BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV. Surat Keputusan Pemkot Surabaya tentang Ijin Pemakaian Tanah (IPT/ berwarna ijo/surat ijo) dengan cara sewa tanah negara yang dikuasai Pemkot

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain disebut muamalat. 1. dibenarkan (syara ). Jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai subjek hukum ataupun

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil bila petunjuk kehidupan yang lengkap ini dipisah-pisahkan antara

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN. PENYELENGGARA PERJALANAN UMRAH DAN HAJI PLUS (Studi

BAB I PENDAHULUAN. dipastikan memiliki ajaran yang terkait atau sekurang-kurangnya berkaitan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan di Indonesia telah berkembang pesat dan banyak kota-kota

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bersifat universal dan komprehensif, manusia adalah mahluk sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, untuk memenuhi kebutuhan

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan masing-masing manusia untuk bermuamalah kepada

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PERJANJIAN SEWA RUMAH DI DESA RANDUSARI TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup didalam bermuamalat seperti jual beli (al-ba i wa alijarah),

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. makhluk yang berkodrat hidup dalam masyarakat. Sebagai makhluk sosial,

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

BAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius

STUDY KASUS TENTANG WANPRESTASI PEMESANAN BARANG ANTARA C.V SUMBER JATI BATANG DENGAN TIGA PUTRA WELERI

BAB I PENDAHULUAN. setiap konsumen dalam menggunakan suatu barang atau jasa. Dengan demikian

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa hidup sendiri. Baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran Islam merupakan ajaran yang lengkap dan sempurna, sehingga. dalam masalah muamalah (hubungan antar makhluk) dibahas secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ini pun dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang bersedia untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti saling. memenuhinya sendiri, sehingga memerlukan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan. Dalam melaksanakan kehidupan ini manusia tidak bisa berdiri

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan ini disebut sebagai muamalah. Muamalah ialah hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 :

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Islam sebagai Agama yang lengkap dan sempurna telah

BAB I PENDAHULUAN. persamaan dengan orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia berbeda

BAB I PENDAHULUAN. keuangan konsumen atau disebut sebagai nasabah bank. nasabahnya melalui pemberian informasi yang benar dan jelas mengenai setiap

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya. menujukkan jalan dengan bermu amalat.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan, yang kemudian dijadikan bermacam-macam suku, bangsa agar

BAB I PENDAHULUAN. jalan penggantian berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Allah SWT agar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai Khalifah di muka bumi, diperintahkan untuk berlaku adil sebagimana

BAB I PENDAHULUAN. pinjam meminjam, sewa menyewa, dan lain sebagainya. Dalam menjalankan. berpegang pada Al-Qur an dan hadis sebagai dasarnya.

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kebutuhan jasmaniyah dengan cara yang sebaik-baiknya. 1. yang bersifat universal dan komprehensif. 2

A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA... 61

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kaitan ini, Islam datang dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip. manusia dalam kehidupan sosial mereka.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MUSLIM DAN NON MUSLIM TERHADAP TRANSAKSI PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Ikin Ainul Yakin

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna dalam mengatur semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah aturan atau hukum yang mengatur hubungan antar sesama manusia, baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari manusia hidup saling berhubungan dalam hal bermuamalah dengan sesama. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan jasa orang lain untuk memenuhi hajat hidup dan mencapai kemajuan dalam hidupnya. Islam memerintahkan kepada manusia untuk bekerjasama dalam segala hal, kecuali dalam perbuatan dosa kepada Allah dan melakukan aniaya kepada sesama makhluk. 1 Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat (29) : Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S An-Nisa : 29). 2 Dengan adanya hubungan sesama manusia tersebut, maka timbullah hak dan kewajiban yang merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan 1 Ismail Nawawi, Ekonomi Islam - Teori, Sistem dan 1 Aspek Hukum, (Surabaya: CV Putra Media Nusantara, 2009), 51. 2 Al-Qur an, 4:29

