PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT 1 Anggraeni Dyah S., 2 Putri Suryandari, 3 Sri Kurniasih Program Studi Arsitektur Universitas Budi Luhur anggraeni.dyah@budiluhur.ac.id ABSTRAK Kampung Belakang terletak di Jakarta Barat. Kampung Belakang dinyatakan oleh BPS (Biro Pusat Statistik) sebagai wilayah kumuh berat di DKI Jakarta. Faktor dominan penyebabnya adalah pola hidup masyarakat yang tidak sehat dengan membuang sampah secara sembarangan. Terdapat beberapa tempat yang menjadi lokasi tumpukan sampah, serta sungai dan saluruan drainase yang menjadi tempat pembuangan sampah. Sampah yang tidak dikelola dengan baik pada lokasi pemukiman, akan berdampak pada kesehatan masyarakat dengan menimbulkan berbagai macam penyakit. Permasalahan ini diselesaikan dengan menggunakan metode pendampingan kepada masyarakat untuk merubah pola hidup masyarakat agar dapat mengolah sampah secara swadaya. Daun yang jatuh dari pohon merupakan salah satu produksi sampah yang banyak dihasilkan di lingkungan pemukiman. Jika dibakar dapat menimbulkan polusi. Sampah daun dapat didaur ulang menjadi pupuk kompos. Hasil produksi pupuk kompos dapat digunakan oleh masyarakat Kampung Belakang sendiri atau dapat dijual ke masyarakat umum. Pendampingan kepada masyarakat di Kampung Belakang untuk mendaur ulang sampah daun menjadi pupuk kompos, menjadi solusi masalah sampah di kawasan tersebut. Kemandirian masyarakat untuk mengolah sampah daun di lingkungannya dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat, sehingga kesan kumuh dapat dihilangkan dari Kampung Belakang. Luaran yang dihasilkan berupa Pembentukan Rumah Pupuk yang menggunakan metode edukasi, yaitu sampah daun yang terdapat di lingkungan rumah tinggal masing-masing akan dikumpulkan dan diolah di Rumah Pupuk untuk dijadikan pupuk oleh masyarakat Kampung Belakang. Pendampingan ini bekerja sama dengan Kelompok Swadaya Masyarakat Nyiur binaan Universitas Budi Luhur dan Badan Keswadayaan Masyarakat Kamal. Kata Kunci: daur ulang, kampung belakang, pupuk kompos, sampah daun 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah merupakan masalah umum di semua kota di dunia dan DKI Jakarta merupakan salah satu kota besar yang sedang mengalami masalah peningkatan volume sampah. Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Bertambahnya jumlah manusia di bumi ini berarti bertambah pula jumlah sampah yang akan dihasilkan. Kehadiran sampah membawa banyak dampak negatif dalam kehidupan manusia, seperti menimbulkan bau tidak sedap, menimbulkan bibit penyakit, banjir, dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Belum lagi masalah terbatasnya lahan yang tersedia untuk menampung dan mengolah sampah, terutama di DKI Jakarta. Salah satu wilayah di DKI Jakarta yang memiliki permasalahan sampah adalah Kampung Belakang Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Hal ini terlihat dari beberapa titik di wilayah Kampung Belakang yang menjadi tempat penumpukan sampah. Selain itu saluran drainase di jalan sekitar rumah warga kondisinya sangat tidak memadai. Banyak sampah yang dibuang pada saluran drainase ataupun sungai yang melintas di wilayah Kampung Belakang tersebut. Hal inilah memberikan dampak tersumbatnya saluran drainase dan sungai yang mengakibatkan genangan air dan banjir. Masyarakat kurang memiliki pengetahuan dampak sampah terhadap kesehatan, sehingga setiap produksi sampah rumah tangga selalu dibuang di pinggir jalan, lahan kosong, saluran drainase dan sungai, sedangkan sampah daun dikumpulkan untuk kemudian dibakar. Aktivitas warga dalam mengolah sampah berdampak pada polusi udara dan sumber penyakit. Untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Kampung Belakang, maka diadakan pendampingan bagi masyarakat Kampung 52
