BAB I PENDAHULUAN. tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian suatu negara, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam perekonomian

Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya buah masih diberi nama. Indonesia memiliki panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

SKRIPSI. STUDI PROFIL INDUSTRI TEMPE BERDASARKAN TINGKAT KESUKSESAN (Studi Kasus Industri Tempe di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB I PENDAHULUAN. sulit diramalkan. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya persaingan yang

1 repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Permasalahan bangsa Indonesia untuk jangka waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. baik dan benar. Salah satu kegiatan manajemen itu ialah kegiatan pemasarannya.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam

I. PENDAHULUAN. rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran industri (agroindustri),

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Medan semakin marak terjadi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Setia Wardani 1), Ratna Purnama Sari 2), Wibawa 3) 1), 2), 3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. minat dan semangat keluarga untuk berwirausaha. oleh pemerintah yang dimotori oleh BKKBN. Kegiatan kegiatan tersebut

STRATEGI BISNIS USAHA BATIK MADURA (Studi Kasus pada Galeri TRESNA art di Bangkalan Madura) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang cukup tinggi dan harga yang sangat terjangkau selain tempe. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

STRATEGI PEMASARAN TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MAKANAN RINGAN PADA UD. HARUM SARI

BAB I PENDAHULUAN. akibat eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Eksploitasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. negatif terhadap lingkungan diantaranya pencemaran lingkungan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu perbaikan zat gizi (Amang, 2010). lembaga atau instansi pemerintah bidang pertanian terhadap produktivitas

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

PROSIDING ISSN: E-ISSN:

PENDAHULUAN. Pada tahap awal pembangunan, ekspor setiap negara didominasi oleh hasil hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27. perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di negara ini yang tidak di

BAB IV ANALISIS DAYA SAING KONVEKSI SEMAR DI KECAMATAN KARANGPILANG KELURAHAN KEDURUS KOTA SURABAYA

TUGAS PENGANTAR BISNIS Bussines Plan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal.

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini pengangguran di Indonesia semakin banyak karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang dapat menyediakan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Dan untuk mengatasi hal demikian banyak juga masyarakat yang memanfaatkan peluang untuk membuat usaha-usaha kecil untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di mana kehidupan pada saat ini semakin sulit, perekonomian semakin merosot, dan mencari pekerjaan sangat sulit. Usaha-usaha kecil yang dibuat oleh masyarakat sangat menyumbangkan peran yang sangat bermanfaat bagi perekonomian Indonesia. Sektor usaha-usaha kecil cukup diandalkan dalam perekonomian di Indonesia. Pengembangan usaha-usaha kecil diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan usaha kecil dan mengentaskan kemiskinan. Usaha-usaha kecil yang bergerak di bidang pangan merupakan prospek bisnis yang baik dan selalu dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan yang pertama sekali dipenuhi oleh manusia dari pada kebutuhan lainnya, karena kebutuhan pangan merupakan kebutuhan primer manusia. Seperti halnya usaha kecil pembuat tempe yang biasanya dikelola dalam bentuk industri rumah tangga. Di mana umumnya tempe digunakan sebagai lauk-pauk dan sebagai makanan tambahan atau jajanan. Tempe dapat meningkatkan kesehatan dan harga relatif murah dan memberikan alternatif

pilihan dalam pengadaan makanan bergizi yang dapat dijangkau semua lapisan masyarakat. Prospek usaha membuat tempe sangat baik dimana permintaan tempe terus meningkat. Usaha membuat tempe memiliki peran yang sangat besar di dalam memperoleh kesempatan pekerjaan, kesempatan usaha, dan peningkatan pendapatan. Akan tetapi karena pada umumnya usaha membuat tempe dikelola dalam bentuk industri rumah tangga, perkembangannya selalu berhadapan menyangkut bahan baku, ketersediaan dan kualitas faktor produksi, tingkat keuntungan, pemasaran serta permodalan. Pendapatan para pembuat tempe sangat tergantung dari penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Penjualan yang dilakukan pembuat tempe belum mendatangkan keuntungan yang optimal karena harganya yang murah. Dan juga pada saat ini harga bahan baku sangat mahal. Fluktuasi harga kacang kedelai yang membuat pengusaha pengolah kacang kedelai kewalahan. Berikut beberapa informasi tentang persediaan kacang kedelai di Sumatera Utara: Kebutuhan kedelai di Sumatera Utara naik, dimana angka ramalan I 2012 mencapai 60.115 ton di picu industri kecil berbahan baku komoditas tersebut yang bertambah banyak. Tetapi kebutuhan yang meningkat itu belum juga mampu di penuhi petani lokal di mana periode sama yakni aram (angka ramalan) I, produksi kedelai masih 10.802 ton. Produksi dan kebutuhan kedelai sama-sama meningkat tiap tahunnya, tetapi kenaikan permintaan jauh lebih cepat dan besar. Pada 2009 kebutuhan kedelai Sumut masih 58.617 ton, sementara di aram I 2012 sudah

