BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diupayakan melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, pengembangan dan pengadaan materi ajar serta pelatihan bagi guru. Upaya tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan yang harus diperhatikan saat ini yaitu siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika. Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 2 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas: Kurikulum 2004). Salah satu masalah pembelajaran matematika di SD Negeri Kutoharjo 01 Kecamatan Pati Kabupaten Pati adalah hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dikelas sangat rendah, siswa kurang memperhatikan pelajaran. Sebagian besar siswa masih menganggap pelajaran matematika masih menakutkan. Atas dasar observasi dan wawancara dengan guru kelas menunjukkan kondisi yang belum mengalami perubahan yang signifikan, kendatipun berbagai upaya sudah dilakukan seperti merubah tempat duduk siswa, memberikan bahan diskusi, mengusahakan anak untuk aktif mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan. Kemampuan siswa kelas 5 SD Negeri Kutoharjo 01 Kecamatan Pati Kabupaten Pati hasil belajar matematika mempunyai skor rata-rata 53. Besarnya skor belajar ini masih jauh dibawah KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 90. Skor tertinggi yang dicapai adalah 80 yang diraih oleh 8 siswa dari 25 siswa atau 32% siswa dalam kelas. Skor terendah 50, sebuah skor yang jauh dari KKM yang ditetapkan 90. Kegiatan pembelajaran matematika, selalu didesain dengan pembelajaran berpusat pada guru, yakni guru secara penuh memberikan penjelasan. Guru kelas 5 selalu 1
2 menggunakan ceramah yang merupakan pembelajaran konvensional. Siswa duduk diam mendengarkan penjelasan guru tentang materi pelajaran. Guru belum menerapkan struktur mengajar dengan baik. Sikap siswa menunjukkan adanya kejenuhan dan kebosanan belajar siswa. Potensi siswa tidak dimanfaatkan dan dikembangkan. Siswa tidak dilibatkan dalam pembelajaran. Siswa tidak diberi kesempatan untuk berbicara, tidak diberi kesempatan untuk bertanya maupun mengajukan pendapatnya. Siswa tidak melakukan aktivitas lain dalam pembelajaran. Aktivitas siswa monoton saja, duduk diam dan mendengarkan. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, guru belum melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Guru menjelaskan uraian materi di depan kelas dengan berpegang buku LKS. Dari penjelasan materi yang diberikan pada siswa, guru menambahkan hal-hal yang penting dari materi di papan tulis. Saat yang bersamaan, siswa mencatatnya dalam buku tulis masing-masing. Tidak ada kelompok kerja siswa, siswa berada pada tempat duduk masing-masing menyimak penjelasan dari guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru diakhir pembelajaran. guru belum menerapkan pendekatan yang tepat untuk membantu kesulitan belajar siswa, sehingga memperkuat anggapan siswa bahwa matematika itu sulit. Guru hanya melakukan penilaian hasil belajar atas dasar hasil kerja siswa mengerjakan soal latihan. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh guru dapat diketahui bahwa guru lebih mengandalkan hasil akhir belajar yang dicapai siswa daripada proses yang dilakukan siswa untuk mencapai hasil belajar tersebut. Guru perlu memperhatikan penilaian proses, yang hendaknya menuntut siswa mendemonstrasikan pengetahuan, ketrampilan, cara berfikir, ide atau gagasan ilmiah. Tidak ada penghargaan yang diberikan oleh guru atas dasar proses yang dilakukan oleh siswa. Siswa berusaha mencapai dan merasakan penghargaan sendiri setelah berhasil mengerjakan soal latihan, kegiatan ini mengakibatkan komunikasi antar guru dengan siswa dengan siswa lainnya pun menjadi terbatas. Berdasarkan data observasi, kondisi pembelajaran seperti diuraikan di atas perlu segera diatasi dengan menyusun strategi pembelajaran yang tepat. Pembelajaran matematika di SD merupakan dasar untuk jenjang berikutnya, sehingga perlu dilakukan suatu cara agar hasil belajar matematika siswa dapat meningkat dan siswa dapat menyukai pelajaran matematika. Salah satu pendekatan yang dapat dipakai dalam
