ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 METODE PENELITIAN. Tikus wistar diadaptasi di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu

KORELASI ANTARA BESAR ARUS LISTRIK MELALUI MEDIUM AIR DENGAN KERUSAKAN HISTOPATOLOGI OTOT GASTROKNEMIUS TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

HUBUNGAN LAMA PAPARAN ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK DI AIR TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN OTOT EKSTREMITAS TIKUS WISTAR

HUBUNGAN PAPARAN ARUS LISTRIK SECARA LANGSUNG TERHADAP KERUSAKAN HISTOPATOLOGIK OTOT GASTROKNEMIUS TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

EFEK PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIUM AIR TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA VARIASI BESAR PAPARAN ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK TERHADAP WAKTU KEJADIAN KEMATIAN TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIA AIR TAWAR DAN AIR LAUT

BAB IV METODE PENELITIAN

EFEK PAPARAN ARUS LISTRIK SECARA LANGSUNG TERHADAP KERUSAKAN HISTOPATOLOGI OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagnosis mengenai sebab kematian sengatan listrik ditegakkan bila terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIS KULIT TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK PADA MEDIA AIR TAWAR DAN AIR LAUT JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

Efek Paparan Arus Listrik terhadap Jumlah Titik Hiperkontraksi Otot Jantung dan Kadar Kreatin Kinase - MB Serum Tikus Wistar

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN

Efek Paparan Arus Listrik terhadap Jumlah Titik Hiperkontraksi Otot Gastrocnemius dan Kadar Kreatin Kinase Serum Tikus Wistar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. 1 Kerusakan yang timbul

PERBEDAAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR AKIBAR PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIA AIR TAWAR DAN AIR LAUT

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HEPAR SELAMA 28 HARI (Studi pada tikus wistar)

BAB I PENDAHULUAN. ialah muatan listrik yang bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pemeliharaan hewan coba dilakukan di Animal Care Universitas Negeri

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

PERBANDINGAN ANTARA DURASI WAKTU PEMBEKUAN TERHADAP TERJADINYA PEMBUSUKAN JARINGAN HEPAR PADA KELINCI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK (AC) DI AIR TERHADAP KERUSAKAN OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISA GAMBARAN POST MORTEM MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS OTAK DAN HATI PADA TIKUS WISTAR SETELAH PEMBERIAN WARFARIN LD-50 DAN LD-100

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB 6 PEMBAHASAN. 6.1 Korelasi antara paparan arus listrik dosis bertingkat dengan jumlah titik hiperkontraksi serabut otot jantung

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu Anatomi, Patologi Anatomi dan

HUBUNGAN ANTARA BESARNYA PAPARAN KUAT ARUS LISTRIK BOLAK-BALIK DI DALAM AIR TERHADAP GAMBARAN KERUSAKAN OTOT INTERKOSTALIS TIKUS WISTAR

PENGARUH RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU TIKUS WISTAR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

PERBEDAAN KERUSAKAN OTOT JANTUNG TIKUS WISTAR AKIBAT PAPARAN ARUS LISTRIK SECARA LANGSUNG DAN MELALUI MEDIA AIR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi,

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA TRAKEA HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu farmakologi khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Kesehatan Jiwa, dan Patologi Anatomi. ini akan dilaksanakan dari bulan Februari-April tahun 2016.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

ABSTRACT THE EFFECT OF CALCIUM AND VITAMIN D TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF WISTAR MALE RAT S KIDNEY WITH THE INDUCED OF HIGH LIPID DIET

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA BRONKUS HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Anestesiologi. proposal disetujui.

PERBANDINGAN ANTARA DURASI WAKTU PEMBEKUAN TERHADAP TERJADINYA PEMBUSUKAN JARINGAN PARU-PARU PADA KELINCI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Medikolegal, Ilmu Kejiwaan, dan Ilmu Farmakologi. Semarang (UNNES) untuk pengandangan hewan coba, ekstraksi bahan, dan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB IV METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu

PERBANDINGAN ANTARA DURASI WAKTU PEMBEKUAN TERHADAP TERJADINYA PEMBUSUKAN JARINGAN GINJAL PADA KELINCI LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

EFEK REMOTE ISCHEMIC PRECONDITIONING TERHADAP KADAR CKMB TIKUS WISTAR PASCA INFARK MIOKARD YANG DIINDUKSI ISOPROTERENOL LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group

PENGARUH PARASETAMOL DOSIS ANALGESIK TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS HATI TIKUS WISTAR JANTAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

PENGARUH RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOMORFOMETRI LIMPA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TUBULUS PROKSIMAL GINJAL TIKUS WISTAR

PENGARUH PEMBERIAN METHANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT BALB/C

BAB III METODE PENELITIAN. Anatomi, Ilmu Jiwa, dan Ilmu Farmakologi. dengan desain penelitian Post Test Only Control Group Design dimana

Perbandingan Pemberian Brodifakum LD50 dan LD100 terhadap Perubahan Gambaran Patologi Anatomi Gaster Tikus Wistar

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi,

BAB III METODE PENELITIAN. design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada

PENGARUH LAMA WAKTU KEMATIAN TERHADAP KEMAMPUAN PERGERAKAN SILIA NASOPHARYNX HEWAN COBA POST MORTEM YANG DIPERIKSA PADA SUHU KAMAR DAN SUHU DINGIN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Biokimia.

Efek Paparan Arus Listrik terhadap Jumlah Titik Hiperkontraksi Otot Gastrocnemius dan Kadar Kreatin Kinase Serum Tikus Wistar

Transkripsi:

1 PERBEDAAN EFEK PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIUM AIR TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK OTOT GASTROCNEMIUS EKSTREMITAS KIRI DEPAN DENGAN KANAN DEPAN TIKUS WISTAR THE DIFFERENCE OF HISTOPATOLOGIC PRESENTATION AFTER ELECTRICAL INSULT IN FRESH WATER BETWEEN GASTROCNEMIUS MUSCLE LEFT UPPER LIMB AND RIGHT UPPER LIMB ON WISTAR RATS ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum ULFAH PERMATASARI G2A 006 190 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2010

2 PERBEDAAN EFEK PAPARAN ARUS LISTRIK MELALUI MEDIUM AIR TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK OTOT GASTROCNEMIUS EKSTREMITAS KIRI DEPAN DENGAN KANAN DEPAN TIKUS WISTAR Ulfah Permatasari 1, Hadi 2, Gatot Suharto 2 ABSTRAK Latar belakang: Kematian akibat trauma listrik melalui medium air, memiliki tanda yang tidak spesifik. Hal ini menyebabkan sulitnya penegak hukum untuk mencari sampel yang tepat pada korban sebagai alat bukti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan efek paparan arus listrik melalui medium air terhadap gambaran histopatologik yang berupa hiperkontraksi otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan kanan depan tikus Wistar. Metode: Penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian post test only group design. Sampel 24 ekor tikus Wistar terbagi atas 4 kelompok perlakuan, tiap kelompok terdiri atas 6 ekor tikus Wistar. Kelompok P1(1-30 ma), P2(31-60 ma), P3(61-90 ma), P4(91-120 ma), masing-masing kelompok diberikan paparan arus listrik melalui medium air dengan kuat arus yang telah ditentukan untuk masing-masing kelompok selama 60 detik. Organ yang digunakan adalah otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dan kanan depan, kemudian dilakukan pengecatan Hematoksilin Eosin. Gambaran histopatologik yang berupa hiperkontraksi dihitung pada lima lapangan pandang dalam satu preparat dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 400X. Hasil: Uji hipotesis independent-t test didapatkan hasil tidak adanya perbedaan yang bermakna pada semua kelompok perlakuan (X1 p=0,234; X2 p=0,819; X3 p=0,496; X4 p=0,569) atau (p>0,05) antara otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan kanan depan yang mengalami hiperkontraksi karena paparan arus listrik melalui medium air. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan efek paparan arus listrik melalui medium air terhadap gambaran histopatologik yang berupa hiperkontraksi otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan kanan depan tikus Wistar. Kata kunci: arus listrik, medium air, otot gastrocnemius, hiperkontraksi 1 Mahasiswa program pendidikan S-1 kedokteran umum FK Undip 2 Staf pengajar Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

3 THE DIFFERENCE OF HISTOPATOLOGIC PRESENTATION ELECTRICAL INSULT IN FRESH WATER BETWEEN GASTROCNEMIUS MUSCLE LEFT UPPER LIMB AND RIGHT UPPER LIMB ON WISTAR RATS ABSTRACT Background: electrocution in water had no specific mark. This phenomenon caused difficulties in proofing human deaths by electrical current for judge. This study was aimed to prove the difference of histopatologic presentation after electrical insult in fresh water between gastrocnemius muscle left upper limb and right upper limb on Wistar rats. Methods: This was a laboratory experimental study with post test only group design, using 24 wistar rats divided into 4 groups through simple random sampling. The first group (P1) received 1 30 ma of electrical current, the second (P2) received 31 60 ma, the third (P3) received 61 90 ma, and the last (P4) received 91 120 ma of electrical current. These currents were received through fresh water in 60 seconds. After electrocution in fresh water was performed then the decapitation of the rats in order to gain the gastrocnemius muscles of left upper limbs and right upper limbs. These muscles were made into histopatological specimens and the hypercontractions were counted. Statistical analysis was conducted by using the independent-t test each group. Result: Due to the analysist of the mean score there was no significant difference between left upper limbs and the right upper limbs in every group because p>=0,05 (p=0.234; p=0.819; p=0.496; and p=0.569 respectively). Conclusion: there is no different of histopatologic presentation after electrical insult in fresh water between gastrocnemius muscle left upper limb and right upper limb on Wistar rats. Keywords: electrical current, hypercontraction. water conduction, gastrocnemius muscle,

4 PENDAHULUAN Kasus kematian akibat trauma listrik ini, merupakan salah satu diantara banyak penyebab kematian tidak wajar dalam masyarakat, tanpa tanda-tanda postmortem yang khas. Arus listrik baru didiagnosa sebagai penyebab kematian jika, ditemukan konduktor listrik disekitar tempat kejadian perkara, adanya saksi yang melihat secara langsung bahwa telah terjadi paparan listrik pada korban atau jika ditemukan adanya luka bakar tanpa diketahui adanya penyebab yang lain. 1 Korban yang dicurigai meninggal secara tidak wajar, harus ditemukan diagnosa pasti penyebab kematiannya dan bukan berdasarkan penyingkiran kemungkinan sebabsebab lain, karena suatu pidana dapat dijatuhkan pada seseorang oleh pengadilan, bila ada alat bukti yang syah. 2 Kematian akibat trauma listrik tidak hanya terjadi karena kontak langsung dengan sumber listrik, namun dapat juga terjadi melalui medium air, seperti kejadian saat di kamar mandi maupun saat di kolam renang. 1 Air merupakan salah satu konduktor untuk listrik. Air, erat pula kaitannya dengan kehidupan manusia, hal inilah yang menambah daftar kematian akibat trauma listrik. 3 Air sebagai mediator, dapat membuat tahanan tubuh menjadi rendah. Sifat air inilah yang menyebabkan, tidak cukupnya jumlah produksi panas pada trauma akibat listrik melalui medium air, untuk meningkatkan suhu mencapai titik lepuh, sehingga tidak menimbulkan luka bakar spesifik pada kulit, namun menimbulkan kerusakan jaringan yang semakin besar. 4, 5 Terdapatnya tahanan yang besar pada kulit basah membuat electrical mark memjadi tidak terbentuk, namun ditemukan adanya garis merah yang terbentuk pada berbatasan antara bagian tubuh yang terendam air dan bagian tubuh yang tidak terendam air. Fenomena ini disebut border zone phenomenon, yang tidak selalu dapat ditemukan pada kasus sengatan listrik di air. Literature forensic Holzer menyebutkan bahwa garis tersebut sejajar dengan permukaan air, pucat dan tidak berbeda bentuk dengan perubahan post-mortem. 6 Pendapat inilah yang membuat tanda tersebut tidak dapat dikatakan sebagai tanda spesifik pada trauma akibat listrik melalui medium air.

5 Penelitian yang dilakukan oleh Smith, menggunakan paparan arus listrik dalam dosis yang tidak mematikan pada hewan coba anjing dan sampel otot diambil tujuh hari setelah paparan arus listrik diberikan. 7 Belum ada penelitian yang menggunakan paparan arus listrik dalam dosis yang mematikan (lethal dose), hal inilah yang membuat peneliti melakukan penelitian pendahuluan menggunakan arus listrik dalam dosis yang mematikan menggunakan hewan coba berupa tikus Wistar dan sampel otot diambil sesaat setelah tikus mati karena paparan arus listrik. Hasilnya, tidak didapatkan gambaran nekrosis pada serabut otot gastrocnemius, namun didapatkan gambaran hiperkontraksi pada serabut otot gastrocnemius, sehingga pada penelitian selanjutnya, gambaran histopatologi yang diamati pada otot gastrocnemius akan difokuskan pada hiperkontraksi pada serabut otot gastrocnemius. Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian eksperimental untuk menganalisis perbedaan efek paparan arus listrik melalui medium air terhadap gambaran histipatologik yang berupa hiperkontraksi otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan kanan depan tikus Wistar. Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus Wistar karena secara kode etik tidak mungkin melakukan eksperimen pada manusia dan karena sifat tikus Wistar homolog dengan manusia. 8 METODE Penelitian ini meliputi bidang Forensik, Patologi Anatomi, Fisika, dan Histologi. Penelitian dilakukan dalam selang waktu Maret-Mei 2010 di laboratorium Konversi Energi Listrik dan Sistem Tenaga Teknik Elektro UNDIP, laboratorium Patologi Anatomi FK UNDIP, laboratorium Biologi UNNES. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain penelitian post test only group design menggunakan tikus Wistar jantan sehat dengan berat badan 150-200 gram sebagai obyek penelitian. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pemberian arus listrik pada tikus Wistar melalui medium air.

6 Keluaran (outcome) yang dinilai adalah gambaran histopatologi otot yang berupa jumlah hiperkontraksi serabut otot gastrocnemius tikus Wistar. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah besar arus listrik bolak balik (AC). Pengukuran besar arus listrik AC menggunakan alat Ampemeter dengan satuan mili Ampere dalam skala ordinal. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah jumlah hiperkontraksi serabut otot gastrocnemius tikus Wistar sebagai gambaran histopatologi otot. Penghitungan jumlah hiperkontraksi serabut otot gastrocnemius tikus Wistar, menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x dalam skala interval. Besar sampel berdasarkan kriteria WHO yaitu setiap kelompok terdiri minimal atas 5 sampel. Penelitian ini menggunakan 6 sampel untuk tiap kelompok. Terdapat 4 kelompok perlakuan, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 24 tikus Wistar. Adaptasi 24 ekor tikus Wistar jantan selama 7 hari di laboratorium dengan kandang tunggal dan diberi pakan standar serta minum secukupnya. Pada hari kedelapan, membagi tikus Wistar menjadi 4 kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus Wistar yang dipilih secara acak. Setiap kelompok tikus Wistar diberi tanda dengan asam pikrat pada daerah yang berbeda yaitu kepala, punggung, ekor, dan kaki, kemudian ditimbang berat badannya. Memberikan paparan arus listrik melalui medium air selama 60 detik pada kelompok P1(1-30 ma), P2(31-60 ma), P3(61-90mA), dan P4(91-120mA) dengan cara mencelupkan ujung konduktor ke dalam wadah kaca/ aquarium berukuran 20,5 x 19,5 x 14,5 sentimeter yang diisi air sumur artesis sebanyak 0,5 liter. Mematikan hewan coba yang belum mati dengan cara dekapitasi leher. Membuat irisan pada kulit betis ektremitas tikus Wistar dengan menggunakan pisau. Memisahkan otot dari lapisan kulit, fasia, dan jaringan subkutan di atasnya. Kemudian mengambil setengah otot gastrocnemius bagian bawah (distal). Sampel otot tersebut diletakkan pada tabung berisi cairan pengawet bufer formalin 10% dengan perbandingan 1 bagian otot dan 9 bagian bufer formalin 10 %. Meletakkan tabung berisi sampel otot gastrocnemius tikus Wistar ke rak tabung kemudian diserahkan ke analis guna mengolahnya mengikuti metode baku histologi dengan pewarnaan

7 Hematoxylin-Eosin. Setiap sampel otot dibuat preparat dengan potongan longitudinal. Preparat tersebut akan dibaca oleh seorang dokter spesialis patologi anatomi dan peneliti. Pembacaan preparat dalam lima lapangan pandang dengan perbesaran 400x. Sasaran yang dibaca adalah hiperkontraksi serabut otot sebagai gambaran histopatologi otot gastrocnemius. Data pemeriksaan dicatat dalam formulir untuk kemudian dianalisis. Data diolah dengan program SPSS 15 for Windows dan dilakukan uji normalitas. Untuk uji hipotesis menggunakan statistic parametric Independent-t test.. HASIL Perbedaan efek paparan arus listrik melalui medium air terhadap gambaran histopatologik yang berupa hiperkontraksi otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan kanan depan tikus Wistar, dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Perbedaan jumlah hiperkontraksi otot gastrocnamius ekstremitas kiri depan dengan kanan depan karena paparan arus listrik melalui medium air. p Besar kiri depan kanan depan arus Rerata Rerata listrik (simpang baku) (simpang baku) 1-30 ma 103,3 (37,73) 31-60mA 205,1 (54,32) 61-90mA 268,3 (138,99) 91-120mA 342,0 (106,86) Uji t-tidak berpasangan 135,8 (50,19) 197,5 (58,55) 318,6 (105,32) 313,0 (55,69) 0,234 0,819 0,496 0,569 Gambar 1. Gambar serabut otot gastrocnemius tikus Wistar karena paparan arus listrik bolak balik melalui medium air.

8 hiperkontraksi a. Kaki kiri depan hiperkontraksi a. Kaki kanan depan Keterangan : a, b potongan longitudinal ½ bagian distal otot gastrocnemius tikus Wistar, dengan mikroskop cahaya pembesaran 400X tampak gambaran hiperkontraksi serabut otot sebagai efek paparan arus listrik 1-30 ma. Foto: Arfi Syamsun, 2010. hiperkontraksi

9 a. Kaki kiri depan hiperkontraksi b. Kaki kanan depan Keterangan : a, b potongan longitudinal ½ bagian distal otot gastrocnemius tikus Wistar, dengan mikroskop cahaya pembesaran 400X tampak gambaran hiperkontraksi serabut otot sebagai efek paparan arus listrik 31-60 ma. Foto:Arfi Syamsun, 2010.

hiperkontraksi a. Kaki kiri depan hiperkontraksi b. Kaki kanan depan Keterangan : a, b potongan longitudinal ½ bagian distal otot gastrocnemius tikus Wistar, dengan mikroskop cahaya pembesaran 400X tampak gambaran hiperkontraksi serabut otot sebagai efek paparan arus listrik 61-90 ma. Foto :Arfi Syamsun, 2010. hiperkontraksi 10

a. Kaki kiri depan hiperkontraksi b. Kaki kanan depan Keterangan : a, b potongan longitudinal ½ bagian distal otot gastrocnemius tikus Wistar, dengan mikroskop cahaya pembesaran 400X tampak gambaran hiperkontraksi serabut otot sebagai efek paparan arus listrik 91-120 ma. Foto: Arfi Syamsun, 2010. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata jumlah hiperkontraksi otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan otot gastrocnemius ekstremitas kanan depan setelah terpapar arus listrik melalui medium air. Hal ini sesuai dengan teori bahwa sengatan listrik melalui medium air memiliki entry point dan exit point yang tidak jelas. 1 Elektron-elektron dalam arus listrik akan dibawa oleh ion-ion yang terlarut dalam air, sehingga elektronelektron tersebut dapat memasuki tubuh korban melalui area yang luas. 9 Arus listrik yang masuk dalam tubuh akan masuk melalui kontak pertama lalu mengalir melalui sel-sel dalam tubuh dan keluar melalui kontak terakhir, pada keadaan ini arus listrik terkonsentrasi atau memiliki kepadatan tertinggi pada kontak pertama dan kontak terakhir sehingga kerusakan jaringan terbanyak 6, 10 didapatkan pada daerah tersebut. 11

Arus listrik selalu mencari rute terpendek dan tercepat saat melewati tubuh dari entry point menuju exit point. 1, 3, 11 Sengatan listrik akan menjadi sangat berbahaya apabila melewati organ vital tubuh seperti jantung, otot-otot pernafasan dan otak. 2, 7, 12 Belum jelasnya entry dan exit point pada paparan arus listrik melalui medium air inilah yang dapat membuat kemungkinan arus listrik melewati organ vital tubuh dan menyebabkan kematian. Energi listrik yang langsung berpengaruh pada organ tubuh menyebabkan potensial membran pada organ yang terkait menjadi terganggu. 3, 11 Sengatan listrik dapat menyebabkan proses electroporasi yaitu pembentukan lubang-lubang pada membran sel, sehingga terjadi kematian sel tanpa adanya pemanasan yang signifikan. 11 Electroporasi yang terjadi, menyebabkan kerusakan sel sehingga permeabilitas sel terrganggu dan memicu timbulnya tetani. 8 Gambaran tetani pada jaringan otot secara mikroskopis, tampak sebagai serabut otot yang bergelombang (hiperkontraksi). 13 Sengatan listrik melalui medium air, memiliki kerusakan jaringan terbanyak pada daerah yang terkena air, hal ini didukung pula oleh sifat air yang dapat menurunkan nilai tahanan kulit sehingga meningkatkan bahaya dari sengatan arus listrik itu sendiri. 1, 4 Tingkat kerusakan jaringan mungkin juga terjadi karena belum jelasnya entry dan exit point pada trauma akibat listrik melalui medium air, hal ini memungkinkan semua bagian tubuh yang terkena air dapat menjadi entry maupun exit point. 1 SIMPULAN 1. Tidak terdapat perbedaan jumlah hiperkontraksi otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan otot gastrocnemius ekstremitas kanan depan karena paparan arus listrik (1-30 ma) melalui medium air. 2. Tidak terdapat perbedaan jumlah hiperkontraksi otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan otot gastrocnemius ekstremitas kanan depan karena paparan arus listrik (31-60 ma) melalui medium air. 12

3. Tidak terdapat perbedaan jumlah hiperkontraksi otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan otot gastrocnemius ekstremitas kanan depan karena paparan arus listrik (61-90 ma) melalui medium air. 4. Tidak terdapat perbedaan jumlah hiperkontraksi otot gastrocnemius ekstremitas kiri depan dengan otot gastrocnemius ekstremitas kanan depan karena paparan arus listrik (91-120 ma) melalui medium air. SARAN Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis kerusakan otot pada bagian tubuh yang kering dengan bagian tubuh yang basah dalam satu individu karena paparan arus listrik melalui medium air. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada dr. Hadi, Msi.Med, dr. Gatot Suharto, SH, SpF,Mkes serta dr. Arfi Syamsun, SpKF sebagai pembimbing karya tulis ilmiah yang telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan penilitian ini, dr. Neni Susilaningsih, M.Si, yang telah meluangkan waktu untuk membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini, dr. Udadi Sadhana, M.Kes, Sp.PA, sebagai konsultan dalam pembacaan preparat. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. DAFTAR PUSTAKA 1. DiMaio VJM, Dimaio D. Forensic pathology. 2nd ed. London: CRC Press; 2001: 200-8. 2. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik. Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro; 2000: 31, 72. 3. Knight B. Forensic pathology. 2nd ed. New York: Arnold; 1996: 319-32. 4. Morse MS, Berg JS, Ten Wolde TL. Diffuse electrical injury-a Study of a 136 subjects [homepage on the internet]. c2003 [cited 2009 Jan 14]. Available from: http://www.electricalinjury.com/pablications/morse_embs_dei_03.pdf 5. Gabriel JF. Fisika kedokteran. 9th ed. Jakarta: EGC; 2002: 201-30. 13

6. Bockholdt B, Schneider V. Death by electrocution on bathtub. [serial on the internet]. 2003 [cited 2009 Oct 11]; Available from: http://www.medline.ru/public/sudm/a2/art3-2-2.phtml 7. Smith GT, Beeuwkes R, Tomkmewicz ZM, Abe T, Lown B. Pathological changes in skin and skeletal muscle following alternating current and capacitor discharge. Am J Physiol 1965;47: 1-17. 8. Gray LE Jr., Wilson V, Noriega N, Lambright C, Furr J, Stoker TE et al. Use the laboratory rat as a model in endocrine disrupt or screening and testing. ILAR Journal 2004;45(4):425-37. 9. Light TS, Stuart L, Bevilaqua AC. The fundamental conductivity and resistivity of water. [homepage on the internet]. c2004 Mei 29 [cited 2008 Nov 29]: Available from: http://www.ajronline.org/cgi/reprint/97/3/682.pdf 10. Lee RC, Zhang D, Hannig J. Biophysical injury mechanisms in electrical shock trauma. Annu Rev Biomed Eng 2000; 02: 477-509. 11. Spies C, Trohman RG. Electrocution and life-threatening electrical injuries. Ann Intern Med 2006;145:531-537. 12. Cooper AM, Price TG. Electrical and lightning injuries. [homepage on the internet]. C2009 [cited 2009 Oct 11]. Available from: http://www.uic.edu/labs/lightninginjury/electr&ltn.pdf 13. Kilic S, sozuer EM, Deniz K, Saraymen R, Avsarogullari L, Ozkan S. Correlation of serum procalcitonin amd creatine phospo-kinase levels with tissue histopathology in rats exposed to experimental electric injury. Erciyes Medical Journal 2007;29:18-24. 14