 8 Tahun 2003 TENTANG : RETRIBUSI IZIN PENGENDALIAN PEMBUANGAN LEMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI RIAU MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

PEMERINTAH PROPINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROPINSI RIAU NOMOR : 7 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

BUPATI MUSI RAWAS, 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN, PENGENDALIAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERIZINAN DAN RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN DAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DI KOTA BONTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 5 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

BUPATI MUSI RAWAS, b. bahwa untuk pungutan retribusi sebagaimana dimaksud huruf a diatas, perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas.

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PEMBERIAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 20 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN LAHAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

WALIKOTA BANJARMASIN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 48 TAHUN : 2004 SERI : C

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI JASA PERIZINAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 4 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN AIR LIMBAH

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 2

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI IZIN PENYELENGGARAAN PELATIHAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L E M B A R A N D A E R A H

b. bahwa untuk melaksanakan pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PENYIMPANAN BAHAN BAKAR MINYAK

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

b. bahwa atas dasar pertimbangan tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Bongkar Muat Barang.

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003

L E M B A R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 SERI B. 11 TAHUN

BAB II JASA USAHA PELAYANAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) Pasal 2

NOMOR : 28 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 7, TAHUN : 2004 SERI : B NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 46 TAHUN 2000 (46/2000) TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN BENGKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 3 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG IJIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN RPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Transkripsi:

KOTA DUMAI LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 10 Tahun 2006 Seri : B Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN DAN PERIZINAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dapat memenuhi hajat hidup orang banyak, maka perlu dilindungi dan dipelihara kelestarian fungsi dari pengaruh pembuangan limbah cair Perusahaan Kegiatan Usaha; b bahwa dengan semakin meningkatnya kegiatan pembuangan limbah cair ke media lingkungan dan pemanfaatan limbah untuk aplikasi ke tanah maka dalam rangka pengendalian guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan serta peningkatan Pendapatan Asli Daerah, dipandang perlu pengaturan dalam suatu Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3046); 124

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 4. Undang-Undang No 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 6. Undang-Undang No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 125

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3409) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain; 14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor /KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri; 15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor /KEP-52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Hotel; 16. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor /KEP-58/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit; 17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor /KEP-42/MENLH/10/1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi; 126

18. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Kelapa Sawit di Perkebunan Kelapa Sawit; 19. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pedoman, Syarat dan Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Kelapa Sawit pada Tanah. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI dan WALIKOTA DUMAI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN DAN PERIZINAN LIMBAH CAIR BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Dumai; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai; 3. Kepala Daerah adalah Walikota Dumai; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Badan Legislatif Daerah Kota Dumai; 5. Unit Kerja Pendapatan Daerah adalah Instansi yang bertanggungjawab dibidang pendapatan daerah; 6. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Dumai; 7. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang retribusi daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 127

8. Unit Kerja Lingkungan Hidup adalah Instansi yang bertanggungjawab dibidang Lingkungan Hidup; 9. Orang adalah orang atau badan usaha yang berbadan hukum; 10. Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil; 11. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil; 12. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukan-peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya; 13. Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air oleh untuk menjamin kualitas air agar sesuai baku mutu air; 14. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya; 15. Air Limbah adalah sisa dari sesuatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair; 16. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atay kadar unsure pencemaran dan atau jumlah unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan; 17. Limbah Cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh suatu kegiatan/usaha yang berpotensi merusak lingkungan; 18. Baku Mutu Limbah Cair adalah batas maksimum kadar yang terdapat pada limbah cair yang diperkenankan dibuang ke media lingkungan hidup; 19. IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) adalah sarana pengolah air limbah; 128

20. Izin adalah izin Pembuangan Limbah Cair dan Izin Pemanfaatan Limbah untuk Apilikasi ke tanah sudah diolah terlebih dahulu sehingga sesuai dengan Baku Mutu yang ditetapkan; 21. Retribusi Limbah Cair adalah pembayaran atas jasa Pemerintah Daerah dalam menyediakan sarana pengolahan limbah cair; 22. Wajib Retribusi adalah Lembaga/Badan/perorangan yang menurut Peraturan Perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan Pembayaran Retribusi; 23. Masa retribusi adalah masa berlakunya bagi wajib retribusi untuk membayar retribusi; 24. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang disingkat SPRD, adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terutang; 25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKPD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang; 26. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar; 27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan; 28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang; 29. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda; 129

