I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah pendapatan di Lampung Tengah mengakibatkan. peningkatan permintaan terhadap jasa keuangan. Pertumbuhan lembaga

I. PENDAHULUAN. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

Produk Domestik Regional Bruto

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

I. PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan pula kebutuhan konsumsi

I. PENDAHULUAN. jumlah penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan tenaga kerja serta dapat

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam penetapan tingkat upah. Kebijakan ini disebut dengan kebijakan upah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

8.1. Keuangan Daerah APBD

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM), sumber daya alam (SDA), teknologi, sosial budaya dan lain-lain. Oleh

I. PENDAHULUAN. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut. maupun tidak langsung. Tujuan pembangunan nasional khususnya pada

Perkembangan harga Pangan Tingkat Pedagang Eceran

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapangan pekerjaan merupakan wahana yang sangat penting bagi para tenaga kerja untuk mengeksplorasi kemampuan diri dalam bidang tertentu. Fenomena semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Dalam pasar kerja telah terjadi meningkatnya penawaran kerja daripada permintaan kerja, maka terjadi adanya selisih antara penawaran dan permintaan kerja yang mengakibatkan terciptanya pengangguran. Bagi angkatan kerja lapangan pekerjaan merupakan sumber utama pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Besar atau kecilnya pendapatan yang diperoleh dari lapangan pekerjaan tersebut menentukan kesejahteraan bagi tenaga kerja serta keluarganya. Menurut Hasibuan (1996 : 99) menyatakan bahwa jika terdapat pengangguran dalam suatu masyarakat hal ini berarti kurang efisiennya pemanfaatan salah satu modal dasar dan dibatasinya pilihan yang tersedia. Bahkan jika pengangguran itu sudah cukup tinggi, hal itu dapat mengganggu stabilitas ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Pengangguran yang tinggi bukan hanya menjadi masalah dalam

2 bidang ekonomi saja tapi juga menjadi masalah dalam bidang sosial yang dimana individu menganggur tersebut kehilangan akan kepercayaan dirinya dan berbuat tindakan kriminal. Menurut Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Lampung Tahun 2008-2013 Kabupaten / Kota 2008 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01 Lampung Barat 2,97 7,18 5,41 2,76 2,25 2,52 02 Tanggamus 3,91 4,82 4,76 5,91 3,20 4,88 03 Lampung Selatan 8,68 7,39 5,46 8,21 6,04 6,25 04 Lampung Timur 7,67 5,37 4,28 4,69 2,74 5,48 05 Lampung Tengah 4,89 4,10 2,56 3,80 2,61 3,33 06 Lampung Utara 8,10 10,61 8,90 6,40 8,00 7,40 07 Way Kanan 6,33 5,07 3,96 3,38 3,30 4,19 08 Tulang Bawang 5,50 4,61 4,46 5,97 5,52 4,38 09 Pesawaran * 7,48 5,90 7,10 6,50 9,60 10 Pringsewu ** ** 4,79 7,34 5,91 3,76 11 Mesuji *** *** 1,17 7,75 4,19 9,51 12 Tulang Bawang *** *** 4,10 4,14 1,97 3,61 Barat 13 Pesisir Barat --- --- --- --- --- --- 14 Bandar Lampung 13,14 10,97 11,92 11,90 12,17 10,67

3 15 Metro 12,01 11,05 12,46 11,01 11,44 4,36 Lampung 7,15 6,62 5,57 6,24 5,13 5,69 Catatan: *) 2007-2008 masih bagian Kabupaten Lampung Selatan **) 2007-2009 masih bagian dari Kabupaten Tanggamus ***) 2007-2009 masih bagian dari Kabupaten Tulang Bawang Sumber : lampung.bps.go.id tahun 2013 Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Lampung cendrung naik turun dari tahun 2008-2013. Pada tahun 2008 Kota Bandar Lampung tingkat pengangguran terbuka paling tinggi sebesar 13,14%. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka paling tinggi adalah Kota Metro sebesar 12,46%. Namun pada tahun 2013 Kota Metro mengalami penurunan, sehingga tingkat pengangguran terbuka Kota Metro sebesar 4,36%, penurunan tingkat pengangguran terbuka di Kota Metro salah satunya karena banyaknya tenaga kerja yang terserap pada perusahaan. Kota Metro memiliki industri pengolahan, dimana industri ini cukup berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan mampu berkontribusi untuk PDRB Kota Metro. Berikut ini adalah perkembangan industri pengolahan menurut golongan industri yang ada di Kota Metro. Tabel 2. Perkembangan Industri Pengolahan Menurut Golongan Industri di Kota Metro Tahun 2013 No Golongan Industri Tenaga Kerja (Jiwa) Investasi (Rp) 1 Industri Besar 47 15.000.000.000 2 Industri Menengah 154 13.500.000.000 3 Industri Kecil 4529 41.389.500.000 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Metro Tahun 2013. Berdasarkan tabel 2 menunjukkan golongan indsutri pengolahan yang ada di Kota Metro dan dapat kita lihat juga bahwa industri kecil lebih besar menyerap tenaga kerja sebesar 4.529 jiwa dengan nilai investasi Rp 41.389.500.000,- dibandingkan

