BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas pada bab-bab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,

PEMECATAN PRAJURIT TNI

PROSES PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DENGAN PELAKU ANGGOTA TNI (Studi di Wilayah KODAM IV DIPONEGORO)

PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT PRAJURIT TNI

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB V PENUTUP. Undang Undang Nomor 7 tahun 1946 tentang peraturan tentang

berat dengan tahapan sebagai berikut :

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka maka penulis

PETUNJUK PENGISIAN ADVISBLAAD PANITERA

BAB I PENDAHULUAN. dibesarkan, dan berkembang bersama-sama rakyat Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari makhluk sosial selalu

I. PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. pemberian sanksi atas perbuatan pidana yang dilakukan tersebut. 1. pidana khusus adalah Hukum Pidana Militer.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara harfiah militer berasal dari kata Yunani, dalam bahasa Yunani adalah orang

NASKAH PUBLIKASI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN MILITER II 11 YOGYAKARTA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN DARAT (TNI AD) YANG TINDAK PIDANA. Oleh : Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PEMERIKSAAN PERKARA DESERSI SECARA IN ABSENSIA DI PERSIDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat demi kebaikan dan ketentaraman bersama, hukum mengutamakan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

P U T U S A N Nomor : 53-K / PM I-07 / AD / VII / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 55-K/PM I-07/AD/ X /2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat sebagai TNI merupakan

P U T U S A N Nomor : 07-K / PM I-07 / AD / I / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Orang hanya menganggap bahwa yang terpenting bagi militer adalah disiplin. Ini tentu benar,

PERANAN ODITURAT MILITER DALAM MENANGANI PERKARA DESERSI YANG DILAKUKAN SECARA IN ABSENSIA SKRIPSI

P U T U S A N Nomor : 60 -K/PM I-07/AD/ IX / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.

I. PENDAHULUAN. menjadi penyeimbang dalam kehidupan bermasyarakat dipertanyakan. Bagaimana. hambatan dari hal-hal yang dapat menggangu kinerja hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

Tinjauan Putusan terhadap Penyimpangan Ketentuan Hukum Acara Pemeriksaan Koneksitas Oleh : Letkol Chk Parluhutan Sagala 1

PETUNJUK PENGISIAN ADVISBLAAD HAKIM BANDING

JURNAL PROSES PENYELESAIAN PERKARA DESERSI YANG PELAKUNYA TIDAK DITEMUKAN

BAB III PENUTUP. a. Kesimpulan. 1. Pertanggungjawaban pidana menyangkut pemidanaannya sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai mahkluk individu juga merupakan mahkluk sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI KALANGAN MILITER SKRIPSI

IMPLEMENTASI PERADILAN KONEKSITAS DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Putusan No. 2478/Pid.B/Kon/2006/PN.Jak.

BAB I PENDAHULUAN. tangga itu. Biasanya, pelaku berasal dari orang-orang terdekat yang dikenal

P U T U S A N Nomor : 01-K/PM.I-07/AD/ I / 2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

APA ITU CACAT HUKUM FORMIL?

P U T U S A N Nomor : 35 - K/ PM.I-07 / AD / V / 2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Institusi militer merupakan institusi unik karena peran dan posisinya yang

P U T U S A N Nomor : 33 - K/PM I-07/AD/ VI / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN MILITER III-17 MANADO Jln. SamRatulangi No. 16 Manado No. Telp/Fax ;


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N Nomor : 71 - K/PM I-07/AD/ XI / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Penyidikan Perkara Militer


JURNAL TINJAUAN MENGENAI HUBUNGAN ANTARA BADAN PEMBINAAN HUKUM TENTARA NASIONAL INDONESIA (BABINKUM TNI) DAN ODITURAT MILITER

P U T U S A N Nomor : 30 - K/PM I-07/AL/ V / 2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR: PUT / 52-K / PM. II-10 / AD / VIII / 2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

