Angka kejadian ambliopia pada usia sekolah di SD Negeri 6 Manado

dokumen-dokumen yang mirip
KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO

Amblyopia among Junior High School Students

KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

HUBUNGAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA ANAK DI SDN CEMARA DUA SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur

HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN.

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

Keywords: Anemia, Social Economy

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

Metode. Sampel yang diuji adalah 76 anak astigmatisma positif dengan derajat dan jenis astigmatisma yang tidak ditentukan secara khusus.

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu mata. Ruang pandang penglihatan yang lebih luas, visus mata yang

PREVALENSI PENURUNAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS 4-6 DI YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2010

HUBUNGAN KEBIASAAN SEMASA MELIHAT DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FK USU ANGKATAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA BERKACAMATA TENTANG KELAINAN REFRAKSI DI SMA NEGERI 3 MEDAN TAHUN Oleh : RAHILA

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

1 Indah J. Larete 2 Liesbeth F. J. Kandou 2 Herdy Munayang.

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

Penggunaan lensa kontak dan pengaruhnya terhadap dry eyes pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi

1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan 2 Alwin Monoarfa.

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI SMA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh: DONNY G PICAULY

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-gigi (eg), Volume 5 Nomor 1, Januari-Juni 2017

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Kelainan refraksi pada siswa SMP daerah pedesaan

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

Kesehatan telinga siswa Sekolah Dasar Inpres 1073 Pandu

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

TINGKAT PENGETAHUAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA ) TERHADAP KESEHATAN MATA DI KOTA MEDAN. Oleh KUHAPRIYA SELVARAJAH NIM :

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

Keluhan Mata Silau pada Penderita Astigmatisma Dibandingkan dengan Miopia. Ambient Lighting on Astigmatisma Compared by Miopia Sufferer

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

GAMBARAN DESKRIPTIF PASIEN KELAINAN REFRAKSI DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA PERIODE JANUARI- JUNI 2015 SKRIPSI

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN ANTARA PENGGUNA TELEPON PINTAR DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN TELEPON PINTAR PADA SISWA SMA ST.

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN.

Pengaruh Pemberian Kacamata Koreksi pada Penderita Miopia terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 34 Surabaya

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG

GAMBARAN PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT MANADO TAHUN 2012

Hubungan Usia Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Disfungsi Ereksi

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS VIII SMP NAWA KARTIKA ISLAMIC BOARDING SCHOOL DENGAN SMP NEGERI 1 WONOGIRI SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA UMUR TAHUN YANG BERADA DI KELURAHAN SEI RENGAS I MEDAN MENGENAI SADARI KELVIN YUWANDA

HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK. Oleh: LAVENIA

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

Tingkat Pengetahuan Pengguna Lensa Kontak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK AUTIS DI KOTA MANADO

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

ABSTRAK PERBANDINGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMA SWASTA DAN SMA NEGERI DI PONTIANAK TAHUN 2014

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

GAMBARAN SKOR MMSE, CDT, TMT A DAN TMT B PADA LANSIA DI PANTI WERDHA AGAPE TONDANO

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi pada siswa SDN 174 Muara Fajar Pekanbaru

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

HUBUNGAN GANGGUAN TIDUR DENGAN STATUS MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK BERUMUR TAHUN KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: AMELIA ERVINA NIM:

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PROFIL PENDERITA INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK TAHUN 2012

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN PENDERITA MIOPI TENTANG KESEHATAN MATA. Oleh : EVELYNE THERESIA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

KASUS KELAINAN REFRAKSI TAK TERKOREKSI PENUH DI RS DR. KARIADI PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2003

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET

ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL

Transkripsi:

