Vol.6 No.2, September Dwi Handayani 1, Armina 2 Program Studi S1 Keperawatan STIKBA Jambi 1,2) E Mail :

dokumen-dokumen yang mirip
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. ZAINOEL ABIDIN, 2013.

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

: Komunikasi Terapeutik, Perawat

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

Khodijah, Erna Marni, Hubungan Motivasi Kerja Terhadap Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2013

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik Perawat, Kepuasan Pasien

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DILLA HERFINA*ERWIN**AGRINA***

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDANG KOMUNIKASI DENGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG PERAWATAN BEDAH DAN INTERNA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALEWANGANG MAROS

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

RELATIONSHIP CHARACTERISTICS, KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF COMMUNICATION WITH NURSES IN THE THERAPEUTIC INPATIENT

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2,Mei 2015

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 3, Oktober 2011

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KEBERSIHAN DIRI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSU

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASTER DAN ICCU RSUD dr.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PROSEDUR TETAP (PROTAP) PERAWATAN LUKA OPERASI DI BLUD RSU CUT NYAK DHIEN MEULABOH TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN STANDAR PROSEDUR PENGUKURAN TANDA VITAL DI IRS TK II DR AK GANI TAHUN 2015.

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN SIKAP PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN MELAKSANAKAN PENDOKUMENTASIAN ASKEP DI RUANG RAWAT INAP RS JIH YOGYAKARTA ABSTRACT

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Kepuasan Pasien. Nurse s Therapeutic Communications is Related with The Patient s Satisfaction

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN PENERAPAN KOMPENSASI PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA BALITA OVERVIEW ATTITUDE OF NURSES IN COMMUNICATION THERAPEUTIC IN CHILDREN

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

Oleh : Rahayu Setyowati

UPAYA PENINGKATAN CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG. Ibrahim N. Bolla, S.Kp.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

HUBUNGAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RSUD SETJONEGORO KABUPATEN WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI

DENNY KURNIAWAN NIM I

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT MYRIA KOTA PALEMBANG

HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN PEMINATAN DENGAN KELULUSAN UJI KOMPETENSI MAHASISWA NERS STIKES JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PADA KLIEN STROKE DI RSUD WATES

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MASASE FUNDUS UTERI TERHADAP PENGETAHUAN DAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT ISLAM SAMARINDA

HUBUNGAN PERAN KEPALA RUANG TERHADAP MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RS. A JAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD dr.soekardjo KOTA TASIKMALAYA

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

KUALITAS DOKUMENTASI KEPERAWATAN DAN BEBAN KERJA OBJEKTIF PERAWAT BERDASARKAN TIME AND MOTION STUDY (TMS)

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI BANGSAL MARWAH RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

OLEH : Arlis Ernawati NIM : ARTIKEL ILMIAH

ERY SANDI NIM I

HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANGAN DENGAN KINERJA PEMBIMBING KLINIK DALAM PENERAPAN NILAI-NILAI PROFESIONALISME MAHASISWA TAHUN 2013

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PERSONAL HYGIENE MENURUT PERSEPSI PASIEN IMOBILISASI FISIK

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

Sartika Tolingguhu NIM :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN MEDIA INFORMASI DENGAN PERILAKU SEKSUAL IBU PASCANIFAS DI PUSKESMAS MERGANGSAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

: PAMBUDI EKO PRASETYO

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ROKAN HULU MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE JENJANG SARJANA TAHUN 2014