4 dengan golongan industri lainnya. Hal ini menunjukkan industri pengolahan sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Kota Metro. Berikut ini adalah perkembangan kelompok industri pengolahan yang ada di Kota Metro. Tabel 3. Kelompok Industri Pengolahan di Kota Metro Tahun 2014 No Kelompok Jumlah Tenaga Investasi Industri Perusahaan Kerja 1 Industri Pangan 424 1359 10.420.000.000 2 Industri Kimia & 601 1378 12.886.200.000 Bahan Bangunan 3 Industri Logam & 636 1369 12.772.900.000 Jasa 4 Industri Sandang 39 166 760.000.000 & Kulit 5 Industri Kerajinan & Umum 118 405 1.790.500.000 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Metro Tahun 2014. Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa masing-masing dari kelompok industri pengolahan yang ada di Kota Metro berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan tabel terebut kelompok industri kimia dan bahan bangunan paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.378 jiwa dibandingkan dengan kelompok industri pengolahan yang lainnya. Peran industri tidak hanya membantu dalam penyerapan tenaga kerja, tetapi juga industri mampu memberikan sumbangsih pada PDRB (Produk Domestic Regional Bruto) Kota Metro. Berikut ini adalah perkembangan PDRB Kota Metro.

5 Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Kota Metro Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2013 (%) Lapangan Usaha 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) 1. PERTANIAN 4,19-0,90 0,52 a. Tanaman Bahan Makanan 4,76-4,54 0,44 b. Tanaman Perkebunan 2,31 1,36 0,79 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3,48 3,06 0,67 d. Kehutanan 0,00 0,00 0,00 e. Perikanan 8,66-2,35-1,34 2. PERTAMBANGAN & 0,00 0,00 0,00 PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4,70 4,49 4,82 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6,79 3,78 8,99 a. Listrik 7,12 4,19 9,40 b. Gas 0,00 0,00 0,00 c. Air Bersih 2,62-1,70 3,17 5. BANGUNAN 2,66 7,81 7,76 6. PERDAGANGAN, HOTEL & 5,47 7,45 7,35 a. Perdagangan Besar & Eceran 5,74 8,55 8,38 b. Hotel 2,96 7,18 8,85 c. Restoran 4,76 4,42 4,37 7. PENGANGKUTAN & 5,63 6,37 5,84 a. Pengangkutan 2,33 3,56 2,00 b. Komunikasi 8,18 8,42 8,51 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 10,86 9,50 9,44 a. Bank 11,98 9,72 9,37 b. Lembaga Keuangan bukan Bank 4,65 4,47 4,90 c. Sew a Bangunan 9,11 9,50 10,00 d. Jasa Perusahaan 8,98 7,90 8,04 9. JASA-JASA 5,22 5,06 4,89 a. Pemerintahan Umum 4,74 4,63 4,38 b. Swasta 6,07 5,82 5,79 1. Sosial Kemasyarakatan 6,65 6,22 6,08 2. Hiburan & Rekreasi 3,67 3,54 3,61 3. Perorangan & Rumah 5,16 5,21 5,33 Tangga PDRB 6,40 6,05 6,23 Sumber :Metro Dalam Angka Tahun 2014. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa industri pengolahan mampu memberikan kontribusi pada PDRB Kota Metro. Meskipun pada tahun 2012 kontribusi industri pengolahan menurun sebesar 4,49% dari tahun sebelumnya 2011 sebesar 4,70% tetapi kembali meningkat pada tahun 2013 sebesar 4,82%.

6 Hal ini membuktikan industri sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja juga pada PDRB Kota Metro. Penelitian ini mengambil objek industri pengolahan yaitu industri mebel yang ada di Kota Metro. Alasan mengapa mengambil objek penelitian ini adalah karena banyaknya jumlah populasi industri mebel yang berjumlah 112 industri mebel dengan tenaga kerja yang terserap sebanyak 539 jiwa, data tersebut diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Metro pada tahun 2013. Industri mebel mempunyai peranan tersendiri dalam penyerapan tenaga kerja di Kota Metro dan juga produk yang dihasilkan oleh industri mebel adalah pintu, kusen, jendela, lemari, meja, kursi, dll yang merupakan produk yang memiliki nilai guna. Proses pembangunan sering sekali dikaitkan dengan industrilisasi. Proses pembangunan dan industrilisasi merupakan satu jalur untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Menurut Arsyad (1997 : 68) menyatakan bahwa pembangunan industri merupakan satu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja. Sektor industri diyakini mampu dapat memimpin sektor-sektor lainnya dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan dan kesejahteraan. Produk-produk industrial selalu memiliki nilai tukar yang tinggi dibandingkan dengan sektorsektor lainnya sehingga lebih menguntungkan. Hal itu karena produk-produk industrial memiliki beragam variasi produk yang memberikan manfaat marginal yang tinggi kepada pemakainya. Kedudukan industri ditengah-tengah kehidupan masyarakat telah mendapat tempat yang mantap, banyak yang meyerap tenaga