Angka kejadian ambliopia pada usia sekolah di SD Negeri 6 Manado 1 Fikryah E. Saputri 2 Yamin Tongku 2 Herny Poluan 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Ilmu Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: fikryahekasaputri@gmail.com Abstract: Amblyopia is the reduced of visual acuity in one or both eyes despite had been corrected with spectacles without any structural abnormalities of the eye and the rear sight path. Amblyopia occurs in about 2-3% of the population, but lacking of concern will lead to detrimental life. This study was aimed to obtain the prevalence of amblyopia in elementary school students of SD Negeri 6 Manado. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Samples were 317 elementary school students aged 6-12 years old. Data were obtained by using auto refractometer and Snellen chart as well as pinhole test to assess the eyes disorders. The results showed that of all respondents there were 7 students (2%) with amblyopia. Based on the age of the incidence of amblyopia there were 3 students of 8 years old (43%) and 1 student each in the age of 7 years, 9 years, 11 years, and 12 years (14.25%). Amblyopia was found in 4 (57%) female students and 3 (43%) male students. Further studies are needed with a larger coverage area to obtain the prevalence of amblyopia more accurately. Keywords: amblyopia, prevalence, school-age children Abstrak: Ambliopia adalah berkurangnya ketajaman penglihatan pada satu atau kedua mata walaupun sudah dengan koreksi kacamata terbaik tanpa kelainan struktur pada mata maupun lintasan penglihatan bagian belakang. Ambliopia merupakan masalah dalam penglihatan pada 2-3% populasi, tapi bila dibiarkan akan sangat merugikan kehidupan penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian ambliopia di SD Negeri 6 Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dan pengumpulan data dilakukan secara potong lintang. Sampel ialah 317 siswa berusia sekolah 6-12 tahun. Pengambilan data dengan menilai kelainan refraksi menggunakan auto refrraktometer dan Snellen chart serta pinhole untuk menilai kelainan pada mata. Hasil penelitian mendapatkan dari seluruh responden didapatkan 7 anak (2%) mengalami ambliopia. Berdasarkan usia, angka kejadian ambliopia pada usia 8 tahun sebanyak 3 anak (43%) dan pada usia 7 tahun, 9 tahun, 11 tahun serta 12 tahun sebanyak 1 anak (14,25%). Berdasarkan jenis kelamin angka kejadian ambliopia pada perempuan yaitu 4 anak (57%), sedangkan laki-laki sebanyak 3 anak (43%). Studi lanjut diperlukan dengan cakupan wilayah dan jumlah sampel yang lebih luas sehingga mendapatkan nilai prevalensi ambliopia yzng lebih akurat. Kata kunci: ambliopia, angka kejadian, anak usia sekolah Penglihatan merupakan salah satu indra penting bagi manusia yang berfungsi sebagai indra penglihatan yang juga membantu dalam perkembangan identitas diri, kepandaian dan keterampilan. Proses penglihatan mengalami perkembangan dimulai sejak bayi lahir. Terdapat beberapa periode kritis untuk mencapai tingkat yang matang. Periode kritis pertama yang paling menentukan ialah 6 bulan pertama

Saputri, Tongku, poluan: Angka kejadian ambliopia... kehidupan, kemudian sampai 2 tahun, berikutnya sampai 5 tahun. Sesudah 5 tahun masih ada perkembangan, tetapi sudah tidak begitu pesat lagi sampai usia 9 tahun. 1,2 Pada perkembangan penglihatan yang tidak normal dapat mengakibatkan pengurangan ketajaman penglihatan. Ambliopia merupakan penyebab terbanyak penurunan ketajaman penglihatan pada anak, remaja, dan dewasa muda. Anak merupakan prioritas dalam VISION 2020, yang WHO menggagas untuk dapat mencegah gangguan ketajaman penglihatan dibanding gangguan lain yang memerlukan deteksi dini misalnya katarak kongenital, amblyopia merupakan gangguan yang diderita orang awam dan dalam laporan pengelolaan menempati proporsi yang tinggi dalam hubungan antara dokter mata dengan anak-anak. 3,4,5 Ambliopia dikenal juga dengan istilah mata malas (lazy eye), adalah berkurangnya ketajaman penglihatan pada satu atau kedua mata walaupun sudah dengan koreksi kacamata terbaik tanpa ditemukan kelainan struktur pada mata maupun lintasan penglihatan bagian belakang. Ambliopia disebabkan karena pengalaman penglihatan yang abnormal dari salah satu hal berikut : strabismus; anisometropia atau kelainan refraksi kedua mata yang tinggi (isoametropia) atau kekurangan stimulus. 6 Walauppun ambliopia hanya mengenai 2-3% populasi, tapi bila dibiarkan akan sangat merugikan nantinya bagi kehidupan penderita. 7 Prevalensi ambliopia yang terdeteksi pada anak-anak diperkirakan antara 0,2-5,4% dan pada dewasa antara 0,35-3,6%. Di Eropa, prevalensi ambliopia pada anak berkisar 1-2,5%. Prevalensi ambliopia lebih tinggi terjadi pada negara berkembang. Di Indonesia sendiri didapatkan prevalensi ambliopia pada siswa kelas 1 sekolah dasar (SD) di Kotamadya Bandung pada tahun 1989 sebesar 1,56%. Penelitian mengenai ambliopia pada 2268 siswa SD usia 7-13 tahun di Yogyakarta pada tahun 2008 mendapatkan hasil amblyopia 1,5%. 6 Ambliopia tidak dapat sembuh dengan sendirinya dan bila tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul suatu penyakit atau trauma, maka penderita akan bergantung pada penglihatan buruk dari mata yang ambliopia; oleh karena itu ambliopia harus ditatalaksana secepat mungkin. 7 Hampir seluruh ambliopia dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat. 7,8 Anak dengan ambliopia atau yang beresiko ambliopia hendaknya dapat diidentifikasi pada usia dini, dimana prognosis keberhasilan terapi akan lebih baik. 1 Penelitian ini bertujuan untuk melakukan deteksi dini dan publikasi informasi mengenai angka kejadian ambliopia pada anaak usia sekolah SDN 6 Manado Sulawesi Utara. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan pengumpulan data secara potong lintang. Penelitian ini dilakukan pada bulan September - Oktober 2016 dengan lokasi penelitian di SD Negeri 6 Manado. Populasi dalam penelitian ini ialah semua pelajar yang belajar di SD Negeri 6 Manado yang mengalami ambliopia. Sampel dalam penelitian ini ialah siswasiswa kelas 1-6 SD Negeri 6 Manado yang mengalami ambliopia dan memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling. Kriteria inklusif penelitian yaitu siswasiswi kelas 1-6 SD Negeri 6 Manado yang mengalami ambliopia dengan rentang usia 6-12 tahun serta bersedia terlibat dalam penelitian ini dengan menandatangani Informed Consent. Kriteria eksklusi yaitu siswa-siswi kelas 1-6 SDN 6 Manado yang tidak mengalami ambliopia dengan rentang usia 6-12 tahun dan yang tidak bersedia terlibat dalam penelitian ini atau tidak hadir saat pengambilan data, misalnya sedang sakit atau izin.dalam penelitian ini digunakan variablel antara lain usia, jenis kelamin, dan jenis ambliopia. Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan

kuesioner dan pemeriksaan visus terhadap sampel penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kategorik. Semua perhitungan statistik dilakukan secara manual untuk mendapatkan hasil lebih akurat. Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular. Data yang telah di peroleh dan diolah secara statistik menggunakan analisis univariat. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada siswasiswi kelas 1-6 SD dengan kisaran umur 6-12 tahun yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 317 siswa (Tabel 1). Tabel 1. Distribusi karakteristik siswa-siswi SD Negeri 6 Manado Karakteristik Klasifikasi (n) % Usia 6 Tahun 31 10 7 Tahun 64 20 8 Tahun 49 15 9 Tahun 34 11 10 Tahun 53 17 11 Tahun 57 18 12 Tahun 29 9 Jenis Kelamin Jumlah Laki- laki Perempuan 185 132 317 42 58 100 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar siswa-siswi (310 anak) tidak menderita ambliopia yaitu sekitar 98% dan hanya beberapa siswa (7 anak) menderita ambliopia 2% (Tabel 2). Tabel 2. Distribusi frekuensi responden yang mengalami ambliopia pada siswa-siswi SD Negeri 6 Manado berdasarkan usia Usia (n) % 6 Tahun 0 0 7 Tahun 1 14,25 8 Tahun 3 43 9 Tahun 1 14,25 10 Tahun 0 0 11 Tahun 1 14,25 12 Tahun 1 14,25 Jumlah 8 100 Dalam penelitian ini, prevalensi responden berjenis kelamin perempuan yang menderita ambliopia lebih banyak dibandingkan laki-laki (Tabel 2). BAHASAN Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan desain potong lintang yang dilaksanakan di SD Negeri Manado kelas 1-6. Jumlah murid sebanyak 476, dan yang masuk dalam sampel penelitian sebanyak 317. Berdasarkan data yang terkumpul usia murid 6 tahun berjumlah 31 orang (10%), umur 7 tahun berjumlah 64 orang (20%), umur 8 tahun berjumlah 49 orang (15%), umur 9 tahun berjumlah 34 orang (11%), umur 10 tahun berjumlah 53 orang (17%), umur 11 tahun berjumlah 57 orang (18%), dan umur 12 tahun berjumlah 29 orang (9%). Persentase anak yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 185 orang (42%) lebih tinggi dibanding anak-anak yang berjenis kelamin perempuan 132 orang (58%). Berdasarkan hasil penelitian pada 317 responden didapatkan bahwa terdapat 7 murid (2%) yang terdiagnosis menderita ambliopia. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shrestha et al. 10 terhadap 2.236 anak sekolah di Jhapa, Nepal dan mendapatkan prevalensi ambliopia sebesar 2,01%. Penelitian lainnya juga menunjukkan persentasi ambliopia yang hampir sama seperti Suhardjo dan Sasongko di Yogyakarta pada 2.268 siswa SD usia 7-13 tahun mendapatkan prevalensi ambliopia di daerah perkotaan sebesar 1,93%. 11 Rajavi et al. 13 melakukan penelitian di Tehran, Iran pada siswa SD usia 7-12 tahun sebanyak 2.410 responden dan didapatkan prevalensi ambliopia sebesar 2,3%. 13 Prevalensi ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan berbeda pada tiap acuan pustaka berkisar antara 1-3,5%. Hampir seluruh data mengatakan sekitar 2% dari keseluruhan populasi menderita ambliopia. 8,9,12 Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi ambliopia berdasarkan usia