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER JAMBI Dwi Handayani 1, Armina 2 Program Studi S1 Keperawatan STIKBA Jambi 1,2) E Mail : armina@yahoo.com ABSTRACT Background : From the preliminary study it was found that many nurses did not carry out therapeutic communication properly in accordance with the procedure. The purpose of this study is to obtain a description of the application of therapeutic communication and the knowledge of the application of therapeutic communication by the nurse and to know the factors related to the application of therapeutic communication by the nurses in the patient in the inpatient ward of Raden Mattaher General Hospital in Jambi in 2016. Method : This research was conducted at General Hospital of Raden Mattaher Jambi about Factors Associated With Application Of Therapeutic Communication By Nurse In Patient In The Inpatient Room of Raden Mattaher General Hospital Jambi from 27 February to 4 March 2016 with respondents 72 people The study design was cross sectional. Result : From the research, the high therapeutic communication is not good. From the result of statistical test by using chi-square analysis with P <0,05, there is a correlation between the application of therapeutic communication with education, work period, education, attitude and gender. Efforts can be made to improve the application of good therapeutic communication can be done by improving higher education, increasing nurse knowledge about therapeutic communication, improvement of work period, nurse can do good attitude in applying therapeutic communication and nurse woman can apply therapeutic communication with Both in the patient. Keywords : education, employment, knowledge, attitude, gender, application of therapeutic communication PENDAHULUAN Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009, menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Oleh karena itu diperlukan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu serta merata (UU RI.36, 2009). Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sisitem pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan keperawatan, perawat menerapkan komunikasi yang terapeutik kepada pasien. Hubungan perawat dan pasien adalah hal penting dalam pelayanan 1

keperawatan. Dengan demikian diharapkan perawat mampu mempertanggungjawabkan hubungan terapeutik dengan pasien. Dimana perawat adalah orang yang paling dekat dan seharusnya memahami masalah pasien secara komprehensif sehingga pelayanan kesehatan akan dilakukan secara menyeluruh. yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra rumah sakit, tetapi yang paling penting telah mengamalkan ilmunya untuk sesama manusia ( Wulan dan Hastuti, 2011). Komunikasi terapeutik merupakan alat yang ampuh dan keterampilan keperawatan yang penting yang dapat mempengaruhi hal lain serta mencapai hasil kesehatan positif (Potter dan Perry, 2009). Semua tingkah laku merupakan komunikasi (verbal dan nonverbal) dan semua komunikasi mempengaruhi tingkah laku sehingga komunikasi pada dasarnya dapat merupakan suatu alat untuk memfasilitasi hubungan terapeutik (Nurianah, 2005). Komunikasi pada hakikatnya adalah suatu proses sosial. Sebagai proses sosial, dalam komunikasi selain terjadi hubungan antar manusia juga terjadi interaksi saling mempengaruhi. Dengan kata lain komunikasi adalah inti dari semua hubungan sosial. Apabila dua orang atau lebih telah mengadakan hubungan sosial, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau meregangkan hubungan, menurunkan atau menambah ketegangan serta menambah kepercayaan atau menguranginya (Suryani, 2006). Hubungan perawat - pasien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi bagi pasien. Dalam hal ini, perawat memakai dirinya secara terapeutik dan memakai berbagai teknik komunikasi agar perilaku pasien berubah kearah positif seoptimal mungkin. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa dirinya seperti kesadaran diri, klasifikasi nilai, perasaan, kemampuan sebagai role model. Seluruh perilaku pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien (Keliat, 2003). Menurut Abraham dan Shanley (1997),menemukan bahwa percakapan perawat - pasien cenderung pendek dan cenderung pada penampilan tugas perawat dari pada eksplorasi keyakinan dan kecemasan pasien, misalnya perawat bicara lebih dari dua kali bicara pasien dan kurang memfokuskan kondisi pasien dan menjawab pertanyaan pasien yang berkaitan dengan prognosis dan tindakan. Clark juga menemukan perawat sering menggunakan pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban ya dan tidak atau memberikan pertanyaan yang menyarankan suatu respon tertentu. Komunikasi seperti itu membatasi kesempatan pasien untuk memperluas percakapan atau menyatakan permasalahan pasien sendiri. Menurut Penelitian Lasmaria (2006), tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dengan penerapan Komunikasi terapeutik di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi. Hasil Penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan penerapan komunikasi terapeutik dengan signiikasi (P < 0,05) dan ada hubungan antara sikap dengan penerapan komunikasi terapeutik dengan signifikasi (P < 0,05). Kalau komunikasi terapeutik tidak digunakan sebagaimana mestinya 2

