BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu aset kebudayaan bagi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah Novel adalah karya sastra berbentuk prosa yang tertulis dan naratif, biasanya berupa cerita yang panjang dan lebih kompleks dari cerpen. Umumnya sebuah novel bercerita tentang problem seseorang atau sekelompok orang yang digambarkan oleh pengarangnya melalui penokohan dan setting yang mewakili ide pengarangnya. Novel merupakan karangan prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (KBBI, 2011:969). Novel sebagai rangkaian cerita kehidupan memiliki jenis yang beragam berdasarkan genre dan isi ataupun tokohnya. Dalam dunia sastra, novel terdiri atas novel serius dan novel populer (Nurgiyantoro, 2010:16). Novel serius disebut juga sebagai novel yang memiliki nilai sastra yang tinggi, sedangkan novel populer disebut sebagai novel yang lebih mementingkan hiburan semata. Salah satu genre novel populer adalah novel teenlit. Menurut Nurgiyantoro (2010:17) novel populer atau novel pop sengaja ditulis untuk selera populer yang kemudian dikemas dan

2 dijajakan sebagai suatu barang dagangan populer, dan kemudian dikenal sebagai bacaan populer. Novel populer adalah populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya remaja. Oleh karena itu, novel populer lebih banyak menceritakan kisah-kisah yang berhubungan dengan kehidupan remaja modern. Novel teenlit yang merupakan salah satu dari genre novel mulai ramai mewarnai dunia penerbitan sekitar tahun 2000. Novel teenlit merupakan sebutan untuk genre novel remaja. Teenlit berasal dari kata teen yang berarti remaja dan lit yang diambil dari kata literatur yang berarti tulisan atau karya tulis. Jadi, novel teenlit berarti tulisan atau karya tulis yang dibuat untuk remaja dan isinya pun menceritakan kehidupan remaja. Novel teenlit merupakan sastra populer bertema kehidupan remaja dengan segala macam kisah yang memang dialami oleh remaja pada umumnya, mulai dari proses mencari jati diri, persahabatan, sampai dengan kisah-kisah cinta dengan berbagai macam cerita. Ciri khas novel teenlit biasanya menggunakan gaya bahasa yang unik, atau disebut juga dengan bahasa gaul dengan istilah-istilah yang aneh, tidak biasa, dan banyak dicampur dengan istilah-istilah bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya dalam isi ceritanya. Selain dari isi ceritanya, gaya bahasa yang unik tersebut juga dapat ditemukan dalam judul novel-novelnya. Judul merupakan cermin atau identitas dari sebuah karya tulis. Judul juga dikatakan sebagai nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku atau bab itu (KBBI, 2011:590). Judul hendaknya dibuat dengan singkat, padat, dan jelas, tetapi cukup menggambarkan isinya. Dalam kasus novel teenlit yang telah dikemukakan

3 sebelumnya, banyak judul-judul yang aneh dan menarik ditemukan di dalamnya. Judul yang aneh dan menarik tersebut dikarenakan adanya penggunaan gaya bahasa yang mewakili makna sebenarnya. Gaya bahasa yang dimaksud adalah majas perbandingan, khususnya majas metafora. Majas metafora merupakan jenis makna dan bagian dari teori kesamaan antarmakna dalam semantik. Makna yang merupakan objek kajian dari disiplin ilmu semantik memiliki jenis dan bentuk perubahan makna yang beragam. Salah satu dari jenis makna dalam semantik tersebut adalah makna kiasan. Makna kiasan atau majas merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan atau melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain (Prasetyono, 2011:11). Majas dibagi menjadi beberapa macam, yaitu majas perbandingan, majas sindiran, majas penegasan, dan majas pertentangan (Sadikin, 2011:31). Metafora merupakan jenis majas perbandingan yang mengungkapkan sesuatu secara langsung, berupa perbandingan analogis, dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dan lain-lain (Prasetyono, 2011:17). Ullmann (2009) mengungkapkan bahwa metafora sangat berkaitan dengan jaringan tutur manusia: sebagai faktor utama motivasi, sebagai perabot ekspresi, sebagai sumber sinonim, dan polisemi, sebagai saluran emosi yang kuat, sebagai alat untuk mengisi senjang dalam kosakata, dan dalam beberapa peran yang lain. Ullmann menyebutkan bahwa metafora memiliki struktur dasar yang sederhana, yaitu selalu ada dua hal: sesuatu yang sedang kita bicarakan (yang dibandingkan) dan sesuatu yang kita pakai sebagai bandingan.