RAHASIA UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CHK WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014

NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER

P U T U S A N Nomor : 10-K/PM.I-07/AD/ I /2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PROSEDUR PERKARA KONEKSITAS DALAM HUKUM ACARA PERADILAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 30 ayat (3) yaitu

P U T U S A N Nomor : 43 -K/PM I-07/AD/ V / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. tindak pidana perkosaan Laboratorium Forensik sudah berperan optimal

BAB II TINDAK PIDANA INSUBORDINASI. A. Pengertian Dan Subjek Tindak Pidana Militer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. saja yang melanggar pasal tersebut haruslah dihukum. Anggota militer. mempermudah tahanan meloloskan diri sepatutnya diterapkan secara

P U T U S A N NOMOR: PUT / 61-K / PM.II-10 / AD / IX / 2009

P U T U S A N Nomor : 16 - K / PMI-07 / AD / IV / 2011 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 63 K/PM.III-12/AD/III/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 17-K/PM.I-07/AD/I/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 20-K/PM I-07/AD/ I / 2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 75-K/PM.III-12/AD/IV/ 2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 117-K/PM.III-12/AL/VI/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

PUTUSAN Nomor : 179-K/PM.III-12/AD/VIII/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


KEMUNGKINAN PENYIDIKAN DELIK ADUAN TANPA PENGADUAN 1. Oleh: Wempi Jh. Kumendong 2 Abstrack

P U T U S A N Nomor : 59 - K/PM I-07/AD/ IX / 2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

P U T U S A N Nomor : 202 K / PM.III-12 / AD / X/ 2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akan diuraikan mengenai karakteristik responden. Adapun responden tersebut

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

P U T U S A N Nomor : 15-K/PM I-07/AD/ I / 2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 84, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3713)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: dalam tahap pembahasannya. Alasan pertama selalu munculnya deadlock

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa proses penyelesaian perkara desersi yang dilakukan oleh anggota TNI, dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut : a. Tahap Penyidikan, Setelah ditemukan bukti awal bahwa telah terpenuhi unsur desersi maka penyidik (ANKUM, polisi militer, atau oditur) segera melakukan penyidikan dan segera menyerahkan hasil penyidikan itu kepada papera dan oditur sebagai penuntut umum. b. Tahap penyerahan berkas perkara dilakukan oleh PAPERA untuk diserahkan ke pengadilan militer. c. Tahap penuntutan, setelah selesai melakukan penyidikan, maka penyidik melimpahkan berkas perkara kepada oditur. Sesudah menerima berkas itu, orditur memepelajari dan meneliti hasil penyidikan apakah sudah lengkap atau belum. Apabila persyaratan formal kurang lengkap, oditur meminta penyidik untuk segera 66

67 melengkapinya, permintaan itu disampaikan secara tertulis maupun secara lisan. d. Tahap pemeriksaan di pengadilan militer, Proses penyidikan dilingkungan peradilan militer pada umumnya dan perkara desersi pada khususnya sebagai pedoman umumnya tetap mengacu pada KUHP dan UU No.31 tahun 1997 tentang peradilan militer sebagai pedoman khususnya, oleh karena itu dalam beracara dilingkungan peradilan militer kedua aturan tersebut saling berjalan dan saling melengkapi. 2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi tindak pidana desersi dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Upaya non penal, dapat berupa : Memperketat pengawasan absensi kehadiran apel prajurit, Mengadakan kegiatan positif diluar jam dinas, Mengadakan penyuluhan hukum dan ceramah bimbingan mental (Bintal) secara rutin, Mengadakan jam komandan, Mengupayakan penerimaan hak-hak prajurit tepat pada waktunya, Menaikkan tingkat kepangkatan prajurit. b. Upaya penal, dapat berupa : Melalui jalur peradilan militer.

