BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Salah satu hewan penghasil susu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

THE EFFECT OF USE MORINGA LEAF JUICE FOR TEAT DIPPING ON INCIDENCE OF SUBCLINICAL MASTITIS OF DAIRY CATTLE LACTATION FH

Patricia Romintan Aprilia, Sri Agus Bambang Santoso, Dian Wahyu Harjanti

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Friesian Holstein (FH) impor dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) sebagai Bahan Dipping Puting terhadap Jumlah Coliform dan ph Susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut data BPS Kabupaten Buleleng, (2014), Kabupaten Buleleng

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Jumlah Bakteri Staphyloccus aureus dan Skor California Mastitis

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yani dan Purwanto (2006) dan Atabany et al. (2008), sapi Fries Holland

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle Linn) TERHADAP MASTITIS SUBKLINIS

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. seseorang. Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

PEMANFAATAN REBUSAN DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) DALAM MENURUNKAN TINGKAT KEJADIAN MASTITIS BERDASARKANN UJI CMT DAN SCC

PENGARUH EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi Linn.) SEBAGAI BAHAN DIPPING PUTING TERHADAP JUMLAH COLIFORM DAN ph SUSU SKRIPSI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PENGARUH TEAT DIPPING SARI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) TERHADAP KUALITAS SUSU BERDASARKAN CALIFORNIA MASTITIS TEST DAN UJI REDUKTASE

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)

EFEKTIVITAS SALEP DAUN SIRIH DAN MENIRAN TERHADAP PENURUNAN JUMLAH BAKTERI PADA SAPI PERAH PENDERITA MASTITIS SUB KLINIS

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari

BAB I PENDAHULUAN. karena dapat diolah menjadi berbagai macam menu dan masakan 1.Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktasi atau mendekati kering kandang (Ramelan, 2001). Produksi susu sapi perah

Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar

A. Wibowo, T.H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

Efektifitas Daun Kersen (Muntinga calabura L.) dalam Menurunkan Jumlah Bakteri dalam Susu dan Peradangan Pada Ambing Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri hanya mampu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Farthing, et al., 2008). Prevalensi diare pada anak usia 1 4 tahun. dengan kelompok usia lainnya (Rosari,et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

Dwi Priono, Endang Kusumanti, Dian Wahyu Harjanti

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protein hewani oleh manusia. Komponen-komponen penting dalam susu adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman ini banyak dimanfaatkan mengatasi berbagai penyakit seperti batuk, diabetes, rematik, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah, jerawat, diare sampai tekanan darah tinggi (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10 meter dengan batang utama yang pendek, letak cabang rendah, bergelombang dan diameter batang sekitar 30 cm. Pohon ini tumbuh di tempat yang terkena cahaya matahari langsung dan cukup lembab (Nugrahawati, 2009). Daun Belimbing Wuluh berwarna hijau bersifat majemuk dan menyirip dengan 21 sampai 45 pasang berbentuk oval (Liantari, 2014). Daun Belimbing Wuluh mengandung zat-zat aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau disebut zat antiseptik sehingga sering dijadikan bahan obat. Zat-zat aktif yang terkandung dalam daun belimbing wuluh adalah flavonoid, saponin, dan tanin. Zat-zat aktif ini berdasarkan beberapa hasil penelitian mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Hayati et al., 2009). Kandungan senyawa flavonoid dapat menyebabkan bakteri kehilangan permeabilitas dinding sel dan menyebabkan lisis pada sel (Dewi, 2010). Flavonoid memiliki tiga mekanisme kerja yaitu, menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membrane sitoplasma, dan menghambat metabolisme energi

5 (Cushnie dan Lamb, 2005). Senyawa saponin mendenaturasi protein dan merusak sitoplasma pada sel bakteri, sehingga mengganggu tegangan pada permukaan dinding sel (Razak et al., 2013). Saponin akan mengganggu tegangan permukaan dinding sel, maka saat tegangan permukaan terganggu tanin akan dengan mudah masuk ke dalam sel dan mengkoagulasi protoplasma sel bakteri Staphylococcus aureus. Hal tersebut mengakibatkan sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup dan pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Karlina et al., 2013). Salah satu metode untuk mendapatkan ekstrak daun Belimbing Wuluh adalah dengan metode ekstraksi maserasi. Maserasi merupakan cara penyaringan yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyaring. Cairan penyaring akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut (Pendit et al., 2015). 2.2. Dipping Puting sebagai Pencegah Peradangan Ambing Pencegahan mastitis salah satunya dapat dilakukan dengan dipping puting setelah akhir pemerahan. Dipping puting merupakan pencelupan puting dengan menggunakan antiseptik agar bakteri yang ada disekitar puting tidak masuk ke dalam ambing dan mengkontaminasi susu (Swadayana et al., 2012). Perbaikan praktik pemerahan dan dipping puting dapat menurunkan penularan mastitis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan dapat menghambat sedikit patogen dari lingkungan (Tomita et al., 2008).

