TUGAS AKHIR YODI PERMANA 11.12.5667 PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI DOSEN : Drs. Muhammad Idris P, M
PENDAHULUAN Sebagai warga negara yang setia pada nusa dan bangsa, seharusnya mempelajari dan menghayati pandangan hidup bangsa yang sekaligus sebagai dasar filsafat negara, seterusnya untuk diamalkan dan dipertahankan. Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar filsafat negara yang secara resmi tercantum dalam pembukaan UUD 1945 wajib dipelajari dan dipahami, apa sebenarnya yang terkandung dalam ajaran Pancasila.
PEDOMAN PENGAMALAN PANCASILA Pengalaman Pancasila secara obyektif sebagai Dasar Negara telah diuraikan semuanya mengikuti dasar pemikiran dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai penjelmaan jiwa Pancasila dalam perundang-undangan. Dalam pasal ini khusus akan dibicarakan pengamalan Pancasila secara subyektif sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia. Pengamalan filsafat hidup harus diusahakan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap warga negara Indonesia, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan kemasyarakatan. Karena Republik Indonesia yakin bahwa Pancasila itulah yang dapat memberi semangat serta membimbing bangsa dan rakyat Indonesia dalam mengejar kehidupan lahir dan batin yang makin baik di dalam maasyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Dalam pengamalan Pancasila secara subyektif ini, untuk memudahkan pelaksanaannya diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi penuntun bagi sikap dan tingkah laku setiap manusia Indonesia dalam kehidupan kemasyarakatan, sehingga dapat dengan jelas apa yang perlu dilakukan dalam mengamalkan Pancasila itu dalam kehidupan nyata sehari-hari. A. Sifat hubungan dalam masyarakat Pancasila Dalam kehidupan manusia bermasyarakat, salah satu masalah pokok adalah bagaimana cara pandang suatu bangsa memberi arti dan bagaimana memandang hubungan antara manusia dengan masyarakatnya. Pandangan mengenai hubungan antara manusia dengan masyarakatnya ini merupakan landasan filsafat bagi kehidupan masyarakat, yang akan memberi corak dan warna dasar dari kehidupan masyarakat. Ada beberapa pandangan pokok mengenai hubungan manusia di dalam masyarakat. Pandangan yang satu memberikan arti yang sangat kuat kepada manusia sebagai pribadi. Pandangan ini menempatkan kebebasan individu dalam bobot yang berlebihan. Dalam kehidupan bermasyarakat, dalam usaha untuk
mencapai kemajuan, manusia acap kali bergulat dengan manusia lainnya dalam persaingan bebas yang kadang-kadang kejam, yang tidak jarang mengakibatkan penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah. Ini membawa kecenderungan, bahwa hanya yang kuat sajalah yang dapat hidup. Masyarakat yang sedemikian banyak menimbulkan kepincangan dan mendatangkan kegelisahan, yang tidak hanya harus dijauhi, melainkan tidak dapat disetujui secara fundamental oleh ajaran Pancasila, karena bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, dengan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Berhadap-hadapan dengan pandangan diatas, ada pandangan lain mengenai hubungan antara manusia dengan masyarakatnya. Pandangan itu memberi bobot yang berlebihan terhadap masyarakat, sehingga kedudukan manusia individu dalam pandangan ini tidak lebih dari sekedar nomor serta kehilangan kepribadiannya. Masyarakatlah yang dianggap segala-galanya, sehingga pribadi-pribadi dianggap seolah-olahsebagai alat saja dari mesin raksasa masyarakat. Walaupun masyarakat yang demikian itu mungkin dapat memberikan serba kecukupan kebendaan, namun kepuasaan kerohaniah tidak terpenuhi sehingga hidup ini tidak dapat memberi warna yang bebas, terasa adanya tekanan batin, sehingga kebahagiaan yang utuh tidak terpenuhi. Hal inipun tidak disetujui secara fundamental oleh ajaran Pancasila. Sekarang, bagaimanakah menurut Pancasila arti dan hubungan antara manusia dengan masyarakatnya itu. Pancasila tidak memilih salah satu dari pandangan diatas, juga tidak mengawinkannya. Individualisme dan liberalisme maupun komunisme dalam segala bentuk tidak sesuai dengan Pancasila. Pancasila memandang bahwa kebahagiaan hidup manusia akan tercapai jika dapat dikembangkan hubungan yang selaras, serasi, seimbang, dan bekerja sama atas dasar kekeluargaan antara manusia individu dengan masyarakatnya. Hal ini bertitik-tolak dari sifat kodrat manusia monodualis, yakni manusia sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Dalam pandangan Pancasila, maka hubungan sosial yang selaras, serasi dan seimbang antara individu dengan masyarakatnya tidaklah netral, melainkan dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai kesatuan.
