BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tatanan eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk menegakkan good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah pusat dan daerah telah menetapkan sasaran untuk meningkatkan pelayanan birokrasi kepada masyarakat dengan arah kebijakan penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance). Dengan adanya komitmen pemerintah untuk mewujudkan good governance khususnya pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, maka kinerja atas penyelenggaraan organisasi pemerintah menjadi perhatian pemerintah untuk dibenahi, salah satunya melalui sistem pengawasan yang efektif. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2001 tentang pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah, dikenal dengan 3 (tiga) pengawasan, yaitu pertama pengawasan fungsional yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional (APF) seperti BPK, BPKP, Itjen Departemen, maupun Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kedua, pengawasan legislatif dilaksanakan oleh lembaga perwakilan rakyat terhadap kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketiga
pengawasan masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok dan atau organisasi masyarakat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung baik lisan maupun tertulis kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, DPRD, maupun instansi pemerintah lainnya. Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut : pertama, perencanaan program pengawasan, kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan. Sejalan dengan hal tersebut, merupakan peluang bagi organisasi Aparat Pengawasan Fungsional (APF) untuk menunjukkan eksistensinya sebagai organisasi publik yang menangani pengawasan pemerintah secara fungsional. Oleh karena itu, maka organisasi pengawasan fungsional dituntut untuk mengefektifkan tujuan strategik organisasi. Begitu juga dengan pemerintah daerah sebagai penyelenggara pemerintahan di daerah harus selalu aktif mengantisipasi segala perubahan lingkungan organisasi sehingga tuntutan yang akan dihadapinya berkaitan dengan pencapaian good governance menjadi tantangan organisasi dalam perumusan strategi yang perlu diimplementasikan. Apalagi dalam penguatan sistem pengawasan internal pemerintah, peranan Inspektorat Provinsi / Badan Pengawas Daerah (Bawasda) sangat diperlukan dalam melakukan pembenahan lingkungan internal organisasinya, dari sisi hasil pengawasan, transparansi, maupun akuntabilitas. Pengawasan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan merupakan unsur yang penting untuk keberhasilan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan. Pengawasan internal pemerintah merupakan salah satu fungsi manajemen pemerintah yang penting dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008, Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) adalah Instansi Pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan pengawasan yang terdiri atas: 1. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab kepada Presiden. 2. Inspektorat Jenderal bertanggung jawab kepada Menteri. 3. Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur. 4. Inspektorat Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dalam melaksanakan Tugas Pokok dan fungsinya berpedoman pada Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2010 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Daerah Provinsi Sumatera Utara, yang dituntut mampu melaksanakan salah satu fungsi manajemen Gubernur dalam
bidang pengawasan. Tugas Inspektorat Provinsi adalah melaksanakan pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten/Kota serta tugas pembantuan. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan fungsi : a. Perencanaan program pengawasan dibidang perumusan kebijakan teknis dibidang Inspektorat pengawasan. b. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan. c. Pelaksanaan tugas pembantuan di bidang pengawasan. d. Pelaksanaan pelayanan administrasi. e. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan. f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan gubernur, sesuai dengan tugas dan fungsinya. Saat ini dan di masa depan semua organisasi pemerintahan daerah menghadapi perubahan dalam siklus kehidupan organisasinya dari waktu ke waktu. Karena itu untuk menjadi organisasi-organisasi masa depan, maka pemerintah daerah harus melaksanakan strategi pengembangan sumber daya manusia auditor pemerintah dan membangun sumber daya manusia tersebut menjadi sumber daya manusia yang berkompetensi tinggi. Perubahan lingkungan baik perubahan secara internal maupun perubahan eksternal akan membawa konsekwensi logis kepada perubahan sumber daya manusia auditor pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan suatu konsep manajemen berupa strategi pengembangan sumber daya manusia, di mana konsep tersebut dapat