4 Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune berdasarkan teori metafora yang telah dipaparkan sebelumnya. Gagas Media dan Bukune adalah penerbit yang terkenal dengan buku-buku remajanya. Kedua penerbit ini identik dengan buku-buku teenlit dan chicklit. Namun, kedua penerbit ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal isi cerita novelnya. Novel-novel terbitan Gagas Media didominasi oleh cerita remaja yang lebih serius, sedangkan novel-novel terbitan Bukune didominasi oleh cerita yang cenderung bersifat humor. Berikut ini adalah contoh metafora yang diambil dari judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune. 1) Kambing Jantan (Gagas Media) 2) Macarin Anjing (Gagas Media) 3) Cinta Brontosaurus (Gagas Media) 4) Babi Ngesot (Bukune) 5) The Popokman (Bukune) 6) Marmut Merah Jambu (Bukune) Apabila kita melihat sekilas judul-judul tersebut tanpa membaca isi novelnya, kita akan bingung dengan isi cerita novel tersebut. Hal itu dikarenakan penggunaan metafora di dalamnya yang sebenarnya cukup menarik dan membuat pembaca penasaran akan isi ceritanya. Misalnya saja novel Kambing Jantan. Novel ini tidak menceritakan tentang seekor kambing yang berjenis kelamin jantan, tetapi

5 menceritakan pengalaman lucu seorang mahasiswa bernama Raditya Dika yang menganggap dirinya konyol dan dirinya serta teman-temannya memanggilnya kambing. Maka dari itu pemilihan referensi metaforanya hewan kambing. Begitu juga dengan novel Macarin Anjing. Novel ini tidak menceritakan tentang seseorang yang berpacaran dengan hewan anjing, tetapi menceritakan tentang seorang perempuan bernama Libby yang berpacaran dengan laki-laki yang tidak baik yang ia bandingkan dengan hewan anjing. Sama halnya dengan judul Cinta Brontosaurus, Babi Ngesot, The Popokman, dan Marmut Merah Jambu. Metafora brontosaurus, babi, popokman, dan marmut merujuk pada tokoh utama yang diceritakan dalam novel tersebut, dan referen yang digunakan oleh penulis novel umumnya didominasi oleh nama-nama hewan. Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan, terlihat sebuah penyimpangan, bahwa judul-judul novel teenlit tersebut tidak selalu merepresentasikan isi ceritanya. Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, ada beberapa penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sasmita (2007), Widyanti (2007), dan Hardi (2006). Berikut ini akan diuraikan judul dan sepintas hasil dari penelitian dari para peneliti tersebut. Sasmita (2007) dengan judul skripsi Metafora Binatang dalam Antologi Puisi Para Pembunuh Waktu Karya Dorothea Rosa Herliany menjelaskan bagaimana Dorothea Rosa Herliany melalui puisi-puisinya merespon gejolak politik dengan menggunakan perumpamaan metafora, yang mengajak masyarakat untuk memperjuangkan hak-haknya. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa ada empat puisi Dorothea Rosa Herliany yang mengandung metafora, yaitu Tanah Airku,

