Hubungan Masa Kerja dengan Kandungan Karboksihemoglobin (COHb) dalam Darah Polisi Lalulintas di Jalan Slamet Riyadi Surakarta The Association Between Years of Employment and Concentration Of Carboxyhemoglobine (COHb) Among Traffic Policemen at Slamet Riyadi Road Surakarta Ahirawati, Dwi Astuti Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT Background: This study aimed to determine the correlation between duration of work and blood COHb level among traffic policemen at Slamet Riyadi Street Surakarta. Methods: It was a cross sectional study with a sample of 32 the policemen on duty at the police stations at Slamet Riyadi Street. The sample was selected by purposive sampling. Results: The result showed that 1 5 years duration of work tended to increase blood COHb from 1.5 to 4.6 ppm. Duration of work was strongly correlated with blood COHb (r = 0.8; p < 0.001). Conclusion: Duration of work is strongly correlated with blood COHb level among traffic policemen, and is statistically significant. Jurnal Kedokteran Indonesia: 1 (1):76-82 Keywords: CO, COHb, traffic police PENDAHULUAN Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah 192 o C, gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang berupa gas buangan. Kadar CO dalam udara kota relatif tinggi dibanding dengan di pedesaan, selain dari itu gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri, secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk meskipun jumlahnya relatif sedikit (Wardana, 2001). Hasil penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa gas CO merupakan hasil pembakaran yang kurang sempurna, sebesar 64% bersumber dari kendaraan bermotor, sekitar 17 % dari hasil pembakaran hutan dan 10 % merupakan hasil sampingan dari industri dan pembangkit listrik (Azwar, 1995). Gas CO terbentuk melalui proses: 1) pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak stoikhiometris (harga ER >1); 2) pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida (CO 2 ) dengan karbon C yang menghasilkan gas CO; dan 3) Pada suhu tinggi, CO 2 dapat terurai kembali menjadi CO dan oksigen (Wardana, 2001). Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan korbon monoksida (CO) yang utama yaitu sekitar 59,2% karena itu daerah-daerah yang berpenduduk padat dengan lalu lintas ramai akan memperhatikan tingkat polusi CO yang tinggi, konsentrasi CO di udara per waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktifitas kendaraan bermotor yang ada, semakin ramai kendaraan bermotor semakin tinggi polusi CO di udara. Kadar CO yang tinggi di lingkungan merupakan hal yang tidak diinginkan karena keberadaannya mengganggu kesehatan antara lain sesak nafas, penglihatan kurang jelas, batuk, pusing, mual, dan mata kunang-kunang (Fardiaz, 1992). Pengaruh CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan haemoglobin (Hb) dalam darah. Haemoglobin dalam darah secara normal berfungsi dalam sistem transpor untuk membawa oksigen dalam bentuk oksi haemoglobin (O2Hb) dari paru-paru ke sel-sel tubuh, dan membawa CO2 dalam bentuk CO2 Hb dari sel-sel tubuh ke paru-paru. Dengan adanya CO, haemoglobin dapat membentuk korboksihaemoglobin (COHb). Jika reaki tersebut terjadi, maka kemampuan darah untuk mentranspor 76
AHIRAWATI & ASTUTI, D/ HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN KANDUNGAN KARBOKSIHEMOGLOBIN (COHB) oksigen menjadi berkurang. Afinitas CO terhadap haemoglobin adalah 200 lebih tinggi daripada afinitas oksigen terhadap haemoglobin, akibatnya jika CO dan O2 terdapat bersama-sama di udara akan membentuk COHb dalam jumlah lebih banyak daripada O2Hb (Fardiaz, 1992). Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, dimana semakin tinggi persentase haemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Hal tersebut dimungkinkan dapat terjadi pada polisi lalu lintas yang bertugas di jalan raya karena pada tempat tersebut dilakukan pengaturan kendaraan bermotor yang mesinnya masih hidup dan polutan yang akan dihasilkan semakin bertambah jika tidak didukung sistem sirkulasi udara yang baik, selain itu timbulnya gangguan kesehatan pada petugas lalu lintas dipengaruhi juga oleh kebiasaan polisi yang tidak menggunakan pelindung diri (masker). Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kandungan COHb dalam darah polisi lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi Surakarta? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan kandungan COHb dalam darah polisi lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi Surakarta. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Manfaat teoritis yaitu penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan tambahan wawasan bagi pihak lain yang berasal dari berbagai disiplin ilmu 2) Manfaat Praktis merupakan manfaat yang berguna bagi semua lapisan masyarakat sebagai masukan dalam menangani kadar polusi CO yang tinggi. JENIS PENELITIAN METODE Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan yang digunakan adalah metode belah lintang (cross sectional), dimana pengumpulan data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan secara bersama pada satu titik waktu yang sama (point at time) dan dilanjutkan pemeriksaan kadar COHb di laboratorium. WAKTU DAN TEMPAT Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2008, tempat pengambilan sampel dilaksanakan di pos polisi Jalan Slamet Riyadi Surakarta sedangkan tempat pemeriksaan kandungan COHb dilaksanakan di laboratorium kimia FIK UMS. ALAT Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a) spektrofotometer; b) spuit injeksi; c) tabung reaksi; d) mikro pipet; e) waterbath; f) torni quet; g) rak tabung reaksi; dan h) penjepit. BAHAN Bahan yang digunakan meliputi: a) bufer asetat; b) kertas saring; c) alkohol; d) sampel darah; dan e) kapas. CARA KERJA PENGAMBILAN SAMPEL Cara kerja pengambilan sampel dilakukan dengan urutan sebagai berikut: a) tangan dipasang torni quet dipasang di bagian lengan; b) diambil sampel darah dengan menggunakan spuit injeksi; dan c) sampel yang sudah diambil diperiksa kandungan COHb dalam darah. CARA KERJA PEMERIKSAAN COHb Pemeriksaan COHb dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) diambil 2 tabung uji dan dimasukkan 2 ml bufer asetat ke masing-masing tabung; b) selanjutnya dimasukkan sebanyak 500 micron darah ke dalam masing-masing tabung dengan pipet; c) ujung pipet harus dicuci 3 kali dengan isi tabung uji kemudian dimasukkan ujung pipet ke dalam larutan desinfektan, digunakan ujung pipet yang bersih; d) sampel dicampur dengan pelan-pelan (tidak digojak); e) diinkubasi selama tepat 5 menit pada suhu 55 o C; f) diambil tabung uji dari water bath dan segera dicampur dalam gelas kimia (diisi air yang baru dikeluarkan dari kran) dibiarkan 1 menit; g) disaring larutan dingin tersebut ke tabung lain, dengan kertas saring yang dibasahi dengan bufer asetat; h) filtrat harus jernih (jika tidak, penyaringan diulangi dengan kertas saring baru); i) dibaca pada fotometer dengan panjang gelombang 542 nm F 5.66; dan j) bila absorban lebih besar dari 0.9 filtrat diencerkan dengan bufer asetat dengan perbandingan 1 : 1. 77
VARIABEL PENELITIAN Jenis Variabel Variabel penelitian ini mempunyai beberapa jenis, yaitu: Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang berpengaruh atau yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan merupakan variabel pengaruh yang paling diutamakan dalam penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah masa kerja polisi lalu lintas. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang diduga nilainya akan berubah karena adanya pengaruh dari variabel bebas, variabel terikat dari penelitian ini adalah kandungan COHb dalam darah polisi lalu lintas. Variabel perancu terkendali Variabel perancu terkendali adalah variabel yang diduga berpengaruh juga terhadap variabel terikat dan pengaruhnya diusahakan sama terhadap variabel terikat. Variabel perancu terkendali dalam penelitian ini adalah jenis kelamin yaitu laki-laki. Variabel perancu tak terkendali Variabel perancu tak terkendali adalah variabel pengaruh yang tidak termasuk kelompok variabel bebas dan variabel kendali, yang diduga berpengaruh terhadap variabel terikat, namun dalam penelitian tidak dapat dikendalikan. Variabel perancu tak terkendali dalam penelitian ini adalah lingkungan kerja, umur, faktor kesehatan, kebiasaan hidup, dan jenis bahan bakar. POPULASI DAN SAMPEL Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua polisi lalu lintas yang bertugas di pos polisi Jalan Slamet Riyadi Surakarta sebanyak 32 polisi. Sampel Sampel merupakan sebagian dari populasi dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 16 responden. