BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih dianggap strategis dalam membina tunas-tunas bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

SKRIPSI. Disusun Oleh: : JUNI WIHAYANI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni proses transmisi

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan dapat menentukan tingkat kemajuan suatu negara. Terlebih

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dalam dirinya. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM), karena dengan pendidikan dapat melahirkan generasi-generasi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. tetap relevan dengan perkembangan teknologi informasi dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik yang akan mendatang. 1

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan yang penuh tantangan. membantu anak agar cukup cakap melaksankan tugas hidupnya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keterampilan. Dewasa ini bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm.7. 1 Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. 2 Lebih jauh pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. hasil interaknsinya terhadap lingkungan belajar. Hasil belajar yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan selalu dilaksanakan oleh pemerintah. Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

Rustam Effendi dan Hendra

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MEDIA GAMBAR DALAM MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI SUMBER ENERGI DAN

BAB I PENDAHULUAN. sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH : ERIKA DIANTY ASNAWATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. harfiah artinya memelihara dan memberi latihan. Pendidikan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. 2

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang pengajaran, dikenal dengan istilah interaksi belajar-mengajar. pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Pada Progam Studi PGSD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini tidak bisa hanya digantungkan pada kemampuan insting

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi PGSD FKIP UN PGRI Kediri OLEH:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan jalan untuk mencapai kesuksesan dan kemajuan dalam mengelola peradaban yang lebih gemilang. Dalam menghadapi tantangan modernisasi, tuntutan terhadap kemajuan pendidikan menjadi sangat mendesak untuk digalakkan, mengingat peranan penting pendidikan masih dianggap strategis dalam membina tunas-tunas bangsa agar mampu mengelola sumber daya alam demi kesejahteraan masyarakat secara luas. 1 Pendidikan adalah suatu cara untuk menciptakan kualitas manusia baik potensi fisik maupun non-fisiknya. Semakin banyak manusia yang berkualitas, dalam makna dapat melihat persoalan yang objektif dan itu kemudian dijadikan landasan untuk mengatasi persoalan, semakin dapat dipastikan bahwa masyarakat kita berjalan secara beradab. 2 Dilihat dari sudut proses, bahwa pendidikan adalah proses dalam rangkaian mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan, sehingga berfungsi sesuai dengan kompetensinya dalam kehidupan masyarakat. 3 1 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung:Sinar Baru Algerindo, 1994),hal.2 2 Maulana A.A, Inovasi Pendidikan dalam http://maulanabdulaziz.blogspot.com/2012/12/inovasi-pendidikan.html, diakses pada tanggal 2 April 2015. 3 Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 20009),hal.4 1

2 Pendidikan merupakan tahapan-tahapan kegiatan untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pelatihan dan pengajaran. Pada hakikatnya pendidikan bertujuan untuk memecahkan problematika bangsa yang menghiasi kehidupan saat ini. 4 Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang digerak bendakan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung peserta didik tidak sekedar mengamati secara langsung, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Guru bertindak sebagai fasilitator. 5 Berkaitan dengan konsep belajar, pentingnya berusaha demi tercapainya perubahan juga diajarkan dalam Islam seperti yang terdapat dalam Al-Qur'an surah Ar-Ra du ayat 11. Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka taka ada yang 4 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2011),hal.4 5 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2013),hal.45-46

3 dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. 6 Dari ayat di atas terlihat jelas bahwa jika ditarik pada konsep belajar sangat penting adanya sesuatu usaha sehingga mendorong pada perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku. Jika seseorang menginginkan perubahan dalam dirinya maka seseorang itu haruslah berusaha, dan aktivitas berusaha inilah yang dimaksud dengan belajar. 7 Proses pembelajaran merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam kegiatan pengajaran, peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam berfikir dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh guru. 8 Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah guru. Guru merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan terpenting dan utama, karena keberhasilan proses belajar sangat ditentukan oleh peranan guru dalam proses pembelajaran. Di tangan gurulah akan dihasilkan peseerta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, moral dan spiritual. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Guru harus mengerti karakteristik mata pelajaran yang akan disampaikan untuk memudahkan merancang kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. 6 Al-Qur an Terjemah, surah Ar-Ra du ayat 11, (Semarang : PT Karya Toha Putra, 1991) 7 Muhammad, Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Teras, 2012),hal.16 8 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008),hal.1

4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah natural science merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dan dimana pun. H.W. Flower mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunya Science in Education menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yng diperoleh dengan metode khusus. Kedua pendapat tersebut sebenarnya tidak berbeda. Memang benar bahwa IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam. Faktafakta tentang gejala kebendaan/alam diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian berdasarkan hasil hasil eksperimen itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teorinya). Teori pun tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh suatu hasil pengamatan. 9 Namun pada kenyataannya, proses pembelajaran IPA yang berlangsung di sekolah selama ini masih kurang menyenangkan dan membosankan bagi peserta didik, dimana peserta didik terus dijejali dengan 9 Abu Ahmadi, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008),hal.1