manusia. Sehingga Islam memberikan aturan bermuamalah yang bersifat mudah guna memberikan kesempatan perkembangan kehidupan manusia dikemudian hari. Aturan-aturan dalam bermuamalah ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan kemasyarakatan dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing. Aturan-aturan tersebut sesuai dengan ajaranajaran dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Qur an dan Hadits. 3 Dalam bermuamalah, manusia hendaknya harus saling berbuat baik dan memberikan bantuan terhadap sesama untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat (2) : Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-nya. (Q.S Al-Maidah: 2). 4 Salah satu bentuk kegiatan bermuamalah adalah ijarah yang merupakan bentuk kegiatan muamalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, yaitu sewa-menyewa atau menjual jasa kepada pihak yang membutuhkan jasa dan saling suka rela. 5 Ijarah dapat juga diartikan sebagai jual beli jasa (upah-mengupah), yaitu mengambil manfaat dari hasil pekerjaan atau tenaga manusia, ada juga yang menerjemahkan sebagai sewamenyewa, yaitu mengambil manfaat dari barang (objek sewa). 6 3 Ismail Nawawi, Fikih Mumalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), 11. 4 Al-Qur an, 5:2 5 Boedi Abdullah, Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), 119. 6 Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 122.

Sewa-menyewa, dalam hal ini sewa jasa sebagaimana perjanjian lainnya, merupakan perjanjian yang bersifat konsensual, yang artinya perjanjian ini memiliki kekuatan hukum pada saat sewa-menyewa berlangsung. Secara umum yang dimaksud dengan perjanjian kerja sewa jasa yaitu perjanjian yang diadakan oleh dua orang (pihak) atau lebih, yang mana satu pihak berjanji untuk memberikan pekerjaan dan pihak yang lain berjanji untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dengan demikian pihak yang menyewakan harus menyerahkan barang atau jasa kepada pihak penyewa, maka pihak penyewa berkewajiban untuk menyerahkan uang sewa atau upah. 7 Perihal sewa-menyewa telah ditentukan aturan-aturan hukum seperti dasar hukum, rukun, syarat maupun bentuk dari sewa-menyewa yang diperbolehkan. Untuk menyempurnakan sewa-menyewa, dalam hal ini sewa jasa maka diperlukan perjanjian mengenai mekanisme sewa (upah) yang disepakati dalam kegiatan tersebut. Hal ini diwujudkan dengan adanya bentuk akad antara kedua belah pihak dengan ketentuanketentuan yang harus disepakati oleh pihak yang melakukan akad tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang sangat penting berupa air dikenal adanya istilah sewa jasa pengeboran sumur, di mana pihak yang menyewakan jasa memberikan manfaat jasa pengeboran untuk mencarikan sumber mata air yang bersih. Pengeboran sumur berurusan dengan alam yakni kondisi lahan yang akan dijadikan sebagai objek pengeboran. Alam dalam hal objek pengeboran sulit ditentukan apakah lahan itu mudah dalam proses pengeboran atau mempersulit dalam proses pengeboran, sehingga dalam urusan hal ini lebih bersifat mengira-ngira. Masyarakat Desa Sumber Pakem dalam memenuhi kebutuhan akan pentingnya sumber mata air yang bersih untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, minum, cuci baju dan lain sebagainya, sering kali melakukan praktek sewa jasa pengeboran sumur untuk 7 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 153.

menemukan sumber mata air yang bersih serta tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pencarian sumber mata air yang bersih tersebut. Pada praktek sewa jasa pengeboran sumur yang terjadi di Desa Sumber Pakem, kondisi lahan sebagai objek pengeboran tidak tentu, karena kondisi geografis dari Desa Sumber Pakem ada yang subur dan sebagian ada yang bebatuan. Pada kondisi lahan yang bebatuan, proses pengeboran jauh lebih sulit dari pada kondisi lahan subur. Meskipun kondisi tersebut berbeda, kadang kala pada lahan yang subur juga mengalami kesulitan dalam proses pengeboran. Oleh karena itu masyarakat Desa Sumber Pakem ketika menyewa jasa pengeboran biasanya menggunakan sistem borongan dalam hal penentuan harga jasa pengeboran. 8 Sistem borongan biasanya cenderung memperkirakan atau hanya memprediksi biaya-biaya yang akan dikeluarkan serta keuntungan yang didapatkannya, misalnya: memprediksi kedalaman sumur hingga menemukan sumber mata air dan memprediksi lahan tersebut sulit atau mudah dalam proses pengeboran tersebut. Melalui kedua prediksi tersebut, maka pemilik jasa dapat memperkirakan biaya yang akan dikeluarkan. Jika proses pengeboran itu mudah, maka biaya yang dikeluarkan menjadi sedikit sehingga pihak yang menyewakan jasa lebih diuntungkan dan penyewa jasa merasa merugi. Namun jika proses pengeboran sulit karena kondisi lahan, maka biaya yang akan dikeluarkan melebihi batas, sehingga pihak yang menyewakan jasa merasa rugi. 9 Pelaksanaan perjanjian sewa jasa pengeboran sumur di Desa Sumber Pakem menggunakan sistem borongan, di mana biaya jasa ditetapkan dan dibayarkan sebelum proses pengeboran sumur dilaksanakan. Dalam pelaksanaan proses pengeboran sumur, tidak dapat ditentukan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk proses pengeboran sumur, karena dalam pengeboran sumur tidak dapat ditentukan secara pasti dan detail 8 Halil, Wawancara, Sumber Pakem, 27 Oktober 2015 9 Mansyuri, Wawancara, Sumber Pakem, 28 Oktober 2015