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti yang menganggap bahwa unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil, yaitu masa kerja yang berbeda-beda, mulai dari yang baru bertugas sampai lama bertugas serta yang berjenis kelamin laki-laki. PENGUMPULAN DATA Jenis data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan jenis data kontinue yaitu kandungan COHb dalam darah dan jenis diskrit yaitu masa kerja, jumlah polisi, dan umur polisi. Sumber data Sumber data pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari: a) hasil pengukuran terhadap kandungan COHb dalam darah polisi lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi Surakarta; b) hasil wawancara dengan polisi lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi Surakarta dan hasil kuisioner. Cara pengumpulan data Wawancara langsung Wawancara dilakukan kepada polisi lalu lintas untuk mengetahui masa kerja atau lama terpapar CO dan usia. Pemeriksaan Pemeriksaan langsung dimaksudkan dengan cara melakukan pengambilan sampel darah terhadap polisi yang terambil sebagai sampel selanjutnya diukur kandungan COHb dalam darah pada polisi lalu lintas yang dilakukan di laboratorium kimia FIK UMS. Kuisioner Kuisioner disebarkan untuk mengetahui faktor-faktor pengganggu yang dapat mempengaruhi kandungan COHb dalam darah. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan urutan sebagai berikut: a) Editing, yaitu menyeleksi dan menyusun data hasil pengukuran kandungan COHb dalam darah. Data yang kurang lengkap atau tidak sesuai dengan tujuan pengukuran dikoreksi dan diperbaiki 78
AHIRAWATI & ASTUTI, D/ HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN KANDUNGAN KARBOKSIHEMOGLOBIN (COHB) terlebih dahulu; b) Coding, yaitu hasil pengukuran kandungan COHb dalam darah dibuat kode-kodenya dan dimasukkan ke dalam kartu tabulasi; c) Tabulating, yaitu hasil pengukuran kandungan COHb dalam darah dimasukkan ke dalam tabel; dan d) Analyzing, yaitu data yang sudah betul kemudian dianalisis sesuai dengan jenis analisisnya. Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis diskriptif yaitu menggambarkan kandungan COHb dalam darah polisi lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi Surakarta dan analisis analitik dengan uji Korelasi Rank Spearman, yaitu tes hipotesis hubungan masa kerja dengan kandungan COHb dalam darah menggunakan taraf signifikan 5%. Analisis data ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS versi 11,05. Gambaran Umum HASIL-HASIL Jalan Slamet Riyadi merupakan salah satu jalan utama di Surakarta yang menghubungkan pusat kota Surakarta sampai ke Kerten. Jalan ini melintasi tempat-tempat strategis seperti: pusat perbelanjaan, areal perkantoran, sarana pendidikan sehingga menyebabkan jalan ini padat kendaraan bermotor maupun pejalan kaki pada jam-jam tertentu. Selain itu jalan Slamet Riyadi ini merupakan jalan utama menuju kota-kota lain seperti Yogyakarta dan Semarang, sehingga jalan ini banyak dilewati oleh bus penumpang umum yang menuju ke kota tersebut. Untuk menghindari kemacetan, kecelakaan lalu lintas dan ketidak disiplinan jalan disetiap persimpangan jalan didirikan traffic light dan pos-pos sebagai sarana polisi lalu lintas untuk menjaga keteraturan lalu lintas di jalan Slamet Riyadi. Jalan Slamet Riyadi Surakarta, berdasarkan pengamatan penulis mempunyai delapan pos polisi dimana pada setiap pos terdiri dari empat orang polisi yang terbagai dalam dua shift, masing-masing shift bertugas selama delapan jam, shift pertama dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB, sedangkan pada shift kedua pada pukul 15.00 WIB sampai 22.00 WIB. Pengukuran kandungan COHb pada Polisi lalu lintas Hasil pengukuran COHb Polisi lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi Surakarta dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. menunjukkan bahwa kisaran kandungan COHb untuk masa kerja satu sampai lima tahun ada kecenderungan meningkat yaitu sebesar 1.5 ppm sampai 4.6 ppm. Ada penurunan pada polisi lalu lintas dengan masa kerja empat tahun. Rata-rata kandungan COHb tertinggi pada polisi lalu lintas dengan masa kerja empat tahun. Hasil rekapitulasi kuesioner yang disebarkan kepada polisi lalu lintas di Jalan Selamet Riyadi Surakarta dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil Analisis Data Hasil analisis statistik dengan korelasi rank Spearman dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 1. Kandungan COHb Polisi Lalu Lintas di Jalan Slamet Riyadi 79