5 segudang teori tanpa memperhatikan kondisi psikologinya, sehingga sangat sedikit peserta didik yang mampu menyerap materi pelajaran dengan baik. 10 Secara umum, ada beberapa faktor penyebab peserta didik bosan dalam belajar, baik dari guru sebagai pengajar, peserta didik sebagai pembelajar, maupun suasana dan kondisi kelas, diantaranya, metode mengajar yang monoton (cenderung ceramah dan bersifat textbook), peserta didik hanya menjadi objek pembelajaran yang dituntut untuk menuruti kemauan guru, guru jarang mengadakan praktik dalam pembelajaran dan lebih banyak teori yang diberikan, kurangnya rangsangan keaktifan atau motivasi peserta didik dalam belajar, dan juga jenis mata pelajaran jika peserta didik merasa kesulitan memahami pelajaran maka seterusnya dia tidak akan menyukai pelajaran tersebut. 11 Selain itu, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas III SDN 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung ada beberapa kendala yang dialami dalam proses pembelajaran IPA di kelas diantaranya adalah kurang keaktifannya peserta didik dalam proses pembelajaran. Ketika guru menjelaskan materi di depan kelas, beberapa peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru dan lebih asyik berbicara dengan temannya, bahkan ketika guru memberikan pengarahan kepada peserta didik hanya beberapa yang mau merespon dengan baik. Adanya kendala tersebut disebabkan metode yang digunakan guru yaitu metode ceramah.sehingga 10 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000),hal.187 11 Jamal Ma mur Asmani, Tips Membangun Komunitas Belajar di Sekolah, (Jogjakarta : DIVA Press, 2014), hal. 19-37

6 dalam proses pembelajaran tersebut guru lebih mendominasi dan lebih aktif dibandingkan dengan peserta didik. 12 Untuk Kiteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SD Negeri 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung untuk pelajaran IPA yaitu 75. Dari jumlah peserta didik 26 ada beberapa yang nilainya dibawah KKM. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus, lama-kelamaan peserta didik akan merasa tidak senang dengan mata pelajaran yang diajarkan. Dari ketidaksenangan itu akan membuat peserta didik enggan atau malas untuk belajar dan secara langsung akan berpengaruh pada prestasi belajar peserta didik. Menyikapi kenyataan tersebut, guru dituntut untuk melakukan pembenahan dalam praktik pembelajaran di kelas, salah satunya dengan menerapkan model pembelajaran Treffinger dalam pembelajaran IPA. Salah satu pembelajaran yang menekankan pada keaktifan dan kekreatifan dalam berpikir peserta didik dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran serta mempermudah dalam memecahkan masalah adalah model pembelajaran Treffinger. Model pembelajaran Treffinger adalah suatu pembelajaran yang dikembangkan dari model belajar kreatif yang bersifat development dan mengutamakan dari segi proses. Model Treffinger juga dikenal dengan Creative Problem Solving yang berupaya untuk mengajak peserta didik berpikir kreatif dalam menghadapi masalah. 13 Model Treffinger terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap pertama Basic Tools, yang meliputi keterampilan 12 Hasil observasi ketika proses pembelajaran IPA berlangsung di kelas III SDN 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung, tanggal 29 Februari 2016. 13 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013),hal.317

7 berpikir divergent dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan dan teknik-teknik ini mengembangkan kelancaran dan kelenturan berpikir serta kesediaan mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain. Tahap kedua Practice with process, yaitu peserta didik diberi kesempatan untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat Basic tools dalam situasi praktis. Tahap ketiga Working with Real Problems, pada tingkat ini peserta didik menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat basic tools dan practice with process terhadap tantangan dunia nyata. 14 Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan model Treffinger diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas peserta didik sehingga mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pelajaran IPA. Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Treffinger Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas III SDN 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan dalam penelitian ini adalah : 14 Utami Munandar, Kreativitas & Keberbakatan, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), hal. 246

8 1. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA pada materi Gerak Benda melalui penerapan model pembelajaran Treffinger peserta didik kelas III di SDN 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung tahun ajaran 2015-2016? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA pada materi Gerak Benda setelah penerapan model pembelajaran Treffinger pserta didik kelas III di SDN 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung tahun ajaran 2015-2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPA pada materi Gerak Benda melalui penerapan model pembelajaran Treffinger peserta didik kelas III di SDN 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung tahun ajaran 2015-2016. 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPA pada materi Gerak Benda setelah penerapan model pembelajaran Treffinger peserta didik kelas III di SDN 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung tahun ajaran 2015-2016. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini dapat bertujuan sebagai sumbangan untuk memperkaya khazanah ilmiah, khususnya tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe Treffinger yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA. Selain