Belakang Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Dalam kegiatan ini masyarakat akan diberikan pengetahuan untuk mendaur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos. Sebagai wadah masyarakat dalam mendaur ulang sampah organik daun, maka akan difasilitasi pembuatan rumah pupuk kompos bagi masyarakat Kampung Belakang. Dengan masyarakat memiliki kemampuan untuk mendaur ulang sendiri sampah organik daun menjadi pupuk kompos, maka masyarakat dapat memproduksi dan menjual hasil daur ulang pupuk kompos tersebut. Pada akhirnya dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat dan dapat menyelesaikan permasalahan sampah di Kampung Belakang. 1.2. Permasalahan Permasalahan masyarakat Kampung Kalideres Jakarta Barat saat ini adalah kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mendaur ulang sampah organik daun menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali, serta belum adanya wadah yang dapat mengelola kegiatan daur ulang tersebut. 1.3. Tujuan Tujuan dari kegiatan Pendampingan bagi Masyarakat Kampung Belakang Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat adalah : 1. Pemberdayaan masyarakat melalui daur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos 2. Pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan rumah pupuk kompos. 1.4. Luaran Untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat tersebut Kampung Belakang Jakarta Barat, maka target luaran yang dihasilkan adalah terdapat rumah pupuk kompos di Kampung Belakang sebagai wadah masyarakat untuk mendaur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos. 1.5. Manfaat Kegiatan Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Pendampingan Pembuatan Rumah Pupuk Kompos bagi Masyarakat Kampung Belakang Jakarta Barat adalah masyarakat memiliki wadah pengelolaan daur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos yang dapat digunakan sendiri ataupun dijual ke masyarakat luas. 2. METODE PENGABDIAN Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Pembuatan Rumah Pupuk Kompos bagi Masyarakat Kampung Belakang Kelurahan Kamal Kecamatan Kalideres Jakarta Barat, digunakan proses pendekatan dengan konsep TRI-DAYA. Gambar 1. Konsep Tri-Daya Konsep Daya Sosial adalah mengajak masyarakat melalui proses pendekatan : 1. Koordinasi dengan pengurus masyarakat Kampung Belakang 2. Koordinasi dengan LKM/BKM Kamal 3. Koordinasi dengan KSM Nyiur binaan Universitas Budi Luhur yang terkait dengan pengembangan wilayah Kampung Belakang. Konsep Daya Lingkungan adalah melakukan identifikasi terhadap : 1. Kebiasaan masyarakat dalam memberlakukan sampah organik daun 2. Kemampuan masyarakat dalam mendaur ulang sampah organik daun. Konsep Daya Ekonomi adalah pada rumah pupuk kompos dihasilkan daur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos yang dapat dimanfaatkan sendiri atau dijual kepada masyarakat umum, yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat sekitar. Dengan penerapan konsep Tri Daya pada kegiatan Pendampingan Pembuatan Rumah Pupuk Kompos bagi Masyarakat Kampung Kalideres Jakarta Barat, maka tahapan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut : 1. Perijinan kepada pengurus Kampung 53
Kalideres Jakarta Barat untuk melaksanakan program pendampingan 2. Perjanjian kerjasama dengan pengurus LKM/BKM Kamal untuk melaksanakan program pendampingan 3. Perjanjian kerjasama dengan pengurus KSM Nyiur binaan Universitas Budi Luhur sebagai pengembang wilayah Jakarta Barat untuk melaksanakan program pendampingan 4. Survei lokasi pendampingan 5. Pembuatan materi pendampingan daur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos 6. Workshop daur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos 7. Pembuatan rumah pupuk kompos. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kampung Belakang Kamal Wilayah : Kampung Belakang RW : RW.03 dan RW.04 Kelurahan : Kamal Kecamatan : Kalideres Kotamadya : Jakarta Barat Luas lahan : ± 20,03 Ha (RW.03) dan ± 15,43 Ha (RW.04) Gambar 3. Titik Penumpukan Sampah di Kampung Belakang Beberapa saluran draninase dan sungai tidak memenuhi persyaratan kesehatan karena banyak tumpukan sampah, sehingga saluran drainase dan sungai menjadi tersumbatnya, berdampak timbulnya genangan air dan banjir. Gambar 2. Konsep Tri-Daya 3.2 Sampah di Kampung Belakang Kamal Kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak sampah terhadap kesehatan, menyebabkan masyarakat tidak mengelola sampah yang terdapat di lingkungannya. Hal ini terlihat dari tumbuhnya beberapa titik di wilayah Kampung Belakang yang menjadi tempat penumpukan sampah. 54
