BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

I. PENDAHULUAN. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. kaitannya dengan tuntutan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Pokok dari proses pendidikan adalah siswa yang belajar. Adapun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. demikian siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih, bidang pendidikan sebagai upaya yang bernilai sangat models bagi

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ari Yanto, 2015

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). relevan sehingga berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kreatifitas manusia untuk mencapai hasil maksimal dalam segala

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

Implementasi model pembelajaran jigsaw pada pelajaran fisika SMA Negeri 1 Toroh Kabupaten Grobogan Margiyanto S UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Namun, sampai sekarang Matematika masih saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Desti Fatin Fauziyyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam membina kehidupan masyarakat menuju masa depan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di negara kita

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika diajarkan tingkat dasar hingga tingkat menengah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

Siska Candra Ningsih. FKIP Universitas PGRI Yogyakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendididikan dasar dan menengah, Geografi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya. menelaah Mata pelajaran Geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi. Peserta didik didorong untuk memahami aspek dan proses fisik yang membentuk pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial ekologis di permukaan bumi. Selain itu peserta didik dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah. Proses pembelajarannya pada pendidikan dasar dan menengah, mata pelajaran sejarah memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan mata pelajaran Geografi meliputi ketiga aspek sebagai berikut: Pengetahuan: a) Mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan proses-prosesnya. b) Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan keterbatasannya untuk dimanfaatkan. c) Mengembangkan konsep dasar geografi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, dan wilayah negara/dunia. Keterampilan : a) Mengembangkan keterampilan mengamati lingkungan fisik,lingkungan sosial dan lingkungan binaan. b) Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data dan informasi yang berkaitan dengan aspek-aspek keruangan. c) Mengembangkan keterampilan analisis, sintesis, kecenderungan dan hasil-hasil dari interaksi berbagai

2 gejala geografis. Sikap: a) Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan fenomena geografi yang terjadi di lingkungan sekitar. b) Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan hidup. c) Mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya. d) Mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan sosial dan budaya. e) Mewujudkan rasa cinta tanah air dan persatuan bangsa. Menurut Sumaatmadja (1996 : 28) pengajaran geografi dapat mengembangkan kemampuan intelektual tiap orang atau secara khusus pula anak didik yang mempelajarinya. Geografi dapat meningkatkan rasa ingin tahu, daya untuk melakukan observasi alam lingkungan, melatih ingatan dan citra terhadap kehidupan dengan lingkungannya, dan dapat melatih kemampuan memecahkan masalah kehidupan yang terjadi sehari-hari atau secara gamblang geografi memiliki nilai edukatif yang tinggi. Melalui pengajaran geografi, kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didik dapat ditingkatkan. Pengajaran geografi mempunyai kemampuan melatih anak didik mencapai kedewasaan mental dalam berpikir, merasakan, dan mengembangkan keterampilan, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental peserta didik. Salah satu kendala dalam pembelajaran geografi yang sering dihadapi adalah peran guru masih dominan dari pada peserta didik pada kegiatan pembelajaran geografi. Paradigma pembelajaran berpusat pada guru masih kental dilakukan oleh guru. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas lebih diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk menghafalkan informasi dan kurang mampu menggunakan informasi tersebut jika menemukan masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Peserta didik kurang memahami konsep yang diajarkan. Lebih jauh lagi bahkan peserta didik kurang paham masalah dan bagaimana cara merumuskannya. Kurang berhasilnya guru dalam mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru dalam mengelola kelas. Indikator dari kekurang berhasilan tersebut adalah pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran

3 masih rendah, hal ini terlihat dari tidak sesuainya prestasi belajar peserta didik dengan standar atau KKM yang telah ditentukan. Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir, pembelajaran kita tidak diarahkan untuk membangun, mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki, dengan kata lain pembelajaran yang dilaksanakan tidak pernah diarahkan membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menciptakan pengajaran dan pembelajaran yang maksimal yang dapat dilakukan oleh guru. Pembelajaran menurut Syah (2010 : 89) adalah proses atau upaya yang dilakukan seseorang agar orang lain dalam hal ini peserta didik melakukan belajar. Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik, didalam proses ini seorang guru harus mampu memotivasi peserta didik dengan sebaik-baiknya, karena inti suatu pembelajaran terletak pada interaksi guru dengan peserta didik. Interaksi guru dengan peserta didik disebut juga proses belajar mengajar. Pembelajaran yang dilakukan sebaiknya memunculkan kegiatan belajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat membangkitkan dan meningkatkan berbagai kompetensi yang ada di dalam diri peserta didik serta aspekaspek lain seperti minat, motivasi, hasil belajar dan sebagainya. Strategi dan metode pengajaran merupakan salah satu komponen penting di dalam sistem pembelajaran yang dipengaruhi oleh factor-faktor, antara lain: tujuan pembelajaran, materi ajar, peserta didik / peserta didik, fasilitas, waktu dan guru. Dalam dunia pendidikan, Kemp (1995) (dalam Sanjaya, 2010 : 126) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Dick dan Carey (dalam Uno, 2010 : 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri dari seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Memperhatikan

4 beberapa pengertian strategi pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara yang direncanakan dan dipilih serta digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dicapai. Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankannya strategi tersebut dapat ditetapkan berbagai metoda pengajaran. Dalam upaya menjalankan metoda penalaran guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metoda, dan penggunaan teknik ini setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara yang satu dengan yang lain. Penggunaan metoda pembelajaran yang tepat akan tercipta suasana belajar yang tenang dan menyenangkan(enjoyable learning) yang akan mendorong proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna. Menurut UNESCO (1996) (dalam Sanjaya. 2010 : 110) ada empat pilar pendidikan agar dapat menimbulkan kesadaran pada peserta didik yaitu : 1. Learning to know (belajar mengetahui) 2. Learning to do (belajar melakukan sesuatu) 3. Learning to be (belajar menjadi sesuatu) 4. Learning to live together (belajar hidup bersama) Pemahaman empat pilar tersebut adalah (1) Learning to know, mengandung pengertian bahwa belajar pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada hasil belajar tetapi juga berorientasi kepada proses pembelajaran. (2) Learning to do, mengandung pengertian bahwa belajar bukan sekedar mendengar atau melihat tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan penguasaan kompetensi yang diperlukan. (3) Learning to be, mengandung pengertian bahwa belajar adalah untuk membentuk manusia yang menjadi diri sendiri. (4) Learning to live together, mengandung pengertian bahwa belajar mengandung pengertian adalah untuk bekerjasama. Setiap saat guru mata pelajaran geografi teaching) harus selalu meningkatkan mutu pembelajaran (effective

5 Salah satu metoda rancangan pembelajaran yang dapat digunakan dalam membantu dan memfasilitasi untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi geografi adalah menggunakan metoda creative problem solving (CPS) adalah suatu metoda pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Menurut Pepkin (2004 :1) : tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Penggunaan metoda pembelajaran ini diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas, serta motivasi peserta didik dalam mempelajari geografi, sehingga peserta didik dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Peserta didik sebagai subjek dan objek dalam belajar mempunyai kemampuan-kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk berkelompok untuk memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru. Selain metoda pembelajaran creative problem solving, metoda pembelajaran yang dapat dilakukan adalah inquiry. Strategi pembelajaran inquiry menurut Sanjaya (2010 : 196) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang ditanyakan. Pembelajaran inquiry menurut Trianto (2007 : 135) ini bertujuan untuk memberikan cara bagi peserta didik untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan tentang metoda pembelajaran inqury ini dapat disimpulkan bahwa metoda pembelajaran inquiry merupakan metoda pembelajaran yang memberikan kebebasan pada peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah yang telah dirancang oleh guru. Jadi pada pelaksanaannya