B. Sikap dasar Pengamalan Pancasila Dari uraian di muka menunjukkan juga bahwa dalam mengejar kehidupan yang lebih baik, manusia harus hidup bekerjasama dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia mustahil dapat mutlak berdiri sendiri tanpa bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Kenyataan ini menimbulkan kesadaran bahwa segala yang dicapai dan kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia, pada dasarnya adalah berkat bantuan dan kerjasama orang lain di dalam masyarakatnya. Kesadaran yang demikian, selanjutnya juga melahirkan kesadaran bahwa setiap manusia terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang baik bagi orang lain dan masyarakatnya. Semua itu melahirkan sikap dasar bahwa untuk mewujudkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam hubungan sosial manusia pribadi dengan masyarakatnya, manusia perlu mengendalikan diri. Dalam maasyarakat Indonesia yang sangat anekaragam coraknya itu, kemauan dan kemampuan mengendalikan diri dan kepentingan adalah suatu sikap yang mempunyai arti sangat penting diharapkan, yang pada gilirannya akan menumbuhkan keseimbangan dan stabilitas masyarakat. Pandangan sosial yang berdiri atas faham keseimbangan tidaklah mengingkari bahwa masyarakat itu senantiasa bergerak berubah dan berkembang, bahwa masyarakat itu dinamis. Namun demikian, bangsa yang ber-pancasila beranggapan, bahwa yang wajar, yang dicari manusia bukanlah perubahan atau dinamika itu sendiri, melainkan keseimbangan segala sesuatu dalam masyarakat untuk mencapai kebahagiaan. Masalah perubahan sosial itu memang merupakan tantangan yang perlu dipelajari secara teliti dan diperhatikan sebagai faktor yang mempengaruhi, tertutama dalam zaman, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sedemikian pesatnya. Bagi bangsa Indonesia tujuan pengembangan masyarakat adalah seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pandangan sosial yang berdiri di atas faham keseimbangan tidaklah mengingkari bahwa masyarakat itu senantiasa bergerak berubah dan berkembang, bahwa masyarakat itu dinamis. Namun demikian, bangsa yang ber-pancasila beranggapan, bahwa yang wajar, yang di cari oleh manusia bukanlah perubahan atau
dinamika itu sendiri, malainkan keseimbangan segala sesuatu dalam masyarakat untuk mencapai kebahagiaan. Masalah perubahan sosial itu memang merupakan tantangan yang perlu dipelajari secara teliti dan diperhatikan sebagaifaktor yang mempengaruhi, terutama dalam zaman, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang sedemikian pesatnya. Bagi bangsa Indonesia tujuan pengembangan masyarakat adalah menusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Karena itu pangkal tolak pengalaman Pancasila ialah kemauan dan kemampuan manusia Indonesia dalam mengendalikan diri dan kepentingannya agar dapat melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dan warga masyarakat. Dengan kesadaran dan pangkal tolak yang demikian tadi, maka sikap hidup Pancasila adalah : 1) Kepentingan pribadi diletakkan dalam kerangka kesadaran kewajibannya sebagai makhluk sosial dalam kehidupan masyarakatnya. 2) Kewajiban terhadap masyarakat dirasakan lebih besar dari kepentingan pribadinya demi kesejahteraan bersama. Karena merupakan pengamalan Pancasila, maka dalam mewujudkan sikap hidup tadi manusia Indonesia dituntun oleh kelima sila dari Pancasila : oleh rasa Ketuhanan Yang Maha Esa, oleh rasa Kemanusiaan yang adil dan Beradab, oleh kesadaran dan memperkokoh Persatuan Indonesia, oleh sikap yang menjunjung tinggi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan untuk mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pengamalan Pancasila tidak lain, bertujuan untuk mewujudkan kehidupan pribadi dan kehidupan bersama yang dicita-citakan, kehidupan yang dianggap baik. Dan untuk merasakan kehidupan yang dianggap baik itulah tujuan akhir dari pembangunan bangsa dan negara Indoensia. Sama halnya dengan bangsa-bangsa yang lain, bangsa Indonesia juga terdiri dari
kelompok-kelompok masyarakat besar maupun kecil, setiap kelompok masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga, dan setiap keluarga terdiri dari pribadi-pribadi. Karena itu membangun bangsa dan negara berdasarkan Pancasila, pada akhirnya berarti membangun manusia-manusia Pancasila. Mungkin dipersoalkan, bahwa masyarakat adil dan makmur yang harus terwujud terlebih dahulu, dan baru apabila masyarakat yang demikian sudah kenyataan maka disanalah akan lahir manusia-manusia Pancasila. Pandangan seperti ini melawan sejarah. Lahir dan tumbuhnya kemerdekaan nasional Indonesia misalnya, adalah satu bukti sejarah yang tidak terbantah, bahwa kemerdekaan itu lahir justru diperjuangkan oleh manusia-manusia yang cinta kepada kemerdekaan. Kemerdekaan nasional ini mumgkin tidak akan pernah dinikmati, apabila dahulu bangsa Indonesia hanya memikirkan membangun manusia-manusia merdeka sesudah tercapai kemerdekaan nasional. Apabia pembangunan manusia Pancasila itu harus dilaksanakan setekah masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila menjadi kenyataan, maka manusia Pancasila tidak akan pernah lahir, malahan mungkin lahir manusia-manusia yang lain. Karena itu membina dan membangun manusia Pancasila justru tidak dapat ditunda-tunda lagi, seraya pembangunan menuju manusia Pancasila itu berjalan. Lagi pula hanya oleh manusia-manusia yang berkesadaran tinggi mengenai Pancasilalah pembangunan itu dapat dijaga jalannya yang lurus, sehingga arah dan tujuannya tidak menyimpang dari Pancasila. Menusia-manusia yang tidak memiliki Pancasila, yang tidak mencintai Pancasila, yang tidak menghayati Pancasila, yang tidak mengamalkan Pancasila, tentu tidak akan membangun masyarakat yang berdasarkan Pancasila. Hal ini harus mendapat perhatian yang mendalam supaya masyaraakat Pancasila betul-betul terwujud.