3 pembelajaran matematika adalah menggunakan model pembelajaran group investigation (GI) yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang mengfokuskan guru dan siswa mempelajari peristiwa peristiwa ilmiah, dengan penyelidikan masalah, menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, dan menarik kesimpulan tentang hasil pemecahan masalah. Penggunaan model pembelajaran GI diharapkan dapat lebih menghidupkan diskusi antar siswa sehingga siswa terpacu untuk mengikuti pembelajaran dan menjari jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Dengan semakin dinamisnya suasana belajar mengajar diharapkan materi yang dapat diserap siswa semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar terutama pada pelajaran matematika. Berdasarkan uraian diatas, maka upaya perbaikan proses pembelajaran akan dilakukan melalui penelitian dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Siswa Kelas 5 SD Negeri Kutoharjo 01 Pati Semester 1 Tahun 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat ditemukan berbagai permasalahan matematika siswa kelas 5 SD Negeri Kutoharjo 01 Pati, yang nampak pada pembelajaran yang berpusat pada guru, guru banyak mengajar dengan ceramah. Guru tidak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai persiapan mengajar. Pembelajaran yang berlangsung dikelas tidak menggunakan strategi pembelajaran yang mampu memberdayakan dan memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika guru tidak menggunakan strategi pembelajaran yang mampu memotivasi dan memberdayakan siswa untuk dapat memecahkan soal. Siswa tidak dilatih bagaimana cara memecahkan masalah dengan dibentuk ke dalam beberapa kelompok yang heterogen. Siswa tidak pernah dibentuk dalam kelompok yang heterogen supaya pemahaman tidak diperoleh dari guru saja, melainkan berdasarkan pemahaman yang diperoleh siswa berdasarkan pengalaman yang dialaminya. Kondisi pembelajaran yang berlangsung tidak ada kerja kelompok siswa, maupun diskusi. Siswa duduk ditempat duduk masing-masing hanya mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru, siswa tidak dilibatkan secara langung dalam proses pembelajaran. Proses siswa untuk
4 memperoleh hasil belajar diabaikan oleh guru. Guru lebih menekankan pada penilaian diakhir pembelajaran daripada penilaian proses. Hal ini dapat diketahui dari data penilaian yang dimiliki oleh guru kelas 5, guru hanya memiliki 4 kali data hasil belajar ulangan harian pada semester I tahun 2013/2014, 1 kali nilai hasil belajar mid semester 1 dan 3 kali nilai hasil belajar ulangan harian semester 1, tanpa ada hasil penilaian proses. Hasil observasi dan wawancara dengan guru di kelas 5, guru tidak sempat membuat daftar pengamatan kinerja siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Nampak, minat siswa dalam belajar matematika kurang, siswa tidak memperhatikan pelajaran. Kondisi pembelajaran yang ada, monoton tidak mengalami perubahan yang signifikan dan jika ditanya pelajaran yang lalu, sering siswa tidak dapat menjawab. Sehingga ketuntasan belajar siswa kelas 5 pada pelajaran matematika mencapai 32% saja dengan skor rata-rata mencapai 53. Hasil belajar matematika siswa kelas 5 yang hanya mencapai skor rata-rata 53 juga disebabkan oleh guru kelas 5 belum menerapkan struktur mengajar yang baik, guru tidak peduli dengan keadaan yang dialami siswa dalam pembelajaran matematika yang kurang efektif. Disamping itu ada 3 siswa terlihat lesu dalam mengikuti pembelajaran dan ada yang siswanya asyik dengan kegiatannya sendiri. Ada 2 siswa yang berlari-lari saat pelajaran matematika berlangsung.guru belum menggunakan model-model pembelajaran untuk melibatkan siswa. 1.3 Rumusan Masalah Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Apakah peningkatan hasil belajar matematika dapat diupayakan melalui model pembelajaran group investigation (GI) siswa kelas 5 SD Negeri Kutoharjo 01 Pati semester 1 tahun 2013/2014.. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar matematika dapat diupayakan melalui model pembelajaran GI siswa kelas 5 SD Negeri Kutoharjo 01 Pati semester 1 tahun 2013/2014.
5 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini untuk mengembangkan model pembelajaran tipe GI dalam pembelajaran matematika melalui permasalahan-permasalahan matematika dalam kehidupan yang ditemui sehari-hari dan mengembangkan pengukuran hasil belajar matematika, serta meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Manfaat praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah: a. Bagi Siswa 1) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, melalui keterlibatannya dalam memecahkan masalah kehidupan yang ditemuinya sehari-hari 2) mendorong siswa senang belajar matematika melalui model pembelajaran GI dalam pembelajaran. b. Bagi Guru 1) Menemukan pengalaman dan ketrampilan guru menggunakan model pembelajaran GI 2) memberikan pengalaman dan ketrampilan guru matematika dalam melakukan pengukuran hasil belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 5. c. Bagi Sekolah 1) Memberikan pengalaman dan meningkatkan wawasan sekolah dalam 2) meningkatkan kualitas pembelajaran melalui perbaikan pembelajaran matematika 3) dengan menggunakan model pembelajaran GI dapat meningkatkan hasil belajar siswa