6 Ulatulat yang Tergelincir, Bunga yang Tumbuh dalam Darahmu, dan Narasi Hari Tua. Metafora binatang mendominasi dalam puisi-puisi Dorothea Rosa Herliany, terlihat jelas dalam Ulatulat yang Tergelincir, Bunga yang Tumbuh dalam Darahmu, dan Narasi Hari Tua, yang membandingkan langsung ulat-ulat dengan yang tergelincir, ulat-ulat itu dengan menepi pada kelopak, jatuh di daun, dan merampas seluruh kehidupan, serta seekor kupu-kupu dengan bangkit dari kepompongnya. Pengarang mencoba memberikan warna, pemahaman, dan perenungan yang baru dengan makna metafora. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Widyanti (2007) dengan judul skripsi Penggunaan Metafora pada Rubrik Nah, Ini Dia pada Harian Umum Pos Kota menjelaskan bagaimana penggunaan metafora pada rubrik Nah, Ini Dia yang terdapat pada harian umum Pos Kota membuat berita kriminal pada rubrik tersebut jauh dari kesan kejam atau sadis, melainkan menggelitik dengan unsur humor di dalamnya. Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa penggunaan metafora pada rubrik Nah, Ini Dia merupakan siasat penulis rubrik tersebut untuk mengibaratkan makna sebenarnya yang terkesan kejam, vulgar, atau biasa saja menjadi terkesan lucu dan segar. Hal ini menyebabkan rubrik tersebut menjadi ringan, nyaman, dan mampu membangkitkan imajinasi pembacanya. Jenis-jenis metafora yang digunakan pada rubrik tersebut, yaitu metafora struktural, metafora ontologis, dan metafora orientasional. Jenis metafora yang paling dominan digunakan, yaitu metafora struktural.

7 Kemudian penelitian Hardi (2006) dengan judul skripsi Metafora Alam dalam Puisi Abdul Hadi W.M. menjelaskan struktur puisi-puisi karya Abdul Hadi W.M., makna metaforanya, dan kaitan gagasan yang ada pada puisi-puisi tersebut dengan teks-teks sebelumnya. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa makna puisi Abdul Hadi W.M. dapat ditemukan secara objektif, dan makna metafora yang terkandung didominasi oleh makna tentang kerinduan, hari tua, pencarian Tuhan, dan kehidupan. Sehubungan dengan tinjauan pustaka di atas, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian yang akan dilakukan peneliti ini, yaitu menganalisis, mengklasifikasikan, dan mendeksripsikan bentuk lingual, referensi, dan makna metafora pada judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune. Penelitian ini dapat memudahkan bagi masyarakat pembaca novel khususnya novel teenlit untuk membangkitkan imajinasi dan pemahaman mereka akan makna metafora yang terkandung dari judul-judul novel teenlit tersebut. Inilah yang menjadikan masalah ini menarik dan penting untuk diteliti. 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) bentuk lingual pada judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune yang berbahasa Indonesia murni maupun yang mengandung campur kode; 2) referensi dari judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune;

8 3) makna metafora pada judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune. 1.3 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini peneliti rumuskan sebagai berikut. 1 Bagaimana bentuk lingual pada judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune? 2 Bagaimana referensi pada judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune? 3 Bagaimana makna metafora pada judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune mengacu kepada isinya? 1.4 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan halhal berikut: 1) bentuk lingual pada judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune; 2) referensi pada judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune; 3) makna metafora pada judul-judul novel teenlit dari penerbit Gagas Media dan Bukune mengacu kepada isinya.

9 1.5 Manfaat Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan analisis kebahasaan bagi perkembangan ilmu morfologi, sintaksis, dan semantik. Sementara itu, manfaat praktis yang dapat diperoleh, yaitu: 1) membantu masyarakat pembaca novel teenlit memahami makna metafora yang terkandung dalam judul-judul novel teenlit tersebut; 2) sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan peneltian ini. 1.6 Definisi Operasional Berikut ini dijelaskan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. 1 Metafora yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk kata atau sekelompok kata yang terdapat dalam judul novel terbitan Gagas Media dan Bukune yang menggunakan jenis referen tertentu sebagai perumpamaan yang berdasarkan perbandingan atau persamaan. 2 Referen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah benda, tumbuhan, hewan, ataupun orang tertentu yang menjadi acuan sebuah kata atau frasa dalam konteks tertentu. 3 Referensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan antara bentuk lingual dengan referen yang mewakilinya. 4 Novel Teenlit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis prosa fiksi yang dikhususkan untuk remaja dengan isi cerita yang ringan.