6 Setelah pemerahan otot sphincter akan terbuka selama 1-2 jam sehingga pada waktu tersebut bakteri dapat masuk ke dalam lubang putting (Jones, 2009). Terbukanya saluran susu pada puting (teat cistern) setelah selesai pemerahan dapat mengakibatkan masuknya mikroorganisme ke dalam ambing, maka dari itu saat setelah akhir pemerahan perlu dilakukan dipping puting dengan menggunakan antiseptik untuk mencegah pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme (Safangat et al., 2014). Salah satu antiseptik yang sering digunakan sebagai bahan dipping adalah povidone iodine. Zat aktif yang terdapat dalam larutan Povidone iodine yaitu kombinasi iodine dan polyvinylpyrolidone. Povidone iodine berfungsi sebagai zat antimikroba yang mampu membunuh mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora. Mekanisme antimikroba Povidone iodine karena efek oksidasi yang kuat pada gugus asam amino, nukleotida, dan ikatan rangkap asam lemak tak jenuh mikroorganisme. Povidone iodine merupakan antispetik yang mampu mebunuh bakteri dalam waktu 3-5 menit, namun Povidone iodine mempunyai beberapa kekurangan yaitu menyebabkan efek rasa terbakar, nyeri, gatal dan kemerahan serta berwarna coklat (Noor dan Apriasari, 2014). 2.3. Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus merupakan bakteri agen penyebab utama mastitis pada sapi perah maupun kambing perah. Staphylococcus aureus sering menyebabkan mastitis subklinis maupun mastitis klinis, sehingga kejadian mastitis seringkali dihubungkan dengan infeksi bakteri Staphylococcus aureus

7 (Dewi, 2013). Mastitis klinis tanda-tandanya dapat dilihat secara kasat mata seperti susu yang abnormal dengan adanya lendir dan penggumpalan pada susu, puting yang terinfeksi terasa panas, bengkak dan sensitif bila disentuh saat pemerahan. Tanda-tanda subklinis tidak menunjukkan keabnormalan susu kecuali dengan alat bantu atau metode deteksi mastitis, salah satunya dengan metode California Mastitis Test (CMT) (Sudono et al., 2003). Sebanyak 56 ekor sapi perah di peternakan Baturaden, 41 ekor (73,2%) menderita mastitis subklinis dan 9,1% dari jumlah sapi terkena mastitis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Salasia et al., 2004). Keberadaan hemaglutinin pada Staphylococcus aureus diduga akan mempermudah bakteri ini untuk melakukan adhesi pada sel ambing yang merupakan tahap awal patogenitas bakteri terhadap sel ambing. Hemaglutinin merupakan salah satu komponen adhesin bakteri yang memperantarai perlekatan sel bakteri pada sel darah merah (Abrar et al., 2013). Pada kasus mastitis subklinis sapi perah, adhesi adalah tahap awal infeksi. Adhesi merupakan tahap dari proses kolonisasi bakteri. Adhesi bakteri ini pada permukaan sel epitel ambing diduga bersifat spesifik, artinya proses tersebut diperantarai oleh reseptor hemaglutinin pada permukaan sel epitel ambing yang berikatan secara khas dengan hemaglutinin pada permukaan sel bakteri (Abrar, 2009). Penyakit mastitis subklinis berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Mastitis menyebabkan penurunan kadar protein susu sebesar 53% serta kadar lemak susu sebesar 33%. Nilai mastitis mempunyai pengaruh

8 terhadap kadar protein dan lemak susu, yaitu semakin tinggi nilai mastitis maka kadar protein dan lemak susu semakin menurun (Surjowardojo, 2012). 2.4. Perubahan Kualitas Susu akibat Radang Ambing Susu segar merupakan hasil dari pemerahan sempurna tanpa dikurangi atau dtambah suatu komponen yang berasal dari sekresi kelenjar susu 14 sapi laktasi (Nurliyani, 2008). Standar minimal kualitas susu segar di Indonesia memiliki persentase lemak 3,0%, persentase protein 2,8%, dan persentase laktosa 4,1% (Standar Nasional Indonesia, 2011). Kualitas susu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pakan (kualitas dan kuantitas), proses pemerahan yang tidak memenuhi standar, sistem perkandangan, program sanitasi, dan penyakit khususnya mastitis atau peradangan pada ambing (Batavani et al., 2007). Semakin tinggi tingkat peradangan maka jumlah sel sekretoris yang mengalami kerusakan juga semakin tinggi. Sel sekretoris merupakan sel sekresi komponen susu (Ruegg, 2002). Susu yang diperoleh dari sapi perah yang terkena mastitis akan mengalami penurunan kadar protein, lemak, dan protein susu. Ini disebabkan oleh adanya peradangan pada kelenjar susu akibat adanya pertumbuhan bakteri. Setiap alveolus terdiri dari sel epitel yang merupakan sel-sel sekresi susu. Setelah mikroorganisme berhasil masuk ke dalam kelenjar, dalam waktu singkat akan membentuk koloni dan menyebar ke lobuli dan alveoli. Adanya mikroorganisme yang masuk dalam ambing akan menyebabkan rusaknya kelenjar susu sehingga produksi susu akan berkurang dan menyebabkan susunan

9 susu mengalami perubahan, termasuk adanya penurunan kadar lemak, protein dan laktosa susu (Surjowardojo, 2012)