30. Surat Keputusan Retribusi Daerah Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi; 31. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi serta Pengendalian Limbah Cair berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 32. Penyidik Tindak Pidana Bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik POLRI atau Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk mencari dan mengumpulkan bukti dan keterangan yang dengan bukti dan keterangan itu membuat terang tindak pidana di Bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II KEWAJIBAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH Pasal 2 1. Setiap orang yang melakukan kegiatan dan atau usaha yang menghasilkan air limbah dan berpotensi merusak lingkungan hidup, wajib mengolah air limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke media yang ditunjuk. 2. Kualitas air limbah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus dibawah baku mutu air limbah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 3 Tata cara pembuangan air limbah : 1. Setiap perusahaan harus mempunyai ipal; 2. Dilarang melakukan pembuangan secara sekaligus dalam satu saat atau pelepasan dadakan; 3. Dilarang melakukan pengenceran limbah cair dalam upaya penataan baku mutu yang dipersyaratkan; 130

4. Diwajibkan melakukan pemantauan sendiri dan melaporkan hasil pantauannya ke Instansi yang bertanggungjawab di Bidang Unit Kerja Lingkungan Hidup; 5. Terhadap Limbah Cair yang dibuang ke media diwajibkan melakukan uji kualitas secara berkala. BAB III NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 4 1. Dengan Nama Retribusi Pengolahan dan Tarif Izin Limbah Cair dipungut Retribusi atas jasa Pemerintah Daerah menyediakan sarana pengolah air limbah. 2. Objek Retribusi adalah Pemanfaatan IPAL yang disedikan oleh Pemerintah Daerah terhadap pengolahan limbah cair. 3. Subjek Retribusi adalah orang yang telah memperoleh Izin Pembuangan Limbah Cair dan Izin pemanfaatan untuk Aplikasi ke tanah. BAB IV PENGGOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Limbah Cair dan Tarif Izin Pembuangan serta Pemanfaatan Air Limbah untuk Aplikasi ke tanah, termasuk golongan Retribusi Perizinan tertentu. BAB V RETRIBUSI Pasal 6 1. Setiap Pemegang Izin Pengolahan dan Tarif Izin Limbah Cair dan Pemanfaatan Air Limbah yang menggunakan IPAL milik Pemerintah Daerah dipungut Retribusi. 131

2. Retribusi yang dipungut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tidak mengurangi kewajibankewajiban lainnya yang harus dikeluarkan oleh Pemohon. 3. Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. Volume Limbah dibawah 200 M 3 /bulan Rp. 5. 000/M; b. Volume Limbah 201 s/d 500 M 3 /bulan Rp. 5. 000/M; c. Volume Limbah 501 s/d 750 M 3 /bulan Rp. 5. 000/M; d. Volume Limbah 751 s/d 1000 M 3 /bulan Rp. 5. 000/M; e. Volume Limbah 1001 s/d 2000 M 3 /bulan Rp. 5. 000/M. BAB VI IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN IZIN PEMANFAATAN AIR LIMBAH Pasal 7 1. Orang yang melakukan Pembuangan Limbah Cair dan Pemanfaatan Limbah untuk aplikasi ke tanah terlebih dahulu harus mendapat Izin Pembuangan Limbah Cair dan Izin Pemanfaatan Limbah untuk aplikasi ke tanah dari Walikota. 2. Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, pemohon harus mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota dengan melampirkan persyaratan-persyaratan yang selanjutnya akan diatur dengan Peraturan Walikota. 3. Penerbitan izin setelah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan izin. 4. Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertulis dalam bentuk surat izin yang ditandatangani oleh walikota atau pejabat yang ditunjuk setelah dilakukan pemeriksaan dan mendapat rekomendasi dari unit kerja Lingkungan Hidup. 5. Izin berlaku sepanjang memenuhi baku mutu yang ditetapkan. 132