60.115 ton. Sedangkan produksinya pada tahun 2009 mencapai 9.438 ton dan pada aram I 2012 sebesar 10.802 (http://foto.waspada.co.id/). Produksi kedelai asal Sumatera Utara tahun 2012 diperkirakan semakin turun jauh di bawah angka 2011 atau hanya 5.923 ton.kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, mengatakan pada angka ramalan (aram) II 2012, produksi kedelai Sumut masih 5.923 ton dari angka tetap (atap) 2011 yang sudah 11.426 ton.jumlah produksi kedelai di aram II 2012 yang sebesar 5.923 ton itu juga jauh di bawah realisasi atau atap 2010 yang sudah 9.439 ton.berdasarkan data produksi kedelai yang turun di aram II 2012 itu akibat luas areal yang juga jauh di bawah atap 2011.Dengan penurunan produksi, volume impor kedelai Sumut naik terus. Dari data di atas pengusaha pengrajin tempe dituntutuntuk membuat strategi yang mampu membawa usaha membuat tempe tetap eksis dan mampu menghadapi persaingan, dan juga mengatasi kendala proses produksi yang masih sederhana. Kekuatan dan peluang yang dimiliki harus mampu mengatasi kelemahan dan ancaman yang ada pada usaha membuat tempe. Medan merupakan kota salah satu pusat bisnis yang menimbulkan banyak perubahan. Perubahan tersebut adalah adanya persaingan bisnis yang semakin tinggi. Dan pola pikir dan perilaku masyarakat juga semakin maju di mana semakin banyaknya masyarakat lebih teliti dalam memilih pangan yang dibutuhkan termasuklah pemilihan dalam hal konsumsi tempe. Adanya perbedaan persepsi terhadap kemasan yang digunakan dalam membuat tempe. Ada masyarakat lebih memilih tempe yang berkemasan plastik menarik dari pada tempe yang kemasannya masih biasa atau kemasannya masih menggunakan daun

pisang karena kemasan yang demikian masih diproses dengan sangat sederhana dan secara tradisional. Masyarakat berpersepsi bahwa tempe yang demikian mungkin kurang bersih atau masih belum terpercayanya kebersihan orang yang membuatnya dan ada juga beberapa orang yang lebih menyukai kemasan yang masih tradisional karena berpikir lebih alami dari pada yang dikemas dalam plastik. Harga yang ditawarkan tempe yang berkemasan plastik menarik dan yang masih tradisional juga sama. Jadi untuk mengatasi hal-hal demikian dan supaya usaha-usaha kecil seperti usaha membuat tempe mampu, perlu membuat strategi yang tepat agar usahanya dapat dikembangkan dan siap bersaing serta dapat bertahan dari usaha-usaha pembuat tempe yang lebih besar. Usaha kecil tempe kedelai di Jalan Flamboyan 2 No. 1 Medan ini adalah jenis usaha rumahan membuat tempe kedelai yang diproses secara tradisional dengan kemasan yang masih sederhana yaitu dengan daun pisang dan dikemas dalam plastik polos. Usaha ini dikelola seorang Ibu rumah tangga yaitu Ibu Sari yang tidak mau lagi menjadi pekerja di tempat usaha orang lain karena pendapatannya sebagai pekerja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan memilih untuk berwirausaha dan menjalankan usaha membuat tempe. Usaha tempe tersebut sudah berjalan selama 7 tahun dan belum memiliki perencanaan bisnis secara tertulis, yang dia tahu hanya bagaimana supaya tempe yang dihasilkan laku terjual dan usaha kecil ini belum memiliki karyawan tetapi sudah memiliki pelanggan-pelanggan tetap. Usaha ini membuat tempe sesuai dengan permintaan dan keinginan dari para pelanggan usaha ini. Mulai dari jumlah tempe, kemasaan, bentuk dan ukuran