6 pembelajaran berpusat pada siswa dan guru hanyalah sebagai fasilitator serta pemberi motivasi. Metoda pembelajaran yang dirancang oleh guru pada saat ini, sebaiknya didukung oleh media pembelajaran yang memadai. Media pembelajaran yang digunakan dapat mengikuti perkembangan jaman. Pada saat ini, sedang memasuki era informasi. Teknologi komunikasi dan informasi terus berkembang dan cenderung akan terus mempengaruhi segenap kehidupan manusia. Perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat ini berpengaruh juga terhadap pribadi, aktivitas, kehidupan ataupun cara berpikir. Perkembangan ini sangat perlu diperkenalkan pada peserta didik kita agar mereka memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman untuk menerapkan dan menggunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran saat ini banyak dikembangkan media-media pembelajaran berbasis komputer, salah satunya pembuatan dan pengembangan software dalam media pembelajaran. Perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi yang digunakan dalam pembelajaran dapat memudahkan dan membangkitkan motivasi belajar peserta didik dalam mempelajari materi geografi. Hal ini dijelaskan Matsumoto (dalam Iriany : 2009) bahwa teknologi komputer memiliki potensi mengajarkan keterampilan berpikir. Rancangan guru dalam pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran sangatlah penting untuk dipersiapkan. Untuk menyongsong globalisasi, pemilihan media pembelajaran dengan menggunakan perangkat komputer berupa internet akhir-akhir ini, di lingkungan akademis atau pendidikan sebagai media pembelajaran bukan merupakan hal yang baru lagi. Penggunaan media pembelajaran geografi yang berbentuk perangkat komputer berupa internet memungkinkan dapat digunakan dalam berbagai keadaan tempat, baik di sekolah maupun di rumah; serta yang paling utama adalah dapat memenuhi nilai atau fungsi media pembelajaran secara umum. Teknologi internet hadir sebagai media yang multifungsi. Peran media internet (tentu saja media komputer yang menjadi perangkat utamanya) semakin meningkat pesat dari waktu ke waktu. Internet merupakan jaringan komputer global yang mempermudah, mempercepat akses dan distribusi informasi dan pengetahuan (materi pembelajaran)

7 sehingga materi dalam proses belajar mengajar selalu dapat diperbaharui. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Penerapan Metoda Pembelajaran Creative problem solving dan Inquiry Berbasis Teknologi Informasi Untuk Menumbuhkan Pemahaman Materi Geografi 1.2 Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang penelitian di atas maka peneliti merumuskan permasalahannya sebagai : 1. Adakah perbedaan keberhasilan pemahaman antara kelas yang menggunakan metoda pembelajaran creative problem solving berbasis teknologi Informasi dengan kelas yang menggunakan metoda pembelajaran inquiry berbasis teknologi informasi pada mata pelajaran geografi? 2. Adakah perbedaan keberhasilan pemahaman antara kelas yang menggunakan metoda pembelajaran creative problem solving berbasis teknologi informasi dengan kelas yang menggunakan metoda ekspositori berbasis teknologi informasi pada mata pelajaran geografi? 3. Adakah perbedaan keberhasilan pemahaman antara kelas yang menggunakan metoda pembelajaran inquiry berbasis teknologi informasi dengan kelas yang menggunakan metoda ekspositori berbasis teknologi informasi pada mata pelajaran geografi? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengkaji ada atau tidaknya perbedaan keberhasilan pemahaman antara kelas yang menggunakan metoda pembelajaran creative problem solving berbasis

8 teknologi informasi dengan kelas yang menggunakan metoda pembelajaran inquiry berbasis teknologi informasi pada mata pelajaran geografi. 2. Mengkaji ada atau tidaknya perbedaan keberhasilan pemahaman antara kelas yang menggunakan metoda pembelajaran creative problem solving berbasis teknologi Informasi dengan kelas yang menggunakan metoda ekspositori berbasis teknologi informasi pada mata pelajaran geografi. 3. Mengkaji ada atau tidaknya perbedaan keberhasilan pemahaman antara kelas yang menggunakan metoda pembelajaran inquiry berbasis teknologi informasi dengan kelas yang menggunakan metoda ekspositori berbasis teknologi informasi pada mata pelajaran geografi. 1.4 Manfaat Penelitian Pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut penulis kemukakan manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai tipe-tipe metoda pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Geografi dan dapat memberikan gambaran efektivitas penerapan metoda pembelajaran creative problem solving berbasis teknologi informasi untuk menumbuhkan pemahaman materi geografi. 2. Bagi peserta didik, dengan adanya metoda pembelajaran creative problem solving berbasis teknologi informasi dan inquiry berbasis teknologi informasi, peserta didik dapat lebih menumbuhkan pemahaman materi geografi dalam belajar karena metoda pembelajaran yang bervariasi membuat peserta didik tidak bosan. Akibat