Gambar 4. Titik Penumpukan Sampah pada Sungai di Kampung Belakang 3.3 Rumah Pupuk Kompos di Kampung Belakang Kamal Permasalahan masyarakat Kampung Belakang adalah mengolah sampah organik daun dengan cara dikumpulkan dan dibakar, sehingga menimbulkan dampak polusi udara yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan demikian diadakan pendampingan untuk memanfaatkan sampah organik daun tersebut menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali. Untuk memberikan pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah organik daun, maka diadakan pendampingan berupa pelatihan daur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos. Pelatihan diadakan di Rumah Pupuk Kompos Vila Cinere Mas oleh ibu Tuti sebagai pemilik. 1. Kumpulkan sampah organik daun kering dan basah yang berjatuhan di lingkungan sekitar rumah tinggal 2. Sampah organik daun dipotong-potong menggunakan mesin pencacah 3. Hasil potongan sampah organik daun dicampur dengan bakteri pengurai yang terbuat dari komposisi 50 L air : 1 tutup botol EM4 : 1 kg gula pasir. Kemudian diaduk-aduk hingga merata 4. Sampah organik daun yang telah diberi bakteri pengurai dimasukkan dalam komposter 5. Setiap pagi dan sore komposter diputar sebanyak 5 putaran selama 15 hari 6. Setelah 15 hari pupuk kompos dipotongpotong menggunakan alat pencacah 7. Hasil potongan pupuk kompos dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 1 jam 8. Tahap akhir adalah memasukkan pupuk kompos dalam karung sesuai kebutuhan. Gambar 6. Tahapan Pembuatan Pupuk Kompos Setelah masyarakat memiliki pengetahuan tentang daur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos, diadakan pembuatan rumah pupuk kompos di Kampung Belakang. Tempat ini sebagai wadah masyarakat untuk memproduksi pupuk kompos. Dipilih lokasi RT.010/RW.03 sebagai tempat Rumah Pupuk Kompos Kampung Belakang yang dikelola oleh masyarakat sendiri. Gambar 5. Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos di Rumah Pupuk Kompos VCM Proses pembuatan sampah organik daun menjadi pupuk kompos adalah sebagai berikut : 55
Kurniasari, Netty Dyah. 2015. Program CSR Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Untuk meningkatkan Produktivitas Usaha Mikro, Kecil, Menengah di Madura). Jurnal NeO Bis. Volume 9 No.1 2015. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Gambar 7. Pembuatan Rumah Pupuk Kompos di Kampung Belakang Kamal 4. SIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT Dengan Pendampingan Pembuatan Rumah Pupuk Kompos Kampung Belakang sebagai wadah kegiatan daur ulang sampah organik daun menjadi pupuk kompos. Masyarakat secara swadaya dapat mengumpulkan sampah organik daun dan mengolahnya menjadi pupuk kompos. Hasil dari pupuk kompos dapat dimanfaatkan sendiri oleh masyarakat ataupun dijual ke masyarakat yang lebih luas, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan demikian pupuk kompos menjadi salah satu solusi permasalahan sampah organik daun bagi masyarakat Kampung Belakang Jakarta Barat. Masyarakat Kampung Belakang dapat mengembangkan sumber daya pupuk kompos untuk memproduksi tanaman yang dapat dimanfaatkan sendiri atau dijual ke masyarakat luas. Selain dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat, tanaman dapat menjadi penghijauan pada Kampung Belakang yang selama ini memiliki kesan gersang. 5. DAFTAR PUSTAKA Suryandari, Putri; Dyah, Anggraeni dan Kurniasih Sri. 2017. IbM Menuju Kampung Petani Sampah di Kampung Kalideres Jakarta Barat. Laporan PKM. Universitas Budi Luhur Jakarta. 56