maka perawatan pada pasien belum tercapai secara maksimal. Apalagi Raden Mattaher Jambi merupakan Rumah Sakit terbesar dan pusat rujukan di Provinsi Jambi, oleh karena itu diperlukan pelayanan kesehatan yang bermutu, dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pasien, perawat dapat memenuhi pelayanan yang baik dengan menerapkan hubungan terapeutik antar perawat - pasien. Raden Mattaher Jambi mempunyai 16 ruang rawat inap dan jumlah seluruh perawatnya 297 orang. Dalam setiap ruangan terdiri dari beberapa orang perawat, diantaranya: Ruang Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 THT Teratai Jamsostek NH Bedah Pinang Masak Mayang Mangurai Jantung PRT Anak Kebidanan Saraf Paru Interne Gapkindo 12 11 13 13 28 15 18 16 22 20 33 13 13 32 15 23 Icu Total 297 Sumber : Data Primer 2015 Dari observasi yang peneliti lakukan selama praktek di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi, peneliti melihat perawat hanya menjelaskan sedikit tentang prosedur atau intervensi keperawatan sehingga pasien tidak tahu tentang masalah kesehatannya, bila hal ini dibiarkan akan membuat pasien merasa khawatir terhadap prosedur tindakan yang akan dilakukan. Pada wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan vember 2016 dengan 10 pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi, peneliti menemukan 10 orang pasien mengatakan bahwa sebagian perawat dalam melakukan interaksi komunikasi dengan pasien kurang baik. hanya sekedar saja dalam berkomunikasi dengan pasien. Berdasarkan fenomena di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan penerapan komunikasi terapeutik pada pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi tahun 2013. Pertimbangan memilih komunikasi terapeutik adalah karena komunikasi terapeutik sangat penting dalam asuhan keperawatan dan dapat membantu pasien dalam mempercepat proses penyembuhan. Peneliti juga ingin mengetahui bagaimana penerapan komunikasi terapeutik di Rumah Sakit dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan komunikasi terapeutik tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap Raden Mattaher Jambi karena merupakan Rumah Sakit terbesar dan pusat rujukan di Provinsi Jambi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan komunikasi terapeutik oleh perawat pada pasien di ruang rawat inap Raden Mattaher Jambi tahun 2016. Yang menjadi populasi adalah seluruh perawat di 16 ruang rawat inap yang berjumlah 297, dengan menggunakan tehnik sampel proportional random sampling, jumlah sampel 72 orang Bentuk penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dengan menggunakan metode penelitian 3

cross sectional. Peneliti mendapatkan data dengan cara wawancara dan membagikan kuesioner ke semua sampel penelitian. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Februari-4 Maret tahun 2016. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisa Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat hubungan distribusi frekuensi dan persentase masing-masing variabel penelitian. 1. Gambaran Penerapan Komunikasi Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Penerapan Komunikasi di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Penerapan Komunikasi Jml Persentase 1. Kurang 42 58.3 % 2. 30 41.7 % Jumlah 72 100 % Dari tabel 1 terlihat bahwa sebanyak 42 responden (58,3 %) penerapan komunikasi terapeutik kurang baik. Hal ini menggambarkan bahwa perawat kurang menerapkan komunikasi terapeutik sesuai dengan prosedur yang seharusnya dilakukan. Dari ke empat tahap penerapan komunikasi terapeutik, ternyata perawat dalam penerapan komunikasi terapeutik ada yang tidak melaksanakan tahap terminasi. Yang seharusnya pada tahap penerapan komunikasi terapeutik perawat menyimpulkan hasil wawancara, memberikan reinforcement positif, merencanakan tindak lanjut pasien, melaksanakan kontrak waktu lebih lanjut dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik. Hal ini dikarenakan perawat kurang banyak waktu dalam melakukan komunikasi terapeutik denngan pasien, karena perawat banyak menghabiskan waktu untuk melaksanakan yang bukan tugas perawat, salah satu nya adalah mengambil sampel darah dan tindakan yang lainnya. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Wulan dan Hastuti (2001) yang menerangkan bahwa hubungan perawat dan pasien adalah hal penting dalam pelayanan keperawatan. Dengan demikian diharapkan perawat mampu mempertanggungjawabkan hubungan terapeutik dengan pasien. yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra rumah sakit, tetapi yang paling penting telah mengamalkan ilmunya untuk sesama manusia. 2. Gambaran Pendidikan Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Pendidikan Jml Persentase 1. D3Keperawatan 66 91.7 % 2. S1 Keperawatan 6 8.3 % Jumlah 72 100 % Dari tabel 2 terlihat bahwa sebanyak 66 responden (91,7 %) pendidikan perawat D3 dan 6 responden (8,3 %) perawat berpendidikan S1 Keperawatan. 4

Hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa banyaknya perawat yang berpendidikan D3 Keperawatan dibandingkan dengan S1 Keperawatan. Untuk itu diharapkan agar perawat dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi guna mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi atau lanjut. 3. Gambaran Masa Kerja Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Masa Kerja di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Masa Jumlah Persentase Kerja 1. Baru 29 40.3 % 2. Lama 43 59.7 % Jumlah 72 100 % Dari tabel 3 bahwa sebanyak 29 responden (40,3 %) masa kerja perawat baru dan 43 responden (59,7 %) masa kerja perawat lama. Hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa masa kerja perawat lama lebih banyak dari pada kerja perwat baru. Hal ini dikarenakan masih banyaknya perawat-perawat yang sudah lama bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi. 4. Gambaran Pengetahuan Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Pengetahuan Jumlah Persentase 1. Rendah 40 55.6 % 2. Tinggi 32 44.4 % Jumlah 72 100 % Dari tabel 4 terlihat bahwa sebanyak 40 responden (55,6 %) pengetahuan perawat rendah dan 32 responden (44,4 %) perawat memiliki pengetahuan tinggi. Dari hasil penelitian diatas didapatkan pengetahuan perawat yang rendah tinggi. Hal ini jika dilihat dari 15 pertanyaan tentang pengetahuan komunikasi terapeutik ternyata perawat banyak yang tidak mengetahui tentang tahap-tahap dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik dan tehnik komunikasi terapeutik. Yang seharusnya perawat mengetahui bagaimana cara pelaksanaan komunikasi terapeutik dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik. Untuk itu agar perawat dapat melaksanakan penerapan komunikasi terapeutik sesuai dengan prosedurnya, perawat dapat menambah pengetahuan tentang komunikasi terapeutik dengan cara lebih sering membaca buku ataupun mencari informasi melalui internet serta perawat dapat mengikuti pelatihanpelatihan ataupun seminar untuk menambah pengetahuan perawat. 5. Gambaran Sikap Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Sikap di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Sikap Jumlah Persentase 1. Kurang 36 50,0 % 2. 36 50,0 % Jumlah 72 100 % Dari tabel 5 terlihat bahwa sebanyak 36 responden (50,0 %) perawat menunjukkan sikap negatif dan 36 responden (50,0 %) perawat memiliki sikap positif. Dari ke empat sikap perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik kurang baik ternyata perawat 5