9 dari itu peserta didik dapat memahami materi pelajaran lebih mudah yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. 3. Bagi guru, dengan adanya penggunaan metoda pembelajran yang bervariasi, guru mendapatkan umpan balik guna perbaikan dan peningkatkan kualitas pembelajaran. Sehubungan dengan itu guru dapat mengevaluasi guna melihat kekuatan dan kelemahan penggunaan metoda pembelajaran Creative problem solving berbasis Teknologi Informasi dan Inquiry berbasis Teknologi Informasi dalam kaitannya dengan menumbuhkan pemahaman peserta didik. 4. Bagi sekolah, dengan adanya penggunaan metoda pembelajaran yang bervariasi dikaitkan dengan kemampuan berfikir peserta didik, pihak sekolah mendapatkan masukan yang sangat berharga guna kepentingan manajemen sekolah. Pihak sekolah akan dapat melihat efektivitas pembelajaran dengan menggunakan metoda pembelajaran yang bervariasi, sehingga menjadi suatu pemikiran untuk meneruskan dan mengembangkannya pada mata pelajaran lain. 1.5 Asumsi Penelitian ini memiliki asumsi dan hipotesis untuk mengetahui esensi penelitian ini secara teoritis dan memberikan hasil dan kemajuan di bidang pendidikan dan pembelajaran sehingga proses pembelajaran peserta didik lebih ditingkatkan. Asumsi tersebut diuraikan sebagai berikut : Metoda pembelajaran CPS yang dikembangkan oleh Osborn-Parnes (1985) (dalam Prayogo : 2011 : 11 ) merupakan metoda pembelajaran konseptual yang berpusat pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreatifitas dan mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan berpikir kritis dalam proses pembelajaran. Metoda CPS menekankan keseimbangan antara pemikiran divergen (kreatif) dan konvergen (kritis) dalam setiap langkah dari proses

10 pembelajaran. Dengan kemampuan pengembangan berpikir dalam proses pembelajaran CPS, peserta didik telah memahami konsep yang dipelajari. Metoda pembelajaran inquiry adalah metoda pembelajaran yang memberikan kebebasan pada peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah yang telah dirancang oleh guru Metoda pembelajaran inquiry merupakan metoda pembelajaran yang memberikan kebebasan pada peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah yang telah dirancang oleh guru. Dengan kemampuan pengembangan berfikir dalam proses menemukan dan mampu memecahkan masalah dalam proses pembelajaran, peserta didik telah memahami konsep yang dipelajari. 1.6 Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 1 = Terdapat perbedaan keberhasilan pemahaman materi geografi antara kelas yang menggunakan metoda pembelajaran creative problem solving berbasis teknologi informasi dengan kelas yang menggunakan metoda pembelajaran inquiry berbasis teknologi informasi pada mata pelajaran geografi. H 2 = Terdapat perbedaan keberhasilan pemahaman materi geografi antara kelas yang menggunakan metoda pembelajaran creative problem solving berbasis teknologi informasi dengan kelas yang menggunakan metoda pembelajaran ekspositori berbasis teknologi informasi pada mata pelajaran geografi. H 3 = Terdapat perbedaan keberhasilan pemahaman materi geografi antara kelas yang dengan metoda pembelajaran inquiry berbasis teknologi informasi kelas yang menggunakan metoda pembelajaran ekspositori berbasis teknologi informasi pada mata pelajaran geografi.