7 kerja, mampu berdampingan dengan perusahaan besar dan ikut memperlancar kegiatan perekonomian juga kesejahteraan hidup tenaga kerja. Untuk dapat berkembang industri harus mempunyai keunggulan produk sehingga dapat memenangkan persaingan. Dengan berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka peneliti akan mengambil objek industri mebel di Kota Metro. Alasannya pemilihan objek penelitian ini adalah output atau barang produksi dari mebel ini memiliki nilai manfaat bagi masyarakat. Maka peneliti akan mengangkat judul penelitian ini dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kota Metro. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh tingkat upah, tingkat harga bahan baku, tingkat harga output dan nilai investasi bersama-sama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro? 2. Bagaimana pengaruh tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro? 3. Bagaimana pengaruh tingkat harga bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro? 4. Bagaimana pengaruh harga output terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro? 5. Bagaimana pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro?

8 C. Tujuan Penelitian Ada pun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat upah, tingkat harga bahan baku, tingkat harga output dan nilai investasi bersama-sama berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat harga bahan baku terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro. 4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga output terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro. 5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro. D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi pemerintah Kota Metro dalam menentukan kebijakan untuk memecahkan masalah ketenaga kerjaan di Kota Metro. 2. Sebagai bahan refrensi bagi yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dalam obyek penelitian ini.

9 E. Kerangka Pemikiran Fenomena semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Dalam pasar kerja telah terjadi meningkatnya penawaran kerja daripada permintaan kerja, maka terjadi adanya selisih antara penawaran dan permintaan kerja yang mengakibatkan terciptanya pengangguran. Lapangan pekerjaan meruapakan wahana yang sangat penting bagi para tenaga kerja untuk mengeksplorasi kemampuan diri dalam bidang tertentu. Bagi angkatan kerja lapangan pekerjaan merupakan sumber utama pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Besar atau kecilnya pendapatan yang diperoleh dari lapangan pekerjaan tersebut menentukan kesejahteraan bagi tenaga kerja serta keluarganya. Proses pembangunan sering sekali dikaitkan dengan industrilisasi. Proses pembangunan dan industrilisasi merupakan satu jalur untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tinggkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Menurut Arsyad (1997 : 68) menyatakan bahwa pembangunan industri merupakan satu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja. Sektor industri diyakini mampu dapat memimpin sektor-sektor lainnya dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan dan kesejahteraan. Produk-produk industrial selalu memiliki nilai tukar yang tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya sehingga lebih menguntungkan. Hal itu karena produk-produk industrial memiliki beragam variasi produk yang memberikan manfaat marginal yang tinggi kepada pemakainya.

10 Pada industri yang ada di Kota Metro mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Penyerapan tenaga pada industri diantaranya dipengaruhi oleh upah, harga bahan baku, harga output dan nilai ivestasi. Upah yang meningkat secara langsung akan membawa dampak signifikan pada penawaran tenaga kerja, karena dengan adanya tingkat upah yang dinaikkan tersebut para pengusaha akan berupaya untuk meningkatkan atau menambah jumlah unit usahanya sehingga dengan adanya penambahan unit usaha, pengusaha akan menambah jumlah tenaga kerjanya. Tingkat harga bahan baku meningkat maka dari pihak industri/perusahaan akan mengurangi tenaga kerja dan jumlah kuantitas output/barang produksi untuk menekan biaya produksi. Sebaliknya jika harga bahan baku menurun maka industri/perusahaan akan meningkatkan jumlah tenaga kerja untuk meningkatkan jumlah kuantitas output/barang produksi yang dihasilkan. Begitu pula jika harga output/barang produksi yang dihasilkan naik maka masyarakat sebagai konsumen akan menurunkan permintaan akan output/barang produksi yang menyebabkan kuantitas barang yang dihasilkan oleh industri/perusahaan menurun dan tenaga kerja juga pun menurun. Sebaliknya jika harga output/barang produksi yang dihasilkan menurun maka masyarakat sebagai konsumen akan meningkat akan permintaan output/barang produksi yang dihasilkan. Menyebabkan industri/perusahaan akan meningkatkan jumlah ouput/barang produksi yang dihasilkan dan meningkatkan pula penyerapan tenaga kerja. Begitu pula jika nilai investasi pada industri/perusahaan maka akan menurunkan

11 penyerapan tenaga kerja, sebaliknya jika nlai investasi meningkat maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat. Berikut ini adalah gambar kerangka pemikiran dari penelitian ini: Upah Harga Bahan Baku Harga Output Penyerapan Tenaga Kerja Nilai Investasi Gambar 1. Kerangka Pemikiran. F. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pendapat atau teori yang masih kurang sempurna. Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan yang belum final dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1 Variabel tingkat upah diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro. 2 Variabel harga bahan baku diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro.

12 3 Variabel harga output diduga berpengaruh positif terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro. 4 Variabel nilai investasi diduga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kota Metro. G. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan yang berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan berbagai teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Bab III Metode penelitian yang berisikan tentang bahan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab V Kesimpulan dan Saran