kurang menampilkan sikap empati. Yang seharusnya perawat dapat mendengarkan apa yang disampaikan oleh pasien, menyampaikan respon empati seperti keakuratan, kejelasan pada penyakit pasien. Hal ini dikarenakan perawat hanya sekedarnya melakukan komunikasi terapeutik, karena perawat banyak menghabiskan waktu untuk melakukan tugas yang bukan seharusnya dilakukan oleh perawat. Untuk itu seharusnya ada kebijakan dari Rumah Sakit tentang penetapan tugas yang seharusnya dilakukan sesuai dengan profesinya masing-masing. 6. Gambaran Jenis Kelamin Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Jenis Jumlah Persentase Kelamin 1. Perempuan 51 70.8 % 2. Laki-laki 21 29.2 % Dari tabel 6 terlihat bahwa sebanyak 51 responden (70,8 %) perawat jenis kelamin perempuan dan 21 responden (29,2 %) perawat jenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian di atas menggambarkan bahwa banyaknya perawat perempuan dibandingkan dengan perawat laki-laki. Hal ini karena kurang minatnya jenis kelamin laki-laki yang masuk ke pendidikan perawat, karena laki-laki kurang mau merawat seseorang. ANALISIS BIVARIAT Tabel 7 Distribusi Hubungan Antara Pendidikan dengan Penerapan Komunikasi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Penerapan Komunikasi Pendidikan Jumlah OR 95 Kurang % CI Jml % Jml % Jml % 1. D3 Keperawatan 42 63,6 24 36,4 66 100 0,364 (0,264-0,500) P- Value 0,009 Hasil analisis pada tabel 7 menunjukkan bahwa dari 66 responden berpendidikan D3 keperawatan sebanyak 42 perawat (63,6 %) penerapan komunikasi terapeutiknya kurang baik dan 24 perawat (36,4 %) penerapan komuniikasi terapeutiknya baik, selanjutnya dari 6 responden yang S1 keperawatan seluruhnya dapat menerapkan komunikasi terapeutik dengan baik. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square di peroleh nilai P = 0,009 (P < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan penerapan komunikasi terapeutik. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa perawat yang pendidikan tinggi dapat menerapkan komunikasi terapeutik dengan baik dibandingkan dengan perawat yang pendidikan rendah. Hal ini di 6

karenakan perawat yang pendidikan tinggi dapat melaksanakan penerapan komunikasi terapeutik sesuai dengan prosedur yang sebenarnya dan juga perawat yang pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang tinggi pula tentang komunikasi terapeutik. 1. Distribusi Hubungan Antara Masa Kerja dengan Penerapan Komunikasi Tabel 8 Distribusi Hubungan Antara Masa Kerja dengan Penerapan Komunikasi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Penerapan Komunikasi Masa Kerja Jumlah OR 95 % Kurang CI Jml % Jml % Jml % 1. Baru 23 79,4 6 20,6 29 100 4,842 2. Lama 19 44,2 24 55,8 43 100 (1,642- Total 42 58,3 30 41,7 72 100 14,279) P- Value 0,007 Hasil analisis pada tabel 8 menunjukkan bahwa dari 26 responden yang masa kerja perawat baru sebanyak 23 perawat (79,4 %) penerapan komunikasi terapeutiknya kurang baik dan 6 perawat (20,6 %) penerapan komunikasi terapeutiknya baik, selanjutnya dari 43 responden yang masa kerja perawat lama sebanyak 19 perawat (44,2 %) penerapan komunikasi terapeutiknya kurang baik dan 24 perawat (55,8 %) penerapan komunikasi terapeutiknya baik. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square di peroleh nilai P = 0,007 (P < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan penerapan komunikasi terapeutik. 2. Distribusi Hubungan Antara Pengetahuan dengan Penerapan Komunikasi Tabel 9 Distribusi Hubungan Antara Pengetahuan dengan Penerapan Komunikasi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Penerapan Komunikasi Pengetahuan Jumlah OR 95% Kurang CI P- Value Jml % Jml % Jml % 1. Rendah 28 70 12 30 40 100 3,000 2. Tinggi 14 43,7 18 56,3 32 100 (1,135-0,045 Total 42 58,3 30 41,7 72 100 7,931) Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square di peroleh nilai P = 0,045 bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penerapan (P < 0,05), maka dapat disimpulkan komunikasi terapeutik. 7