tempe ini dibuat berdasarkan keinginan pelanggan dan pengusaha hanya menentukan harga. Usaha ini tidak memproduksi tempe melebihi batas pesanan yang diterima, hal ini juga dapat mengantisipasi agar tidak terjadi kerugian seperti tempe yang kelamaan terjual yang menjadi busuk. Usaha ini sudah memiliki pasar yang cukup tersebar, baik itu di pasar tradisional maupun pedagang-pedagang jajanan yang membuat jajanan dari tempe seperti gorengan. Usaha kecil pembuat tempe tersebut memiliki lokasi yang dekat dengan pasar tradisional di mana pasar tersebut setiap hari beroperasi sehingga ini merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki oleh usaha tempe ini. Walaupun usaha ini masih usaha rumahan, tetapi usaha ini sudah memiliki ijin dari Departemen Kesehatan terhadap tempe yang dihasilkan. Usaha tempe seperti ini memiliki pesaing-pesaing hebat yang lebih besar dan telah menguasai pasar yang tersebar dan harga tempe yang ditawarkan adalah sama dengan harga tempe yang dihasilkan usaha kecil ini, memberikan kemasan yang lebih menarik serta diolah dengan teknologi yang lebih modern di mana produksinya lebih banyak dibandingkan usaha kecil ini. Usaha kecil ini memang memproduksi tempe berdasarkan pesanan tetapi rata-rata sudah menghabiskan 50 kg kacang kedelai per hari dan diperhitungkan telah menghasilkan tempe 1000-an batang per harinya. Untuk dapat bersaing dan bertahan usaha ini perlu kembangkan. Dalam penelitian ini peneliti melihat referensi yang terkait dengan penelitian ini, yaitu penelitian terdahulu yang membahas mengenai strategi pengembangan bisnis/usaha. Adapun penelitian tersebut adalah :

Nurul Laela F. H (2009) dengan judul Strategi Pengembangan Industri Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten. Dari hasil penelitian diketahui bahwa: Kekuatan utama dalam mengembangkan usaha tempe yaitu kualitas dan kuantitas tempe di Kabupaten Klatenyang bagus, usaha mudah dan resiko usaha yang kecil. Sedangkan kelemahan utamanya yaitu kecilnyamodal dan sumber daya manusia yang lemah. Peluang dalam mengembangkan usaha tempe yaitudiversifikasi dan perkembangan teknologi pengolahan pangan. Sedangkan ancamannya yaitu kenaikanharga sembako dan adanya tempe dari daerah lain; Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalammengembangkan usaha tempe di Kabupaten Klaten yaitu perbaikan sarana dan prasarana produksi, dansumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah; Meningkatkandan mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe serta efisiensi penggunaan sarana dan prasaranaproduksi; Meningkatkan kualitas sumber daya pengusaha secara teknis, moral dan spiritual melaluikegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing tempe; Prioritas strategi yangdapat diterapkan dalam mengembangkan usaha tempe di Kabupaten Klaten adalah perbaikan saranadan prasarana produksi, dan sumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungandari pemerintah. Wahyuniarso. 2013. Dengan judul: Strategi Pengembangan Industri Kecil Keripik di Dusun Karangbolo Desa Lerep Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian bahwa profil industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang ada 21 pengusaha keripik. Usaha tersebut berdiri

mulai tahun 1990-2007.Kondisi SDM pada industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang dalam kondisi buruk.kondisi teknologi dalam kondisi sangat buruk.kondisi permodalan dalam kondisi buruk.kondisi pemasaran dalam kondisi kurang baik.kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis matrik SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri kecil keripik di dusun Karangbolo desa Lerep kabupaten Semarang adalah dengan strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal.artinya strategi yang diterapkan lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit yang di sebabkan oleh ancaman-ancaman. Saran yang diberikan adalah dengan mempertahankan ciri khas cita rasa produk dan meningkatkan kualitas produk dengan cara menciptakan inovasi dalam pengemasan produk, penambahan jenis produk agar memiliki daya tarik yang tinggi agar tetap mampu bersaing dengan produk lain. Dwi Vikha Soraya (2011) dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Obat Keluarga (TOGA).Dari hasil penelitian diperoleh : 1. Kekuatan yang dapat diandalkan dalam pengembangan usaha tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu sebagai obat pertolongan pertama dan bibit tanaman mudah didapat. 2. Kelemahan yang dapat diandalkan dalam pengembangan usaha tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu tanaman obat keluarga (TOGA) tidak ada harganya dan obat dari tanaman obat keluarga (TOGA) kurang praktis. 3. Peluang terbesar yang dapat diperoleh dalam pengembangan usaha tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu dibutuhkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari dan gaya hidup sehat masyarakat. 4. Ancaman terbesar yang dihadapi dalam pengembangan usaha

tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu kurangnya peminat tanaman obat keluarga (TOGA) dan obat generik. 5. Strategi pengembangan usaha tanaman obat keluarga (TOGA) ini mampu berada pada daerah IV (stabilitas/hati-hati). Hal ini berarti bahwa usaha pengembangan tanaman obat keluarga (TOGA) masih dalam stabilitas - hati-hati terutama difokuskan terhadap keunggulan produk tanaman obat keluarga (TOGA).Strategi pengembangan yang digunakan pada usaha pengembangan tanaman obat keluarga (TOGA) yaitu memfokuskan pada keunggulan produk tanaman obat keluarga (TOGA) dan Menggalakan sosialisasi pemanfaatan budidaya tanaman obat keluarga (TOGA). Jaka Sriyana dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM).Dari hasil kajian, maka diperoleh beberapa masalah yang dihadapi oleh UKM di Kabupaten bantul, Provinsi DIY, antara lain: (1) pemasaran, (2) modal dan pendanaan, (3) inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi, (4) pemakaian bahan baku, (5) peralatan produksi, (6) penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja, (7) rencana pengembangan usaha, dan (8) kesiapan menghadapi tantangan lingkungan eksternal. Berkaitan dengan berbagai masalah yang dihadapai UKM, maka diperlukan strategi untuk mengatasinya.untuk mengembangankan UKM tentu saja tidak hanya dibebankan pada UKM sendiri namun harus memperoleh dukungan seluruh stakeholders.dukungan termaksud diharapkan datang dari asosiasi pengusaha, perguruan tinggi, dinas/instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi.di samping itu diperlukan kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan UKM.Pengembangan

UKM di Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada dasarnya adalah percepatan transformasi UKM dari fase formasi menuju fase stabilisasi. Alfi Amalia, Wahyu Hidayat & Agung Budiatmo (Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis 2012) dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada UKM Batik Semarangan di kota Semarang. Hasil dari penelitian ini adalah penelitian ini menghasilkan 13 strategi, yaitu (1) menggunakan teknologi modern, (2) mempertahankan kualitas, (3) mengembangkan usaha, (4) mengadakan pelatihan, (5) merekrut tenaga ahli, (6) pengadaan pembukuan, (7) bekerja sama dengan pedagang besar batik, (8) meningkatkan promosi, (9) menawarkan produk ke organisasi, (10) meningkatkan kualitas pelayanan, (11) meningkatkan desain motif, (12) menambah modal, dan (13) menambah saluran distribusi. Dari beberapa fenomena di atas menimbulkan ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha. Peneliti ingin mengkaji Strategi pengembangan usaha kecil tempe kedelai di Jl. Flamboyan 2 No.1 Medan. Pada penelitian ini peneliti membuat judul Strategi Pengembangan Usaha Kecil (Studi Deskriptif Pada Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL.Flamboyan 2 No.1 Medan). 1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Strategi Pengembangan Pada Usaha Kecil Tempe Kedelai di Jl. Flamboyan 2 No. 1 Medan?. 1.3.Batasan Masalah Peneliti menyadari bahwa begitu luas masalah-masalah penelitian ini yang banyak menggunakan waktu, materi dan lain-lain. Sehingga peneliti memilih untuk membatasi permasalahannya dengan menggunakan analisis SWOT hanya pada faktor eksternal dan internal dalam perspektif SWOT (IFAS dan EFAS) dan matriks SWOT. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui, mengerti serta memahami strategi pengembangan apa yang akan digunakan usaha kecil tempe kedelai di Jl. Flamboyan 2 No. 1 Medan dengan menggunakan analisis SWOT. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah/teoritis 1) Memperkaya pengetahuan ilmiah dalam hal strategi pengembangan usaha/ bisnis dengan menggunakan analisis SWOT. 2) Referensi bagi peneliti-peneliti lain di masa mendatang yang mengkaji hal yang relevan dengan penelitian ini. Manfaat Praktis

1) Referensi bagi usaha kecil tempat penelitian dilakukan supaya dapat mengembangkan usahanya dengan strategi yang tepat. 2) Memberikan kesempatan kepada peneliti lain bahwa usaha kecil dapat menjadi sarana untuk pembelajaran melalui penelitian ilmiah.