Saputri, Tongku, poluan: Angka kejadian ambliopia... responden paling banyak pada siswa-siswi yang berusia 8 tahun yaitu sebanyak 3 orang (50%), dan jumlah responden yang mengalami ambliopia paling sedikit berusia 7 tahun, 9 tahun, 11 tahun, dan 12 tahun yaitu sebanyak 1 orang (14,25%). Dalam penelitian ini jumlah responden yang mengalami ambliopia usia 6 tahun dan 10 tahun tidak ditemukan. Usia yang diketahui berisiko tinggi terjadinya ambliopia pada masa kritis dalam perkembangan ketajaman penglihatan seseorang yatu sejak usia beberapa bulan hingga 7-8 tahun. 8 Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi ambliopia berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak didapatkan pada perempuan sebanyak 4 orang (57%), sedangkan lakilaki sebanyak 3 orang (43%). Meskipun secara umum prevalensi ambliopia tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, namun hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang didapat sebelumnya oleh Faghihi et al. 14 menyatakan frekuensi pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. 14 Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yekta et al. 15 di Shiraz, Iran yang menunjukkan prevalensi ambliopia lebih tinggi didapatkan pada laki-laki dibandingkan perempuan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian secara deskriptif retrospektif di SD Negeri 6 Manado dapat disimpulkan bahwa angka kejadian ambliopia di SD Negeri 6 Manado dari 317 responden sebesar 2%, dan tersering pada usia 8 tahun dan jenis kelamin perempuan, SARAN 1. Untuk peneliti yang akan datang yang ingin melakukan penelitian tentang ambliopia, agar dapat melakukan penelitian lanjutan dengan cakupan wilayah dan jumlah sampel yang lebih luas sehingga didapatkan nilai prevalensi ambliopia nasional. 2. Perlu penelitian lebih lanjut dan menyeluruh terhadap faktor resiko ambliopia selain dari kelainan refraksi 3. Bagi Bagian Ilmu Kesehatan Mata BLU RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado, perlu diadakan penyuluhan tentang ambliopia, yaitu mengenai bahaya ambliopia pada anak yang tidak terdeteksi dan terkoreksi sejak dini. 4. Bagi masyarakat khususunya para orangtua dan para guru di sekolah agar dapat memperhatikan perilaku aktivitas melihat pada anak dan anak didiknya agar apabila terdapat kelainan dapat segera dikoreksi. DAFTAR PUSTAKA 1. Sidarta IH. Ilmu Penyakit Mata (3rd ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. 2. Press L, Coats D. Amblyopia. Harley Pediatric Ophthalmology (5th ed). Philadelphia, 2004. 3. Gunawan W. Astigmatisma miop simplek yang mengalami ambliopia pada anak sekolah dasar di Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat. 2006;22: 135-139. 4. Simons K. Preschool vision screening: rationale, methodology and outcome, Surv Ophthalmol. 1996;41:3-30. 5. Rahi JS, Dezateux C. Improving the detection of childhood visual problem and eye disorder. Lancet. 2002; 359:1083-1084 6. Widadi KW, Suhardjo, Hartono. Ambylopia among junior high school students. Ophthalmol Ina. 2015;41(3): 283-288. 7. Lee J, BaileyG, Thompson V. Amblyopia (Lazy eye). Available from: http://www.allaboutvision.com/conditio ns/amblyopia.htm 8. Yen KG. Amblyopia. Available from: http://www.emedicine.com/oph/topic 316.htm 9. Amblyopia in common eye conditions disorders and disease. Available from: http://www.middleseweye.com/eye_co nditions.htm 10. Shrestha GS, Sujakhu D, Joshi P. 2011. Refractive error among school children in Jhapa, Nepal. J Opthalmol. 2011;4(2):49 55 11. Suhardjo, Sasongko MB, Anugrahsari S.

The Yogyakarta Eye Study: A pilot assessment of astigmatism and amblyopia in elementary school children. Clinical and Experimental Ophthalmology. 2008;36(SuppI): A278 A281. 12. Leske MC, Hawkins BS. Screening: Relationship to diagnosis and therapy in Duane s Clinical Ophthalmology; Chapter 54; Volume 5 (Revised edition). Lippincott Williams & Wilkins, 2004. 13. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya Medika, 2002; p. 243-4. 14. Faghihi M, Ostadimoghaddam H, Yekta A A. Amblyopia and strabismus in Iranian school children, Mashhad. Strabismus. 2011;19:147-52. 15. Yekta A, Fotouhi A, Hashemi H. The prevalence of anisometropia, ambliopia and strabismus in school children of Shiraz, Iran. 2010;18(3): 104-10.