Dari hasil penelitian diketahui pengetahuan perawat rendah dalam menerapkan komunikasi terapeutik juga rendah dan pengetahuan perawat tinggi dalam menerapkan komunikasi terapeutik tinggi. Hal ini dikarenakan pengetahuan perawat tinggi dapat mengetahui tentang konsep komunikasi terapeutik dan melaksanakan penerapan komunikasi terapeutik sesuai dengan prosedurnya, sedangkan pengetahuan perawat yang rendah ada yang tidak mengetahui tentang konsep komunikasi terapeutik tidak sesuai dengan prosedurnya. Untuk meningkatkan pengetahuan perawat di Raden Mattaher Jambi, maka cara yang baik dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan. Penyuluhan tersebut ditujukan untuk bimbingan dan meningkatkan pengetahuan perawat, hal ini dapat dilakukan berupa pelatihanpelatihan, seminar, diskusi kelompok dan penyebaran leaflet. Dalam melakukan hal tersebut hendaknya dilakukan oleh perawat yang lebih memahami tentang komunikasi terapeutik agar dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang lebih baik. 3. Distribusi Hubungan Antara Sikap dengan Penerapan Komunikasi Tabel 10 Distribusi Hubungan Antara Sikap dengan Penerapan Komunikasi di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Sikap Penerapan Komuniikasi Kurang Jumlah OR 95% CI P- Value Jml % Jml % Jml % 1. Kurang 26 70,3 11 29,7 37 100 2. 14 40 21 60 35 100 Total 40 55,6 32 44,4 72 100 2,503 (0,951-6,586) 0,019 Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square di peroleh nilai P = 0,019 (P < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan penerapan komunikasi terapeutik. Hasil penelitan ini diketahui sebagian besar responden mempunyai sikap kurang baik perawat dalam penerapan komunikasi terapeuti. Hal ini dikarenakan perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik dapat menunjukkan sikap perawat baik yang sesuai dengan prosedurnya. Penelitian ini sejalan dengan pengetahuan responden dimana pengetahuan rendah lebih banyak dari pada yang berpengetahuan tinggi, sesuai dengan teori bahwa salah satu faktor yang menentukan pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan menghasilkan sikap yang baik pula, demikian sebaliknya (toadmodjo, 2007). Dalam hal ini merubah sikap 8

responden dari sikap yanng kurang baik supaya menjadi sikap yang baik haruslah dimulai dari peningkatan responden dibidang komunikasi terapeutik. Untuk itu peningkatan pengetahuan dilakukan dengan pendekatan pada perawat pelaksana, pendekatan ini dimulai dari satu perawat pelaksana kemudian kepada perawat pelaksana yang lain demikian seterusnya, sehingga perubahan yang diharapkan dapat dimulai dari satu perawat pelaksana yang sudah bersikap baik untuk mengajak perawat yang lainnya bersikap dan berperilaku yang baik dalam berkomunikasi terapeutik. 4. Distribusi Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Penerapan Komunikasi Tabel 11 Distribusi Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Penerapan Komunikasi di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi tahun 2016 Penerapan Komunikasi Jenis Kelamin Jumlah OR 95% Kurang CI Jml % Jml % Jml % 1. Laki-Laki 7 33 14 67 21 100 0,229 (0,077-0,675) P- Value 0,012 Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square di peroleh nilai P = 0,012 ( P < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan penerapan komunikasi terapeutik. Hasil penelitan ini diketahui jenis kelamin perawat perempuan dalam komunikasi terapeutiknya kurang baik dibandingkan dengan perawat laki-laki. Hal ini dikarenakan perawat perempuan komunikator kurang baik, kurang tersenyum dan kurang menjaga sikap sehingga membuat image perawat perempuan kurang baik dihadapan pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan menurut Potter dan Perry (2009) yang menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan faktor lain yang mempengaruhi cara berpikir, bertindak, merasakan dan berkomunikasi. Kaum pria cenderung lebih sedikit menggunakan komunikasi lisan tetapi lebih cenderung untuk memulai komunikasi dan merujuk langsung kepada masalah. Pria juga lebih cenderung untuk berbicara tentang masalah. Wanita cenderung mengemukakan informasi pribadi dan mendengar secara aktif, merespons dengan cara mendukung pihak lain tersebut untuk meneruskan percakapan. SIMPULAN Berdasarkan pada penelitian dan setelah dilakukan serangkaian analisis dan pembahasan, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Semakin tinggi pendidikan semakin terampil menerapkan komunikasi terapeutik, Ada hubungan antara pendidikan dengan penerapan komunikasi terapeutik di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi. 2. Semakin lama masa kerja semakin terampil menerapkan 9