Pasal 8 Persetujuan atau penolakan izin diberikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah permohonan diterima Walikota melalui unit kerja Lingkungan Hidup. Pasal 9 1. Izin tidak berlaku karena : a. Kegiatan Usaha berakhir; b. Izin dicabut. 2. Izin dicabut apabila : a. Tidak melakukan kegiatan usaha selama jangka waktu 2 (dua) tahun sejak izin dikeluarkan; b. Melakukan pelanggaran terhadap perundangundangan yang berlaku; c. Bertentangan dengan kepentingan umum dan menyebabkan terjadinya kerusakan Lingkungan Hidup. Pasal 10 1. Pencabutan Izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) Peraturan Daerah ini dilakukan melalui proses peringatan tertulis terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 10 (sepuluh) hari. 2. Apabila peringatan dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tidak diindahkan dilanjutkan dengan penghentian sementara kegiatan Pembuangan Limbah Cair dan Izin Pemanfaatan Limbah untuk Aplikasi ke tanah untuk jangka waktu 7 (tujuh) hari. 3 Jika penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, maka izin dimaksud dicabut. 133

Pasal 11 Izin dapat dicabut tanpa melalui proses peringatan dalam hal kegiatan usaha : 1. Melakukan kegiatan yang membahayakan kepentingan umum. 2. Memperoleh izin dengan cara yang tidak sah. BAB VII BIAYA IZIN Pasal 12 1. Setiap orang dalam memperoleh izin sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) dipungut biaya. 2. Biaya izin sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : 1. Industri / Usaha : a. Industri /Usaha Kecil Rp. 100.000,- Per-usaha. b. Industri/Usaha Menengah Rp. 1.000.000,- Per-usaha. c. Industri/Usaha Besar Rp. 2.000.000,- Per-usaha. d. Khusus Industri Pulp & Kertas Rp. 10.000.000,- Per-usaha. 2. Rumah sakit : a. Type D Rp. 150.000,- Per-usaha. b. Type C Rp. 250.000,- Per-usaha. c. Type B Rp. 550.000,- Per-usaha. d. Type A Rp. 1.000.000,- Per-usaha. 3. Poliklinik Industri/ Farmasi Rp. 250.000,- Per-usaha. 4. Pemukiman/Real Estate : a. Jumlah Rumah < 1.000 unit Rp. 250.000,- Per-usaha. b. > 1.000 unit Rp. 500.000,- Per-usaha. 134

5. Perusahaan IPAL 1. IPAL Kecil Rp. 250.000,- Per-usaha. 2. IPAL Sedang Rp. 500.000,- Per-usaha. 3. IPAL Besar Rp. 1.000.000,- Per-usaha. 6. Hotel : 1. Hotel Melati Rp. 150.000,- Per-usaha. 2. Hotel Bintang 1 Rp. 250.000,- Per-usaha. 3. Hotel Bintang 2 Rp. 500.000,- Per-usaha. 4. Hotel Bintang 3 Rp. 750.000,- Per-usaha. 5. Hotel Bintang 4 Rp. 1.000.000,- Per-usaha. 6. Hotel Bintang 5 Rp. 1.250.000,- Per-usaha. BAB VIII PENETAPAN DAN PEMBAYARAN Pasal 13 1. Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pasal 6 ayat (3) dilakukan setiap bulan. 2. Pembayaran dilakukan melalui Bendaharawan khusus penerima (BPK) yang diangkat oleh Walikota. 3. Setiap keterlambatan pembayaran Retribusi Limbah Cair melebihi 30 (tiga puluh) hari terhitung dari tanggal diterbitkannya SKRD dikenakan denda sebesar 5% (lima persen) perbulan dihitung dari jumlah Retribusi Terutang. 4. Dalam hal tunggakan pembayaran Retribusi selama tahun berjalan dan tahun-tahun berikutnya berturutturut 2 (dua) tahun tidak dilunasi dikenakan sanksi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dihitung dari jumlah Retribusi Terutang. 5. Tata cara penetapan dan pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini selanjutnya ditetapkan melalui Peraturan Walikota. 3 tahun yang ditetapkan oleh Walikota dengan persetujuan DPRD Kota Dumai. Pasal 14 Seluruh penerimaan Retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 12 disetorkan ke Kas Daerah. 135

BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 15 1. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Izin Limbah Cair dan Izin Pemanfaatan Limbah untuk Aplikasi ke tanah secara teknis operasional dilaksanakan oleh Instansi yang bertanggung jawab di Bidang lingkungan Hidup Kota Dumai dan Instansi terkait. 2. Untuk kepentingan pengawasan setiap pemegang izin wajib memberikan kesempatan kepada petugas untuk mengadakan pemeriksaan serta mempersiapkan data yang diperlukan. BAB X PENYIDIKAN Pasal 16 1. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan pemerintah Kota Dumai diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah. 2. Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan dan laporan tersebut menjadi lengkap; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah ; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah ; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah ; 136

e. Melakukan pengeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah ; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah ; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. Menghentikan penyidikan ; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. 3. Penyidikan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan kepada penuntut hukum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 17 1. Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1), pasal 3, pasal 4, pasal 6 ayat (1) dan pasal 7 ayat (2) Peraturan Daerah ini diancam Pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah). 2. Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang). 137

3. Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota. Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Dumai. Ditetapkan di Dumai pada tanggal 11 Desember 2006 WALIKOTA DUMAI, Cap / dto Diundangkan di Dumai pada tanggal 12 Desember 2006 SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI, H. ZULKIFLI A.S. Cap / dto H. WAN FAUZI EFFENDI Pembina Utama Muda NIP. 010055541 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI B 138

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGOLAHAN DAN PERIZINAN LIMBAH CAIR I. UMUM Dalam usaha pengembangan Otonomi Daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, guna menggali potensi daerah dan guna penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan DPRD yang dibebankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sangat perlu menggali potensi daerah yang bersumber dari Retribusi Daerah. Alam sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus dapat dimanfaatkan untuk memenuhi hidup orang banyak dan semakin meningkatnya kegiatan pembuangan limbah ke sumber air maupun daratan dan pemanfatan limbah untuk aplikasi ke tanah, oleh perusahaan yang ada maupun perorangan jika tidak terkendali akan menimbulkan berbagai kerusakan dan bencana, untuk itu maka dipandang perlu diatur dalam suatu Peraturan Daerah yang berbunyi : RETRIBUSI PENGOLAHAN DAN PERIZINAN LIMBAH CAIR yang nantinya sebagai pedoman untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pemantauan terhadap sumber-sumber pencemaran, serta pemasukan pendapatan daerah dari retribusi tersebut. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas 139

Pasal 4 Objek Retribusi adalah izin pengendalian yang diberikan pemerintah berdasarkan kelayakan dan Baku Mutu yang telah ditentukan kegiatan atas pembuangan limbah dan pemanfaatan limbah untuk Aplikasi ke tanah itu sendiri berdasarkan besar volume limbah yang dibuang dan Aplikasi ke tanah. Pasal 5 Pasal 6 Retribusi Limbah Cair dan Pemanfaatan Limbah untuk Aplikasi ke tanah adalah salah satu Retribusi sebagai sumber penerimaan pendapatan daerah. Retribusi yang dipungut adalah terhadap volume limbah yang dibuang Ke media lingkungan atau volume limbah yang dimanfaatkan untuk Aplikasi ke tanah. Pasal 7 Izin didalam Peraturan Daerah ini adalah izin pembuangan limbah cair yaitu bagi badan usaha/ kegiatan yang menghasilkan limbah cair yang diolah terlebih dahulu melalui Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Untuk dibuang ke media lingkungan setelah memenuhi Baku Mutu dan Izin Pemanfaatan Limbah untuk Aplikasi ke tanah yaitu melalui system Land Aplication (LA) adalah Badan Usaha/ Kegiatan yang menghasilkan limbah cair untuk dimanfaatkan melalui Aplikasi ke tanah/kebun/. Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 s/d 19 Cukup jelas 140