BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-19 tahun) atau sekitar 18,3 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2010 yang berjumlah 237,6 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Besarnya penduduk remaja ini akan berpengaruh pada pembangunan kesehatan, sosial, ekonomi. Masa remaja adalah masa peralihan atau perpindahan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan fisik, sosial, psikologis/emosional, dan seksual. Pada masa peralihan ini, remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan yang dapat mengakibatkan berbagai permasalahan. Salah satu dari beberapa permasalahan remaja yang pada saat ini perlu mendapatkan perhatian serius adalah perilaku seksual (Departemen Kesehatan RI, 2008). Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2010 dengan jumlah 2798 sampel yang dilakukan di 33 provinsi, didapatkan bahwa remaja laki-laki dan perempuan telah melakukan hubungan seksual pertama kali pada umur 8 tahun, yakni sebesar 0,5 persen dilakukan oleh perempuan dan 0,1 persen oleh laki-laki. Walaupun angkanya masih cukup rendah, kejadian ini harus mendapat perhatian dan penanganan yang memadai (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Perilaku hubungan seksual pranikah dapat diikuti berbagai permasalahan psikososial yang tidak diinginkan akibat dari modernisasi, 1
2 globalisasi, dapat menyebabkan terjadinya perubahan pengetahuan dan perilaku yang terjadi pada usia yang lebih dini. Penelitian Bakti dan Siti (2014) pada remaja SMP Negeri 1 Sukoharjo menunjukkan bahwa mayoritas remaja memiliki pengetahuan seksual yang rendah yakni sebesar 68.8 persen dengan sikap dan perilaku seks bebas dalam kategori negatif sebanyak 41.8 persen. Penelitian Pratama (2013) mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan remaja usia 4-21 tahun tentang kesehatan reproduksi di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten sebagian besar adalah rendah (63 persen), sikap remaja tentang seks pranikah sebagian besar adalah menolak (52 persen), dan terdapat hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pranikah pada remaja di Desa Danguran Kecamatan Klaten. Penelitian Dewi (2012) mendapatkan bahwa sebesar 69,1 persen remaja awal di SMPIT Anugerah Insani Bogor memiliki pengetahuan tentang seksualitas rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait pengetahuan dan perilaku seksual remaja. Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Gondokusuman dengan alasan karena sudah terjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan Puskesmas setempat dan SMP penelitian.
3 1.2 Masalah Penelitian 1.2.1 Bagaimana gambaran pengetahuan seksual siswa Sekolah Menengah Pertama? 1.2.2 Bagaimana gambaran perilaku seksual siswa Sekolah Menengah Pertama? 1.2.3 Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan perilaku seksual siswa Sekolah Menengah Pertama? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku seksual pada siswa Sekolah Menengah Pertama. 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Pengetahuan remaja tentang pubertas dan tumbuh kembang remaja, pernikahan, kehamilan, dan kepemilikan anak, aborsi, infeksi menular seksual (IMS), dan HIV/AIDS. b. Umur pertama perilaku seksual yang dilakukan remaja dan bentuk perilaku seksual yang dilakukan remaja.
4 c. Hubungan antara pengetahuan seksual dan perilaku seksual remaja. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Instansi Kesehatan (Dinas Kesehatan, Puskesmas, BKKBN) Dapat memberikan informasi terkait gambaran pengetahuan dan perilaku seksual remaja yang dapat dipakai sebagai masukan pada upaya promotif dan preventif terkait perbaikan perencanaan, maupun implementasi program pendidikan kesehatan reproduksi. 1.4.2 Bagi Sekolah Mengetahui sejauh mana pengetahuan dan perilaku seksual siswa untuk menentukan kebijakan mengenai program pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah sebagai upaya untuk pembinaan perilaku seksual siswa. 1.4.3 Bagi Remaja Dapat memahami tentang infomasi kesehatan reproduksi, menghindari perilaku seksual pranikah serta mengetahui dampak negatifnya, serta dapat menjadi teladan, peer educator, dan berbagi ilmu bagi teman sebayanya.
5 1.4.4 Bagi Peneliti Mengembangkan wawasan peneliti dan menjadi pengalaman berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian selanjutnya. 1.5 Keaslian Penelitian Sejauh pemahaman penulis, sebelumnya belum ada yang meneliti secara langsung terkait tingkat pengetahuan dan perilaku seksual pada siswa SMP. Di bawah ini terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, kesehatan reproduksi, dan perilaku seksual remaja yang digunakan sebagai acuan referensi pada penelitian ini. Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Metode Sampel Hasil Dewi, 2012 Gambaran Tingkat Jenis penelitian 122 siswa Pengetahuan rendah Pengetahuan tentang deskriptif SMP pada 69,1% responden Perkembangan dengan berusia 12- (n=65) dan Seksualitas Pada menggunakan 15 tahun. pengetahuan tinggi Remaja Awal SMPIT rancangan cross pada 30,9% (n=29). Anugerah Insani sectional. Bogor Benita, 2012 Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Siswa SMP Kristen Gergaji Quasiexperimental one group pretest-posttest design 33 siswa kelas dua SMP Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna setelah dilakukan penyuluhan (p<0,01)
6 Pratama, 2013 Hubungan antara Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten Penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional 88 remaja usia 14 sampai 21 tahun Terdapat hubungan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pranikah remaja (p=0,011) Bakti dan Siti, 2014 Pengetahuan, Penelitian 72 siswa Pengetahuan tinggi Sikap, dan Perilaku deskriptif SMP pada 31,2% siswa dan Seks Bebas Pada dengan pengetahuan rendah Remaja di SMP pendekatan pada 68,8% siswa. Negeri 1 Sukoharjo cross sectional Sikap dan perilaku seks bebas dalam kategori positif 59.7%. sebanyak