komunikasi terapeutik, Ada hubungan antara masa kerja dengan penerapan komunikasi terapeutik di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi. 3. Semakin tinggi pengetahuan semakin terampil menerapkan komunikasi terapeutik, ada hubungan antara pengetahuan dengan penerapan komunikasi terapeutik di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi. 4. Semakin baik sikap semakin terampil menerapkan komunikasi terapeutik, Ada hubungan antara sikap dengan penerapan komunikasi terapeutik di Ruang Rawat Inap Raden Mattaher Jambi. 5. Sebagian responden perawat perempuan penerapan komunikasi terapeutik kurang baik dibandingkan dengan perawat laki-laki, Ada hubungan antara masa jenis kelamin dengan penerapan komunikasi terapeutik di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi. SARAN 1. Bagi Raden Mattaher Jambi Membuat kebijakan tentang pentingnya penerapan komunikasi terapeutik sesuai dengan standar operasional prosedur. 2. Bagi a. Sebaiknya diberikan pelatihan, sehingga perawat dapat meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi sehingga dapat menjalin hubungan yang terapeutik antara perawat dan pasien. b. Banyak membaca buku tentang teori komunikasi terapeutik dan juga melihat informasi-informasi terbaru dari internet. 3. Bagi Institusi Pendidikan Agar dapat menjadi masukan untuk mahasiswa yang akan praktek di Rumah Sakit tentang cara penerapan komunikasi terapeutik dengan benar dan juga sebagai bahan bacaan atau referensi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat meneliti mengenai faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam penerapan komunikasi terapeutik misalnya faktor eksternal yang berhubungan dengan penerapan komunikasi terapeutiknya. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Abraham dan Shanley. (1997). Psikologi Sosial Untuk. EGC. Jakarta. Ali, Zaidin. (2001).Dasar- Dasar Keperawatan Profesional. Widya Medika, Jakarta. Arikunto, Suharsimi, DR, Prof. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Arwani. (2003). Komunikasi Dalam Keperawatan. EGC, Jakarta. Damaiyanti, Mukhripah, S.Kep, Ns. (2008). Komunikasi Dalam Praktik Keperawatan.Refika Aditama. Samarinda. Dody Firmanda. (2009). http://uu-ri- -36-Tahun-2009-Kesehatan- 13-Oktober-2009.htm. Diakses 4 Januari 2013 10

Hidayat, A. Azis.(2003). Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika. Jakarta. ----------.(2013).http://kamus bahasa Indonesia. Diakses 10 Januari 2013. Keliat, Budi Ana. (2003). Hubungan dan Pasien. EGC. Jakarta. toadmodjo, Soekodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta. Jakarta. toadmodjo, Soekodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Nurhasanah, Nunung Ns.(2010).Ilmu Komunikasi Dalam Konteks Keperawatan. CV. Ttrans Info Medika. Jakarta. Nurianah, Intan Sari. (2005). Komunikasi Keperawatan. Moco Medika. Yogyakarta. Nursalam. (2002). Metodologi Riset Keperawatan. CV. Info Medika. Jakarta. Panji, Anoraga. (1998). Psikologi Kerja. EGC. Jakarta. Wulan dan Hastuti. (2011). Pengantar Etika Keperawatan. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta. Wawan.A dan Dewi.M. (2011). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia.Nuha Medika. Yogyakarta. Potter dan Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta. Setiadi. (2012). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Graha Ilmu. Yogyakarta. STIKBA (2010). Buku Panduan Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Baiturrahhim. Jambi. Suryani, S.Kp, MHSc. (2006). Komunikasi Teori dan Praktik. EGC. Jakarta. 11