Tabel 2. Hasil Kuesioner Tabel 3. Hasil Analisis Statistik PEMBAHASAN Polisi lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi Surakarta bekerja dengan sistem shift atau pergantian jam kerja, terdapat dua shift yang masing-masing mempunyai kisaran waktu 8 jam. Sehingga total jam kerja sebanyak 16 jam perhari. Dengan demikian masing-masing polisi bekerja selama 8 jam per hari hal ini sesuai dengan pendapat Suma mur (1988) yang menyatakan bahwa lama seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 8 jam sisanya (16 18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa dari 16 orang yang diambil sebagai sampel ternyata memiliki masa kerja yang berbeda-beda yaitu mulai dari masa kerja satu tahun sampai lima tahun. Berdasarkan pengukuran kandungan COHb ternyata dari 16 orang sampel tersebut juga memiliki hasil yang berbedabeda. Berdasarkan tabel 1 juga dapat diketahui bahwa rata-rata kandungan COHb rata-rata pada polisi lalu lintas yang bekerja antara 1 sampai 1.5 tahun ratarata 1.5 ppm; 2 tahun rata-rata 2.6 ppm; 3 tahun rata-rata 5.1 ppm; 4 tahun rata-rata 2.9 ppm dan 5 tahun rata-rata 4.6 ppm. Berdasarkan data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semakin lama orang bekerja sebagai polisi lalu lintas maka semakin banyak kandungan COHb dalam darahnya. Hal ini mungkin disebabkan karena semakin lama orang bekerja sebagai polisi lalu lintas, maka semakin banyak CO yang dikeluarkan oleh kendaraan yang dihirupnya. Namun demikian untuk masa kerja empat tahun ternyata kandungan COHb dalam darah polisi lebih sedikit dari masa kerja tiga tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena sampel untuk masa kerja empat tahun cukup sedikit dibandingkan dengan masa kerja yang lain, yaitu hanya dua orang yang mewakili masa kerja empat tahun sehingga didapatkan hasil rata-rata yang lebih sedikit, selain itu dua orang yang terambil sebagai sampel masa kerja empat tahun ternyata tidak mempunyai kebiasaan merokok yang mungkin mempengaruhi kandungan COHb dalam darahnya. Meskipun dari 16 orang memiliki kadar COHb yang berbeda-beda namun dari hasil kuesioner terlihat bahwa 12 orang (75%) mengalami pusing atau sakit kepala saat bekerja, 7 orang (43.8%) sering mengalami mata kunang-kunang pada waktu bekerja, 3 orang (8.7%) sering menderita batuk dan mual saat bekerja dan 7 orang (43.8%) alergi terhadap debu udara, namun demikian semua sampel (100%) mengaku tidak pernah menderita asma atau gangguan pernapasan. Semua polisi yang terambil sebagai sampel belum pernah bekerja di tempat lain sebagai polisi lalu lintas sebelum bekerja di Jalan Slamet Riyadi Surakarta, meskipun ada beberapa orang dari sampel pernah bekerja di tempat lain namun tidak sebagai polisi lalu lintas, sehingga mereka mulai terpapar 80
AHIRAWATI & ASTUTI, D/ HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN KANDUNGAN KARBOKSIHEMOGLOBIN (COHB) polusi kendaraan sejak bekerja di Jalan Slamet Riyadi Surakarta. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan COHb dalam tubuh yaitu: Kebiasaan merokok Sebanyak 13 orang (81.3%) polisi lalu lintas yang terambil sebagai sampel memilik kebiasaan merokok dan sudah lebih dari 5 tahun. Rokok dapat menyebabkan seseorang merasa kelelahan dan daya tahan tubuh menurun. Hal ini disebabkan oleh gas monoksida yang dihasilkan rokok, selain itu kebiasaan merokok sangat mempengaruhi kandungan COHb dalam tubuh, apabila kosentrasi CO yang tinggi di dalam asap rokok terhisap akan mengakibatkan kadar COHb di dalam darah meningkat, selain berbahaya terhadap orang yang merokok, adanya asap rokok yang mengandung CO juga berbahaya bagi orang yang berada di sekitarnya karena asap rokok dapat terhisap (Fardiaz, 1992). Kebiasaan berolah raga Sebanyak 16 orang (100% sampel) mempunyai kebiasaan berolah raga secara teratur, meskipun hanya dengan bermain bola voli. Olah raga secara teratur ini akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan ketahanan tubuh polisi lalu lintas. Gizi Sebanyak 15 orang (94% sampel) mempunyai kebiasaan makan 3 kali dalam sehari dan sebanyak 16 orang (100% sampel) selalu makan pagi dan mengkonsumsi makanan yang memenuhi persyaratan empat sehat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan polisi lalu lintas. Makanan bergizi sangat penting bagi kesehatan karena akan mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap penyakit dan produktivitas kerja. Selain makan pagi secara teratur terdapat dua orang polisi yang mengkonsumsi suplemen tertentu secara teratur, suplemen dapat berfungsi sebagai multi vitamin penambah kekebalan tubuh. Makan yang bernilai tinggi akan membuat tubuh bernilai tinggi pula (Simorangkir, 2000). Kebiasaan memakai masker Berdasarkan data hasil kuesioner ternyata semua polisi lalu lintas yang bekerja di Jalan Slamet Riyadi Surakarta (100% sampel), tidak pernah menggunakan masker saat bekerja, padahal masker sangat penting digunakan karena dapat mengurangi polutan yang dihirup dari asap kendaraan bermotor. Oleh karena itu perlu digalakkan kebiasaan memakai masker yang memenuhi standar agar polisi terhindar dari bahaya polutan yang dikeluarkan oleh kendaraan. Lokasi rumah Sebanyak 8 orang polisi (50% sampel) mempunyai lokasi rumah yang dekat dengan kepadatan lalu lintas. Kepadatan lalu lintas terutama kendaraan bermotor sangat berpengaruh terhadap kandungan COHb, hal ini dikarenakan kendaraan bermotor merupakan sumber CO paling besar. Maka semakin dekat rumah dari kepadatan lalu lintas, maka semakin tinggi pula kadar CO yang terpapar. Pada daerah perkotaan yang lalu lintasnya padat, konsentrasi gas CO dapat mencapai 10 15 ppm (Sunu, 2001). Oleh karena itu, rumah yang berlokasi dekat jalan raya perlu menanam dan membuat taman agar polutan dapat terserap. Tidur Sebanyak 7 orang polisi (44% sampel) mempunyai jam tidur kurang dari 8 jam dalam sehari, sedangkan menurut Haryanto (1994) orang dewasa membutuhkan waktu tidur delapan jam. Tidur merupakan bagian dari istirahat, sebab kurangnya istirahat dapat berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan dan kecenderungan untuk menimbulkan kelelahan (Suma mur, 1988). Faktor usia Faktor usia sangat mendukung kekebalan jasmani dimana faktor usia sendiri terdiri dari dua macam yaitu usia produktif dan nonproduktif, usia produktif berkisar antara 15 64 tahun, sedang usia nonproduktif berkisar antara 0 14 tahun dan 64 tahun ke atas. Apabila usia seseorang semakin tua maka daya tahan tubuh terhadap sumber penyebab penyakit akan semakin berkurang, sehingga tidak tertutup kemungkinan apabila terkena sumber penyakit, akan menjadi lebih parah. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji korelasi rank spearman s didapatkan nilai p (0,000) < dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima (0,05) 81
sehingga ada hubungan antara masa kerja dengan kandungan COHb dalam darah polisi lalu lintas. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah belum diukur kandungan CO di udara terlebih dahulu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan kandungan COHb dalam darah polisi lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi Surakarta. DAFTAR PUSTAKA Amsyari F. (1986). Prinsip-Prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Surabaya: Ghalia Indonesia. Azwar A. (1995). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungan dengan Toksikologi. Jakarta: UI. Doda J. (1989). Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta: IKIP Manado. Fardiaz S. (1992). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: PT Kanisius. Haryanto. (1994). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga. Sastrawijaya T. (1991). Pencemaran Lingkungan. : PT Rineka Cipta. Simorangkir A.( 2000). Terapi Gizi untuk Penyakit Kardiovaskuler. Bandung: Universal Offset. Soedomo M. (2001). Pencemaran Udara. Bandung: ITB. Soemarwoto O. (2001). Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Press. Suma mur. (1988). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Dharma Bhakti. Sunu P. (2001). Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 140001. Jakarta: Grasindo. Wardana. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset. 82