11 1.7 Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda tentang penelitian ini, penulis memberikan beberapa penjelasan istilah sebagai berikut : 1. Metoda pembelajaran creative problem solving (CPS) berbasis teknologi adalah suatu metoda pembelajaran yang berpusat pada kemampuan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan ketrampilan berpikir kreatif maupun berpikir kritis dengan menggunakan komputer yang dilengkapi dengan program berbasis multimedia. Metoda CPS menekankan keseimbangan antara pemikiran divergen (kreatif) dan konvergen (kritis) dalam setiap langkah dari proses pembelajaran. Tahap dalam metoda pembelajaran ini ini berdasarkan tahap-tahap CPS menurut Osborn-parnes (dalam Prayogo : 2011) yang terdiri dari (1) Penemuan Fakta (Fact Finding), (2) Penemuan Masalah (problem Solving), (3) Penemuan Ide (Idea Finding), (4) Penemuan Solusi (Solution), (5) Penemuan penerimaan (Acceptance Finding), 6) Development of Teaching Material, 7) Evaluation of Teaching Material. 2. Metoda pembelajaran inquiry adalah metoda pembelajaran yang memberikan kebebasan pada peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah yang telah dirancang oleh guru. Metoda pembelajaran inquiry merupakan metoda pembelajaran yang memberikan kebebasan pada peserta didik untuk menemukan dan memecahkan masalah yang telah dirancang oleh guru. Menurut Joice dan Weil (1986: 57) mengemukakan bahwa pembelajaran inquiry terdiri dari lima tahap, yaitu 1) Tahap penyajian masalah (confrontation with the problem); 2) Melakukan verifikasi data (data gathering-experimentation);3) Mengumpulkan data (Data Gathering); 4) Mengorganisir, merumuskan penjelasan (organizing formulation an explanation) dan 5) Mengadakan analisis terhadap proses inquiry (analysis of the inquiry proses). 3. Pemahaman materi adalah kemampuan peserta didik untuk memahami materi setelah pembelajaran selesai. Pemahaman merupakan tingkat kognitif yang setingkat lebih tinggi dibanding pengetahuan. Pemahaman terdiri dari tiga aspek

12 yaitu : translasi (kemampuan menerjemahkan), interprestasi (kemampuan menafsirkan) dan ekstrapolasi (kemampuan meramalkan). Adanya kemampuan memahami materi geografi ini diukur dengan menggunakan tes pemahaman konsep yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) 4. Mata pelajaran geografi adalah salah satu pengetahuan mengenai hubungan sebab akibat dari berbagai kenampakan yang terjadi di muka bumi beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan dan kewilayahan. 1.8 Alur Penelitian Proses penelitian ini di bagi atas tiga bagian yaitu Studi Pendahuluan, Analisis dan Pengembangan, Pengumpulan Data. Untuk lebih jelasnya, mengenai bagian tahapan dalam penelitian dapat diperhatikan pada skema alur penelitian di bawah ini: Memilih masalah : Penerapan metoda pembelajaran CPS dan Inquiry berbasis teknologi informasi untuk menumbuhkan pemahaman materi geografi Studi Kepustakaan metoda pembelajaran CPS dan Inquiry berbasis TI dan Pemahaman Materi Geografi Merumuskan masalah dan hipotesis

13 Pembuatan instrumen penelitian Uji reliabilitas dan validitas instrumen Perbaikan Tidak valid Valid Tahap Persiapan ----------------------------------------------------------------------------------------------- Uji Instrumen Tes Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Kelas Kontrol Tes Awal Tes Awal Tes Awal Proses Pembelajaran CPS Berbasis TI Proses Pembelajaran Inquiry Berbasis TI Proses Pembelajaran Ekspositori Berbasis TI Tes Akhir Tahap Pelaksanaan ----------------------------------------------------------------------------------------------- Pengumpulan Data Analisis Data Kesimpulan Tahap Analisis dan Pelaporan 1.9 Sistematika Penulisan Gambar 1.1. Alur Penelitian Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka penulis mengemukakan sistematika penulisan sebagai berikut :

14 ABSTRAK BAB I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang dapat digunakan atau relevan sebagai landasan atas kerangka berpikir untuk menyelesaikan masalah. BAB III : Metodologi Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang Rancangan Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Definisi Operasional, Prosedur Pengambilan Data, Analisis Data dan Jadwal (Proposal). Bab VI : Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab hasil penelitian dan pembahasan akan menyajikan data-data yang dibutuhkan serta analisa data seperti distribusi variabel, uji instrumen, uji normalitas, uji hipotesis serta besar hubungan variabel. Bab V : Kesimpulan dan Saran Merupakan bagian terakhir dari penulisan tesis atau tugas akhir ini yang membahas tentang kesimpulan dan saran-saran sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini.