BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. geografis Indonesia yang demikian menempatkan Indonesia di posisi silang,

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo

Definisi dan Jenis Bencana

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB II JENIS-JENIS BENCANA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

`BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan, baik oleh masyarakat

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DISASTER MAP. 2.1 Pengertian bencana

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API GAMALAMA DI PERMUKIMAN KAMPUNG TUBO KOTA TERNATE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

SUSUNAN PERTANYAAN WAWANCARA PERTANYAAN WAWANCARA KEPADA INFORMAN KUNCI. Mitigasi Bencana Erupsi Gunung Sinabung?

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

Definisi dan Jenis Bencana

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

Empowerment in disaster risk reduction

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan

Definisi Bencana (2) (ISDR, 2004)

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

Rumah Tahan Gempabumi Tradisional Kenali

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas. Dalam Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dikenal pengertian dan beberapa istilah terkait dengan bencana. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca bencana (post event) berupa emergency response dan recovery daripada kegiatan sebelum bencana berupa disaster reduction/mitigation dan disaster preparedness. Indonesia merupakan negara yang memiliki jenis bencana cukup lengkap antara lain gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, tanah longsor, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, angin puting beliung, abrasi, gelombang laut pasang. Salah satu jenis bencana yang ada seperti letusan gunung berapi dimana negara Indonesia dihuni banyak gunung berapi, setidaknya ada 240 gunung berapi yang tersebar di berbagai daerah, 70 di antaranya masih aktif dan suatu saat bisa meletus. Rangkaian Busur api merupakan 1

2 bagian dari The Pacific Ring of Fire untaian itu berawal dari Kamchatka Alaska, Jepang, Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Sulawesi dan Filipina dimana bentangan ini merupakan daerah gunung api terpanjang di dunia (Blair, 2012). Kabupaten Karo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dan termasuk wilayah rawan bencana akibat adanya gunung berapi yang terletak di kabupaten tersebut. Kondisi geografis Kabupaten Karo yang merupakan daerah pegunungan dan lembah juga menyebabkan daerah tersebut rawan terhadap ancaman bahaya tanah longsor. Daerah di sekitar lereng Gunung Sinabung dihuni oleh penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai petani, ada lima desa yang paling rawan terhadap ancaman gunung meletus dan tanah longsor dimana akses jalan masuk ke desa tersebut ke ibukota kabupaten tidak banyak. Kondisi tiga tahun terakhir Gunung Sinabung telah menunjukkan aktivitasnya, sejak tahun 2010 telah meletus untuk pertama kali sejak empat ratus tahun terakhir kemudian bulan Nopember 2013 dan bulan Oktober 2014 juga telah menunjukkan aktivitas erupsi yang meningkat. Setiap wilayah di negara Indonesia memiliki karakteristik kondisi geografis yang berbeda untuk kondisi sekitar Gunung Sinabung yang memiliki tanah subur menyebabkan pemanfaatan ruang selama ini digunakan oleh warga sekitar untuk kegiatan pertanian yang menghasilkan komoditas sayur mayur dan buah buahan yang didominasi buah jeruk. Kabupaten Karo merupakan salah satu pusat penghasil terbesar produk sayuran di Provinsi Sumatra Utara bahkan sebagian wilayah Nanggroe Aceh Darussalam juga bergantung hasil produksi sayuran dari kabupaten ini. Tanah di sekitar gunung berapi yang subur menjadi daya tarik masyarakat untuk memilih tinggal disana dengan harapan akan keuntungan yang diperoleh dari sektor

3 pertanian, namun tinggal di sekitar gunung berapi juga memiliki resiko adanya bencana berupa letusan gunung berapi yang sewaktu waktu mengancam kehidupan masyarakat tersebut. Prinsip utama dalam penanggulangan bencana adalah prioritas kepada usaha untuk menyelamatkan jiwa manusia saat meletusnya gunung berapi. Adapun salah satu usaha yang pertama dilakukan adalah secepatnya melakukan evakuasi terhadap para korban bencana ke tempat yang dianggap paling aman dari erupsi gunung berapi. Berdasarkan data dari Badan Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG) tercatat sejak akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 terjadi lebih dari 750 kali erupsi Gunung Sinabung yang menyebabkan adanya ancaman terhadap kehidupan masyarakat di kawasan rawan bencana antara lain oleh aliran awan panas, abu vulkanik, guguran lava pijar, aliran lahar dingin, gas beracun yang menyebabkan kerusakan dan kerugian pada kawasan pemukiman, kawasan pertanian dan infrastruktur publik. Kondisi tersebut memaksa masyarakat segera mengungsi menuju tempat yang paling aman dan saat melakukan proses perpindahan manusia, barang maupun hewan yang melewati jalur evakuasi adapun jalur evakuasi sebagai prasarana dalam proses evakuasi menjadi salah satu prasarana utama dalam mengurangi korban jiwa maupun luka baik manusia, hewan diharapkan jalur evakuasi dapat dipergunakan setiap saat apabila bencana erupsi gunung berapi terjadi pada waktu yang tidak dapat diprediksi kedatangannya. Dari permasalahan permasalahan yang diuraikan diatas, maka perlu diadakan suatu penelitian tentang efektivitas jalur evakuasi saat digunakan ketika erupsi Gunung Sinabung terjadi sejak akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 melalui respon masyarakat yang menggunakan jalur evakuasi tersebut, serta untuk mengetahui faktor

4 faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas jalur evakuasi kawasan rawan bencana II Gunung Sinabung. 1.2 Perumusan Masalah Pada saat meletusnya Gunung Sinabung akhir tahun 2013, Januari 2014 hingga Oktober 2014 menyebabkan lebih dari 35 ribu jiwa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Gunung Sinabung dengan ketinggian 2.460 m selama 400 tahun belakangan tidak menunjukkan peningkatan aktivitasnya sehingga gunung tersebut dimasukkan dalam Kategori B, kondisi ini secara tidak langsung telah menyebabkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana menjadi berkurang. Jalur evakuasi di Kabupaten Karo sudah mulai diprogramkan pembangunannya pasca meletusnya Gunung Sinabung tahun 2010 namun masih bersifat program peningkatan di kawasan rawan bencana III. Prinsip dasar dalam proses evakuasi adalah bagaimana dapat melakukan perpindahan penduduk daerah terdampak bencana dalam waktu yang cepat dan aman namun yang menjadi permasalahan adalah belum ada ukuran sejauhmana tingkat efektivitas jalur tersebut dalam memenuhi fungsinya melayani evakuasi pengungsi menuju tempat yang dianggap paling aman dari ancaman erupsi gunung berapi. Pandangan masyarakat ketika memanfaatkan jalur evakuasi akan dapat mengidentifikasi tingkat efektivitas jalur evakuasi tersebut. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana respon masyarakat terhadap pemanfaatan jalur evakuasi masa tanggap darurat?

5 2. Sejauhmana tingkat efektivitas pemanfaatan jalur evakuasi kawasan rawan bencana II Gunung Sinabung? 3. Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat efektivitas pemanfaatan jalur evakuasi tersebut? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap kondisi jalur evakuasi tersebut. 2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas jalur evakuasi tersebut. 3. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas jalur evakuasi Gunung Sinabung. 1.5 Manfaat Penelitian. 1. Memperkaya Khasanah keilmuan dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya maupun elemen yang terkait dengan penanggulangan bencana Gunung Sinabung. 2. Memberi masukan kepada pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), konsultan maupun masyarakat dalam evaluasi keberadaan jalur evakuasi Gunung Sinabung. 1.6 Batasan Penelitian Agar penelitian ini terfokus pada pokok permasalahan di atas, perlu dilakukan batasan penelitian sebagai berikut: 1. Respon masyarakat yang dikaji adalah tanggapan terhadap kondisi jalur evakuasi yang mereka gunakan saat proses evakuasi bulan Nopember, Desember 2013 berupa pengamatan pengungsi atas kondisi sarana dan prasarana jalur evakuasi

6 (respon afektif) kondisi permukaan jalur yang diinginkan pengungsi (respon orientatif), kesulitan yang dirasakan (respon kategoris), identifikasi dampak berdasarkan apa yang dialami berupa tingkat kepuasan penggunaan jalur evakuasi (respon sistematis) serta upaya penghuni dalam merespon kondisi yang ada baik saran dan harapan mereka (respon manipulatif) 2. Masyarakat/ pengungsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang tinggal di desa pada kawasan rawan bencana II, pada saat erupsi mengungsi dan menggunakan jalur evakuasi menuju tempat yang lebih aman, responden berusia di atas 17 tahun tanpa membedakan tingkat pendidikan dan pekerjaan. 3. Studi dilakukan di 10 desa kawasan rawan bencana 2 yang masuk dalam wilayah administrasi 4 kecamatan yaitu kecamatan Naman Teran meliputi Desa Sukanalu dan Desa Kuta Tonggal, Kecamatan Payung meliputi Desa Payung, Desa Guru Kinayan dan Desa Selandi, Kecamatan Tiganderket meliputi Desa Perbaji, Desa Mardinding dan Desa Temburun, kecamatan Simpang Empat meliputi Desa Gamber dan Desa Berastepu. 4. Pemilihan lokasi studi ditentukan berdasarkan pusat kawasan pemukiman setiap Desa (mengelompok), dengan mendatangi langsung ke rumah masyarakat, ke tempat kumpul masyarakat (umumnya kedai kopi) sedangkan untuk warga Desa Sukanalu, Desa Guru Kinayan, dan Desa Berastepu serta sebagian Desa Perbaji peneliti mendatangi ke tempat pengungsian mereka di GBKP Jl. Kutacane Kabanjahe, serta tempat sanak keluarga mereka di Kabanjahe dan Berastagi. 5. Parameter yang diteliti adalah aspek sarana dan prasarana jalur evakuasi meliputi kondisi fisik (tingkat kerusakan permukaan, panjang dan lebar jalur, kondisi

7 permukaan pada saat mengungsi serta jumlah, letak, ukuran dan warna rambu evakuasi, penerangan jalur evakuasi), tanggal mengungsi, lama waktu evakuasi, cara evakuasi, tujuan lokasi evakuasi, ada tidaknya sosialisasi kepada warga, jenis permukaan jalur yang diinginkan serta tingkat kemacetan yang mereka alami pada saat evakuasi. 1.7 Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti, penelitian tentang efektivitas jalur evakuasi dan respon masyarakat kawasan rawan bencana II terhadap pemanfaatan jalur evakuasi belum pernah dilakukan ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan efektivitas, respon masyarakat, dan faktor faktor yang mempengaruhi yang sudah pernah dilakukan, yaitu :

8 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul Tesis Nama Peneliti Metode Penelitian Tujuan Penelitian 1 Faktor faktor yang menimbulkan kemacetan Dyayadi metode analisis mengetahui faktor faktor yang lalu lintas. Studi kasus di beberapa ruas (2000) statistik deskriptif menyebabkan kemacetan lalu lintas di jalan di kota Samarinda kota samarinda. 2 Respon penghuni perumahan sederhana Bambang metode deduktif mengetahui respon penghuni perumahan terhadap penyediaan prasarana dan layanan Feriyanto sederhana terhadap kondisi penyediaan transportasi. Studi kasus di 3 (tiga) kawasan (2008) prasaranan dan layanan transportasi perumahan di kota Pekanbaru). serta mencari faktor faktor yang mempengaruhi respon penghuni. 3 Evaluasi kinerja lalu lintas. Studi kasus di Rudi Hartono metode kuantitatif melakukan evaluasi kinerja lalu lintas di beberapa ruas jalan di kota Kudus (2001) dan metode kualitatif beberapa ruas jalan di kota Kudus. Sumber : Analisis penulis, 2014

1.8 Sistematika Penulisan Proposal Penelitian ini disusun dalam beberapa bagian, yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penelitian dan keaslian penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi kajian ilmu atau teori dari berbagai macam literatur baik berupa buku, jurnal, tesis, dan lain sebagainya. BAB III METODE PENELITIAN Berisi pendekatan, metode penelitian, materi penelitian, sumber data, cara dan tahapan pengumpulan data, variabel penelitian, prosedur penelitian dan skema penelitian. BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Berisi gambaran umum, deskripsi Gunung Sinabung, wilayah penelitian, jalur evakuasi, pemanfaatan jalur evakuasi, dampak meletusnya Gunung Sinabung, respon pemerintah terhadap pengungsi, kronologis letusan Gunung Sinabung. BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL Berisi kronologis proses evakuasi, deskripsi sampel penelitian, respon masyarakat, efektivitas jalur evakuasi, faktor yang mempengaruhi efektivitas jalur evakuasi, analisa hasil penelitian. BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi Kesimpulan dan Rekomendasi 9