C. Pedoman dasar Pengamalan Pancasila Seperti yang dinyatakan dalam Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978, maka Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila itu dinamakan Ekaprasetia Pancakarsa Istilah Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sanskerta. Secara harfiah eka berarti tunggal, prasetia berarti janji atau tekad, panca berarti lima, dan karsa berarti kehendak yang kuat. Dengan demikian Ekaprasetia Pancakarsa berarti tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak. Dalam hubungannya dengan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 maka lima kehendak untuk melaksanakan kelima sila Pncasila. Dikatakan tekad yang tunggal karena tekad itu sangat kuat dan tidak tergoyah-goyahkan lagi. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 itu merupakan kerangka dasar yang dinamakan Ekaprasetia Pancakarsa, memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila. Penjabaran selanjutnya pengamalan Pancasila dari ketetapan MPR itu da[at dirumuskan juga sebagai berikut : a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : 1) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab 2) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3) Mengembangkan saling hormat menghormati kemerdekaan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan orang lain 4) Menghargai setiap bentuk ajaran agama, dan tidak boleh memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lainn
b. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab : 1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. 2) Memandang persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia tanpa membedakan suku, turuna dan kedudukan sosial. 3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tepa selira dan tidak semene-mena terhadap orang lain. 4) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatankegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan. 5) Merasa sebagai bagian dari seluruh umat manusia dan karena itu berkewajiban mengembangkan sikap hormat dan bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain. c. Sila Persatuan Indonesia : 1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa negara di atas kepentingan pribadi dan golongan 2) Cinta Tanah Air dan bangsa Indonesia, sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa, apabila diperluka. 3) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan ber-tanah Air Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dunia. 4) Mengembangkan rasa persatuan dan kesatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika dalam memajukan pergaulan. d. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan Perwakilan : 1) Sebagai warganegara dan warga-masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2) Keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah, dan keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat, diliputi oleh semangat kekeluargaan. 3) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah dan melaksanakannya dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab. 4) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur, dengan mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, serta tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 5) Keputusan yang di ambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. e. Sila Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia : 1) Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 2) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. 3) Bersikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. 4) Memupuk sikap suka memberi pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan agar dapat berdiri sendiri, tidak menggunakan hak milik untuk pemerasan, pemborosan, bergaya hidup mewah dan dan perbuatan lain yang bertentangan dan merugikan kepentingan umum. 5) Memupuk sikap suka bekerja keras dan menghargai karya orang lain yang bermanfaat, serta berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan kesejahteraan bersama.
PENUTUP A. Kesimpulan Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah. B. Saran-Saran Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.
REFERENSI 1. Srijanto Djarot, Drs., Waspodo Eling, BA, Mulyadi Drs. 1994 Tata Negara Sekolah Menngah Umum. Surakarta; PT. Pabelan. 2. Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud. 3. Noor Ms Bakry, Drs., 2003. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Liberty Yogyakarta; Universitas Gadjah Mada.