waktu pengeboran sumur dan sulit mudahnya proses pengeboran sumur hingga menemukan sumber mata air. Dengan sistem penentuan biaya dan pembayaran sebelum proses pengeboran sumur dilakukan, memberikan celah bagi pihak pemilk jasa untuk meminta tambahan biaya lagi bilamana proses pengeboran sumur membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menemukan sumber mata air. Adanya permintaan tambahan seperti ini, menunjukkan terjadinya penyimpangan dari perjanjian harga yang sudah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, praktek sewa jasa pengeboran bisa menimbulkan ketidak-adilan di antara pihak setelah proses pengeboran sumur selesai. Dalam Islam, sewa-menyewa harus dilakukan atas dasar nilai-nilai keadilan dan menghindari unsur-unsur penganiayaan dan unsur-unsur yang akan menimbulkan kerugian di antara para pihak. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat fenomena yang terjadi di Desa Sumber Pakem sebagai topik penelitian ilmiah Sewa Jasa Pengeboran Sumur Dengan Sistem Borongan di Desa Sumber Pakem Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso Perspektif Fiqih Syafi iyah. B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Sumber Pakem Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso? 2. Bagaimana perspektif fiqih Syafi iyah terhadap sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Sumber Pakem Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dideskripsikan di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mendeskripsikan mekanisme sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Sumber Pakem Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso. 2. Untuk mendeskripsikan perspektif fiqih Syafi iyah terhadap sewa jasa pengeboran sumur dengan sistem borongan di Desa Sumber Pakem Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso. D. Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan memiliki manfaat. Manfaat tersebut bisa bersifat teoritis dan praktis. Untuk penelitian kualitatif, manfaat lebih bersifat teoritis yaitu pengembangan ilmu, namun juga tidak menolak sifat praktisnya untuk memecahkan masalah. Bila penelitian kualitatif dapat menemukan teori, maka akan berguna untuk menjelaskan, memprediksikan dan mengendalikan suatu gejala. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang masalah yang diteliti khususnya mengenai Sewa Jasa Pengeboran Sumur Dengan Sistem Borongan di Desa Sumber Pakem Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso Perspektif Fiqih Syafi iyah, sehingga dapat dijadikan sebagai informasi untuk menambah pengetahuan tentang sewa jasa dalam hukum Islam. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta dapat memahami tentang Praktek Sewa Jasa Pengeboran Sumur Dengan Sistem Borongan serta dapat menjadi penelitian ilmiah yang

memenuhi syarat sebagai laporan atau tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1). b. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan berfungsi sebagai informasi serta pengetahuan tentang Cara Istinbath Hukum Terhadap Praktek Sewa Jasa Pengeboran Sumur Dengan Sistem Borongan Menurut Pandangan Fiqih Syafi iyah. c. Bagi IAIN Jember Penelitian ini diharapkan dapat menjadi koleksi serta rujukan penelitian berikutnya untuk para mahasiswa. E. Definisi Istilah Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini terutama mengenai judul yang telah penulis ajukan yakni Sewa Jasa Pengeboran Sumur Dengan Sistem Borongan di Desa Sumber Pakem Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso Perspektif Fiqih Syafi iyah, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Sewa Jasa adalah jual beli manfaat atas jasa tertentu. Sedangkan Ijarah adalah suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu yang dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut sewamenyewa atau upah-mengupah. 10 Ijarah juga bisa diartikan menukar sesuatu dengan ada imbalannya. 11 2. Sewa Jasa Pengeboran Sumur adalah perjanjian sewa menyewa dalam bentuk jasa, di mana pihak pemilik jasa memberikan jasanya untuk mencarikan sumber mata air dengan menggunakan sebuah alat bor yang diputar dengan menggunakan tenaga mesin dalam kedalaman tertentu, sehingga akan bertemu dengan sumber air tanah 10 Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), 29 11 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 115