digunakan untuk menjaga kehidupan organisasi di masa mendatang (survival organization). Konsep yang dapat menjadikan organisasi mampu bersaing di masa yang akan datang, serta memiliki kepedulian terhadap pengembangan sumber daya manusia auditor pemerintah khususnya auditor pada kantor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.. Pejabat Fungsional Auditor (PFA), atau yang biasa disebut auditor, adalah PNS yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah, lembaga dan atau pihak lain yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Peran aparat pengawasan intern pemerintah sebagai bagian dari manajemen pemerintahan perlu ditingkatkan, agar dapat merespon berbagai permasalahan internal. Pengawasan harus dilaksanakan sesuai dengan standar kompetensi, standar operasi dan standar pelaporan yang baku Pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran terus menerus yang sangat penting bagi auditor dalam mempertahankan kompetensinya. Auditor wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan tekhnik audit. Pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan dapat diperoleh antara lain melalui pendidikan sertifikasi jabatan fungsional auditor. Pendidikan dan pelatihan sertifikasi jabatan fungsional auditor merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh seorang auditor inspektorat provinsi, dengan maksud agar auditor memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dibidang pengawasan. Pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional
Auditor dibentuk dengan tujuan untuk menjamin pembinaan profesi dan karier, kepangkatan dan jabatan bagi PNS yang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah dalam rangka mendukung peningkatan kinerja instansi pemerintah, meningkatkan profesionalisme pelaksanaan tugas pengawasan atas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan agar terlaksana secara efesien dan efektif serta sesuai dengan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendidikan dan pelatihan yang demikian perlu diberikan kepada setiap aparatur mulai sejak masuk menjadi auditor sampai auditor tersebut berhenti menjadi auditor. Sasaran pendidikan dan pelatihan auditor adalah : menyiapkan aparat pengawasan fungsional pemerintah yang bermutu, mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang sesuai dengan jenjang jabatannya, mewujudkan keseragaman pemahaman antar aparat pengawasan fungsional pemerintah, meningkatkan wawasan dan profesionalisme aparat pengawasan fungsional pemerintah. Tuntutan profesi agar setiap auditor memenuhi sejumlah jam pelatihan tertentu dalam suatu periode waktu adalah merupakan upaya untuk tetap menjaga pengetahuan dan keahlian auditor intern sesuai dengan perkembangan kemajuan profesi audit intern. Pendidikan dan pelatihan ini sering disebut sebagai pendidikan dan pelatihan profesi berkelanjutan. Oleh karena itu pendidikan dan pelatihan auditor (pemeriksa) mempunyai pengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang saat ini berjumlah 78
orang, telah mengikuti pendidikan sertifikasi jabatan fungsional auditor yang merupakan kewajiban, dan harus diikuti oleh seorang auditor inspektorat Provinsi, dengan maksud agar auditor memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dibidang pengawasan. Selain daripada pendidikan jabatan fungsional auditor tersebut, pendidikan dan pelatihan teknis juga perlu diberikan mengingat bahwa setiap aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) memiliki lingkup tugas yang tidak selalu sama. Itulah sebabnya masing-masing aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) mencanangkan dan melaksanakan program pendidikan dan pelatihan teknis substansinya masing-masing, seperti audit pengadaan barang dan jasa, audit kepegawaian, dan sebagainya. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan pada Tahun 2010 melalui sosialisasi peraturan perundang-undangan dan pembinaan tekhnologi menghasilkan 25 orang auditor yang telah mengikuti kegiatan tersebut (Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah Inspektorat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011). Jika dibandingkan dengan jumlah auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara sebanyak 78 orang, maka jumlah auditor yang mengikuti pendidikan dan pelatihan tekhnis pada tahun 2010 sebanyak 25 orang, perlu ditingkatkan di tahun berikutnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Berkaitan dengan fungsi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang melakukan pengawasan dan pemeriksaan
pada aspek pemerintahan, keuangan, teknik dan lainnya, maka sumber daya manusia yang ada di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara harus menguasai pengetahuan yang baik. Bahkan auditor (pemeriksa) Inspektorat Provinsi Sumatera Utara seharusnya memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan yang lebih tinggi daripada obyek yang diperiksanya. Pemeriksa juga diharapkan memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang yang akan diperiksanya. Berdasarkan hal tersebut maka penulis termotivasi melakukan penelitian dengan judul Hubungan pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah bagaimana hubungan antara pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kekuatan hubungan antara variabel pendidikan dan pelatihan dengan kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan masukan bagi Gubernur Sumatera Utara bahwa Inspektorat Provinsi Sumatera Utara memiliki peran yang strategis dalam menegakkan good governance dan clean government. 2. Sebagai bahan masukan bagi akademisi dan auditor bahwa pendidikan dan pelatihan mempunyai hubungan terhadap kinerja auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.