68 B. SARAN Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas terhadap permasalahan yang diteliti, maka penulis memberikan saran-saran dalam mengatasi permasalahan tersebut, yaitu : 1. Memperhatikan berbagai faktor penyebab terjadinya desersi yang dilakukan oleh para prajurit TNI tersebut, maka sangat diharapkan peranan komandan kesatuan, provost kesatuan, maupun anggotaanggota lainnya yang ada didalam kesatuan tersebut untuk lebih jeli lagi mengawasi dan lebih mengerti lagi akan kehidupan setiap prajurit, baik yang berada dalam kesatuan maupun yang berada diluar kesatuannya. 2. Aparat penegak hukum militer, khususnya penyidik militer (Ankum, Polisi Militer, Oditurat) bersikap lebih tegas lagi dalam menyikapi, menyelesaikan dan mengambil tindakan apabila desersi itu terjadi, sehingga kasus tersebut bisa lebih cepat ditangani dan prosesnya tidak berlarut-larut dengan memakan waktu yang lama, sehingga dampak yang ditimbulkan dapat lebih diperkecil lagi terjadinya. 3. Mencegah terjadinya tindak pidana desersi, maka semakin perlu diintensifkan penyuluhan-penyuluhan tentang perbuatan desersi tersebut, sehingga setiap prajurit TNI dapat dan semakin menyadari

69 bahwa perbuatan tersebut merupakan suatu bentuk kejahatan dalam hukum pidana militer. 4. Upaya pengungkapan kasus desersi ini diharapkan para pihak penyidik, penuntut atau oditurat maupun majelis hakim yang mengadili perkara tersebut tidak mempunyai rasa takut dan lain sebagainya, terhadap siapapun yang terlibat dalam tindak pidana desersi ini. Apabila perkara tersebut memang sudah cukup memenuhi syarat formil dan materiil maka perkara itu harus sampai tuntas diproses, tidak boleh setengah-setengah.

DAFTAR PUSTAKA BUKU Andi Hamzah, 1991, Perkembangan Hukum Pidana Khusus, Ghalia Indonesia, Ragunan. Andi Hamzah, 1986, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta. Aruan Sakidjo, 1990, Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Kodifikasi, Ghalia Indonesia, Jakarta. Imad Abdurrahim Az-Zaghul, 2004, Psikologi Militer, KHALIFA, Jakarta Timur. Moch.Faisal Salam, 2004, Peradilan Militer Di Indonesia, CV.Mandar Maju, Bandung. Moch.Faisal Salam, 2002, Hukum Acara Pidana Militer Di Indonesia, CV.Mandar Maju, Bandung. Ridwan Hasibuan, 1994, Kriminologi Dalam Arti Sempit Dan Ilmu-Ilmu Forensik, Universitas Sumatera Press, Sumatera. S.R.Sianturi, 1985, Hukum Pidana Militer Di Indonesia, Alumni AHAEM-PETEHAEM, Jakarta. JURNAL Anwar Saadi, 2006, Profesionalisme dan Kesadaran Hukum Prajurit TNI, Tabloid Patriot, Edisi Maret. WEBSITE http://www.dilmiltama.go.id/home/, Pengadilan militer utama,14 maret 2011 http://id.wikipedia.org/wiki/, Pengadilan_militer_pertempuran, 14 maret2011 http://www.artikata.com/, definisi desersi, 25 april 2011 http://www.tniad.mil.id/, jati diri TNI, 11mei 2011 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Tentara Indonesia Nomor 39 Tahun 1947

Surat Keputusan KASAD Nomor: SKEP/239/VII/1996 tentang Petunjuk Penyelesaian Perkara Pidana di Lingkungan TNI AD Keputusan PANGAB Nomor : Skep/04/P/II/1984/tanggal 4 April 1984 tentang fungsi Penyelenggaraan ke POM di lingkungan ABRI (Skep/711/X/1989) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Nomor 27 Tahun 1983 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997 Tentang Hukum Disiplin Prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)