meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. istilah yang digunakan dalam skripsi ini akan dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas. Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Kompetensi Dasar 15.1 yaitu Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan untuk yang memilih penjurusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua mata pelajaran yang ada di SD tentunya memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia kelas XI SMA YP Unila Bandar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan hasil survei UNDP adalah akibat rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan.

PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-I SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. terutama yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan sehari-hari komunikasi dilakukan baik di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sering. kali menjadi momok bagi siswa. Padahal materi pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Pelajaran fisika menarik untuk dipelajari tetapi pada kenyatan siswa

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran geografi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

I. PENDAHULUAN. sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya (Margono, 2005:27)

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Tepatnya dalam bidang pendidikan. Hasil belajar siswa di sekolah merupakan salah satu tolok ukur untuk mengetahui apakah suatu proses pembelajaran telah berjalan dengan baik atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah tujuan dari pembelajaran tersebut telah tercapai atau belum. Sekolah Menengah Atas (SMA) Nur Azizi Tanjung Morawa adalah salah satu SMA swasta yang sejak TP. 2006/2007 SMA telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun menurut hasil wawancara dengan guru mata pelajaran diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaaan KTSP. Salah satu kendala utama adalah kurangnya antusias siswa dalam belajar. Siswa cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan maupun pendapat. Hasil belajar siswa pada semester 1 TP.2012/2013 belum seluruhnya memenuhi KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Pada materi yang dianggap mudah dapat dicapai siswa dengan presentase 65% sedangkan untuk materi yang dianggap sulit/rumit hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu mencapai KKM. Salah satu materi pembelajaran biologi yang dianggap sulit adalah sistem ekskresi karena sistem ekskresi memiliki sub bab yang cukup banyak. Dari hasil belajar pada materi sebelumnya hanya beberapa siswa yang mampu menjawab soal tipe analisa, evaluasi dan sintesis (C4,C5 dan C6) dimana dalam ranah kognitif taksonomi Bloom soal seperti ini lah yang mampu menguji sampai dimana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, guna

2 meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan pada pembelajaran biologi karena dalam mempelajari biologi tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan persoalan biologi dengan baik dan benar. Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada penelitian ini berdasarkan hasil observasi peneliti memilih materi sistem ekskresi pada manusia karena dianggap sebagai materi yang cukup sulit untuk dikuasai siswa. Melihat penguasaan siswa yang masih rendah terhadap materi biologi khususnya pokok bahasan sistem ekskresi pada manusia, maka dalam penelitian ini model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Numbered Heads Together (NHT), karena materi sistem eksresi manusia memiliki beberapa pengelompokan materi (sub materi) sehingga sangat cocok diaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Number Head Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pernah diteliti oleh beberapa peneliti seperti: Herlina dan Retnaningtyas. Herlina (2007) menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi Ekosistem Serta Perubahan Materi dan Energi di kelas X Mandrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Palu, hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara keseluruhan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan kategori baik (61-80%), aktivitas siswa meningkat 56%, dan meningkatkan hasil belajar siswa mencapai 57,57%. Sedangkan Retnaningtyas (2010) menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada Sistem Dalam Kehidupan Tumbuhan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Jepara, hasil penelitian menunjukkan meningkatnya aktivitas siswa menyebabkan

3 meningkatnya hasil belajar siswa dari kondisi awal nilai rata-rata 61,42 dan nilai tuntas belajar secara klasikal 45,83%, pada siklus I rata-rata 75,33 dan ketuntasan belajar 73,91% sedangkan pada siklus II rata-rata 82,65 dan ketuntasan belajar 86,96%. Ada pula Hertiavi (2010) yang melakukan penelitian pada pelajaran Fisika. Sementara model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) pernah diteliti oleh Mahardika dan Agnafia. Mahardika (2011) menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran biologi di kelas VII E SMP Negeri 8 Surakarta, hasil penelitian menunjukkan peningkatan presentase partisipasi siswa pada prasiklus sebesar 15%, selanjutnya meningkat pada siklus I menjadi 77,19% dan pada siklus II meningkat menjadi 83,75%. Sedangkan Agnafia (2011) pada pembelajaran biologi di kelas VIII A SMP Negeri 1 Jaten, hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata presentase capaian setiap indikator belajar biologi siswa pada prasiklus sebesar 69,40%, pada siklus I sebesar 73,99%, dan pada siklus II sebesar 80,53%. Rata-rata nilai presentase capaian setiap indikator belajar biologi siswa pada pra siklus adalah 45,54%, pada siklus I sebesar 71,88% dan siklus II sebesar 82,59%. Ada pula Ariantini (2012) pada pelajaran Teknologi dan Informasi Komputer (TIK), serta Pietersz,dkk (2010) pada pelajaran Matematika. Seluruh penelitian tersebut bersifat penelitian tindakan kelas dan menemukan bahwa adanya peningkatan hasil dan aktivitas belajar setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun tipe Number Head Together (NHT). Namun dari penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian eksperimen. 1.2. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang tertulis di atas, maka penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru. 2. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran biologi. 3. Guru jarang memvariasikan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