yang melimpah dan pihak penyewa jasa memberikan upah. 12 Dapat pula diartikan bahwa sewa jasa pengeboran sumur merupakan perjanjian sewa menyewa dalam bentuk jasa, di mana pemilik jasa harus menggunakan teknologi canggih dan modern berupa alat bor untuk mencapai sumber air dengan kedalaman tertentu, lalu pihak penyewa jasa akan memberikan upah sebagai penggantinya. 13 3. Sistem Borongan adalah sistem pembayaran upah berdasarkan atas kesepakatan bersama antara pemberi dan penerima pekerjaan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. 14 4. Perspektif Fiqih Syafi iyah adalah pandangan tokoh-tokoh mazhab Syafi iyah yang berkenaan dengan ijarah (sewa-menyewa atau upah-mengupah) dalam Islam, termasuk di dalamnya bagaimana cara melakukan istinbath hukum menurut tokohtokoh Syafi iyah tersebut. 5. Sewa Jasa Pengeboran Sumur Dengan Sistem Borongan di Desa Sumber Pakem Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso Perspektif Fiqih Syafi iyah. Maksud judul di atas adalah bagaimana pandangan fiqih Syafi iyah terhadap praktek sewa jasa pengeboran sumur yang terjadi di Desa Sumber Pakem Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso yang pada prakteknya kedua belah pihak menyepakati perjanjian kerja tersebut dengan menggunakan sistem borongan dalam menyelesaikan suatu pekerjaannya dalam jangka waktu tertentu. Dalam prakteknya tersebut mulai dari tata cara kesepakatan dalam sewa jasa pengeboran sumur, penentuan biaya sewa jasa pengeboran sumur, pembayaran biaya sewa jasa pengeboran sumur sampai dengan berakhirnya sewa jasa pengeboran sumur sudah 12 http://satriamadangkara.com/fakta-seputar-sumur-bor-mesin/diakses-tanggal-15-desember-2015-jam-14.00 13 http://sumurbor.org/sumur-bor/sumur-bor-solusi-untuk-sumber-air-melimpah/diakses-tanggal-21-desember- 2015-jam-10.00 14 https://id.wikipedia.org/wiki/gaji/diakses-tanggal-15-desember-2015-jam-14.00

sesuai atau tidak dengan aturan-aturan hukum Islam khususnya perspektif fiqih Syafi iyah. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan berisikan tentang gambaran secara singkat mengenai hal yang berkaitan dengan kerangka penulisan skripsi dan pembahasan skripsi yang nantinya akan dapat memberikan pemahaman sekilas bagi penulis dan pembaca karya tulis ini. Sistematika pembahasan tersebut terdiri dari : Bab satu membahas tentang pendahuluan yang merupakan dasar dalam penelitian yang terdiri dari sub-sub bab yaitu latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, serta sistematika pembahasan. Hal tersebut berfungsi sebagai gambaran umum dari skripsi ini. Bab dua kajian kepustakaan. Dalam bab ini terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab tiga metodologi penelitian. Dalam bab ini membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan. Bab empat membahas tentang penyajian data dan analisis yang di dalamnya berisikan gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis serta pembahasan temuan. Bab lima penutup, kesimpulan dan saran. Dalam bab terakhir ini ditarik kesimpulan yang ada setelah proses di bab-bab sebelumnya yang kemudian menjadi sebuah hasil atau analisa dari permasalahan yang diteliti. Kemudian dilanjutkan dengan saran-saran untuk pihak-pihak yang terkait di dalam penelitian ini secara khusus ataupun pihak-pihak yang membutuhkan secara umum.