9 itu juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi kepala SD Negeri 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. b. Bagi pendidik SD Negeri 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas. c. Bagi peneliti lain Bagi penulis yang akan mengadakan penelitian sejenis, hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang meningkatkan mutu pendidikan melalui penerapan model pembelajaran Treffinger di sekolah. d. Bagi perpustakaan IAIN Tulungagung Dapat digunakan sebagai bahan wawasan dan pengetahuan tentang sistem pembelajaran di sekolah, khususnya di tingkatan sekolah dasar. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran bagi upaya pengembangan Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, khususnya pada pengembangan konsep model belajar, sehingga dapat bermanfaat sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan suatu model pembelajaran.

10 E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan adalah dugaan awal atas tindakan penelitian yang sedang dilakukan. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah : Jika model pembelajaran Treffinger diterapkan dengan baik pada peserta didik kelas III SD Negeri 2 Sobontoro Boyolangu Tulungagung pada mata pelajaran IPA maka hasil belajar peserta didik akan meningkat. F. Definisi Istilah 1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Treffinger Model Treffinger sebenarnya tidak berbeda jauh dengan model pembelajaran yang digagas oleh Osborn. Model Treffinger ini juga dikenal dengan Relative Problem Solving. Keduanya sama-sama berupaya untuk mengajak siswa berpikir kreatif dalam menghadapi masalah. Model pembelajaran Treffinger adalah pembelajaran yang dikembangkan dari model belajar kreatif yang membangun mental dan mengutamakan proses. Pemecahan masalah kreatif dirancang untuk membantu pemecahan masalah dengan menggunakan kreativitas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karakteristik yang paling dominan dari model pembelajaran Treffinger ini adalah upayanya dalam mengintegrasikan dimensi kognitif dan afektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuhnya untuk memecahkan permasalahan. 15 15 Huda, Model-Model...,hal.320

11 2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar Hasil belajar secara sederhana adalah tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Kemajuan prestasi belajar peserta didik tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, penilaian hasil belajar peserta didik mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik. 16 3. Tinjauan Tentang IPA IPA merupakan suatu ilmu teoritis, tetapi teori tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejalagejala alam. Betapa pun indahnya suatu teori dirumuskan, tidaklah dapat dipertahankan kalau tidak sesuai dengan hasil-hasil pengamatan/ observasi. Fakta-fakta tentang gejala kebendaan/alam diselidiki, dan diuji berulang-ulang melalui percobaan-percobaan (eksperimen), kemudian berdasarkan hasil hasil eksperimen itulah dirumuskan 16 Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013),hal.5

12 ketrangan ilmiahnya (teorinya). Teori pun tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh suatu hasil pengamatan. 17 Awal dari Ilmu Pengetahuan Alam dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam, mencatatnya dan kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada, kemudian makin bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil eksperimen ini kemudian diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dan eksperimen ini lahirlah IPA sebagai suatu ilmu yang mantap. G. Sistematika Penulisan Skripsi Adapun sistematika penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagian awal, terdiri dari : halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tebel, halaman daftar gambar, halaman daftar bagan, halaman daftar lampiran, halaman abstrak. Bagian inti, terdiri dari lima bab dan masing-masing bab berisi subsub bab, antara lain : 17 Ahmadi, Ilmu Alamiah...,hal.1

13 Bab I Pendahuluan, meliputi : a) latar belakang masalah b) rumusan masalah c) tujuan penelitian d) manfaat penelitian e) sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari : a) kajian teori, yang terdiri dari model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe treffinger, prestasi belajar, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), materi pelajaran IPA pokok bahasan gerak benda, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe treffinger dalam mata pelajaran IPA pokok bahasan gerak benda b) penelitian terdahulu c) hipotesis tindakan d) kerangka pemikiran. Bab III Metode Penelitian, meliputi : a) Jenis penelitian, b) Lokasi penelitian, c) Kehadiran peneliti, d) Data dan sumber data, e) Teknik pengumpulan data, f) Teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan, terdiri dari a) paparan data tiap siklus, b) temuan penelitian, c) pembahasan temuan penelitian. Bab V Penutup, terdiri dari : a) kesimpulan, dan b) saran atau rekomendasi. Bagian akhir, terdiri dari : a) daftar rujukan, b) lampiran-lampiran, c) surat pernyataan keaslian tulisan, d) daftar riwayat hidup.