4 4. Hasil belajar biologi yang masih belum memenuhi KKM yang ditentukan sekolah yaitu 75 pada TP. 2012/2013. 1.3. Batasan Masalah Mengingat begitu luasnya masalah yang teridentifikasi, maka penulis memberi batasan masalah dari penelitian ini yaitu : 1. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan pada materi pokok sistem ekskresi manusia. 2. Penelitian dilakukan di kelas XI IPA SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa. 3. Penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dan konvensional (ceramah). 4. Penelitian ini dilakukan hanya untuk melihat hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. 1.4. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada submateri pokok sistem ekskresi di kelas XI SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa TP. 2012/2013? 2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) pada submateri pokok sistem ekskresi di kelas XI SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa TP. 2012/2013? 3. Apakah terdapat perbandingan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Number Head Together (NHT) pada submateri pokok sistem ekskresi di kelas XI SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa TP. 2012/2013? 4. Apakah terdapat perbedaan kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Swasta Nur Azizi menjawab soal C4, C5 dan C6 dalam ranah kognitif

5 taksonomi Bloom setelah diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) pada sub materi pokok sistem ekskresi? 1.5. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada submateri pokok sistem ekskresi di kelas XI SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa TP. 2012/2013. 2. Mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) pada submateri pokok sistem ekskresi di kelas XI SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa TP. 2012/2013. 3. Mengetahui perbandingan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Number Head Together (NHT) pada submateri pokok sistem ekskresi di kelas XI SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa TP. 2012/2013. 4. Mengetahui perbedaan kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Swasta Nur Azizi menjawab soal C4, C5 dan C6 dalam ranah kognitif taksonomi Bloom setelah diajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) pada sub materi pokok sistem ekskresi. 1.6. Maanfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan langsung dengan biologi yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan NHT. a. Bagi Guru dan Sekolah Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukkan yang berharga bagi pihak sekolah dalam usaha sosialisasi perlunya variasi model pembelajaran pada pembelajaran biologi. Dan bagi guru hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan

6 pembelajaran biologi khususnya dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan NHT. b. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah terhadap masalah-masalah yang dihadapi di dunia pendidikan secara nyata. c. Bagi Akademis Dapat dijadikan perbandingan dan acuan bagi pembaca/akademisi yang akan mengadakan penelitian, khususnya model pembelajaran Jigsaw dan NHT. 1.7. Defenisi Operasional Agar tidak terjadi kekeliruan menafsirkan istilah dalam penelitian ini, maka perlu diberikan defenisi operasional sebagai berikut : 1. Hasil Belajar adalah nilai yang diperoleh oleh siswa setelah siswa mengikuti pembelajaran biologi pada sub materi sistem ekskresi pada manusia menggunakan pemebelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan NHT melalui tes evaluasi. 2. Tes evaluasi adalah tes yang dilakukan setelah proses pembelajaran. 3. Tes evaluasi dilakukan dengan menggunakan soal berbentuk pilihan berganda dengan 5 pilihan jawaban. 4. Tes evaluasi yang dijawab benar akan diberi nilai 1 dan yang dijawab salah dibenri nilai 0. 5. Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran dengan kelompok belajar. 6. Kelompok belajar dibentuk secara heterogen menurut tingkat kemampuan belajar siswa. 7. Model Pembelajaran Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan cara pembentukan kelompok asal dan kelompok ahli. 8. Kelompok asal adalah kelompok pada saat pembagian kelompok awal dengan tanggung jawab materi yang heterogen.

7 9. Kelompok ahli adalah kelompok yang dibentuk dari anggota kelompok asal sehingga terbentuk kelompok dengan tanggung jawab materi yang homogen. 10. Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan pemberian nomor kepada anggota kelompok. 11. Penomoran dilakukan per kelompok, artinya di setiap kelompok ada anggota yang bernomor 1, 2, dan seterusnya.